Pemberkasan; Berakit-rakit Dahulu, Bermagang-magang Kemudian

Alhamdulillah, akhirnya setelah menempuh 3 tahun pendidikan DIII spesialisasi kepabeanan dan Cukai di STAN, saya dan kawan-kawan dinyatakan lulus (dalam yudisium 30 September silam). Status geje; mahasiswa sudah bukan, pegawai masih belum. Maka diperlukan suatu ritual lagi bagi kami untuk memulai langkah perjuangan menjadi pegawai. Pemberkasan.

Saya sendiri gak tau pasti apa definisi resmi dari pemberkasan ini, yang jelas, kami disuruh mengumpulkan berkas-berkas untuk memenuhi (sebagian) persyaratan sebelum menjadi PNS (atau lebih tepatnya, CCPNS). Ada jeda (libur, katakanlah) selama sekitar sepekan untuk mengurus berkas-berkas yang belum selesai (mengingat surat keterangan sehat-bebas narkoba sudah diurus saat libur setelah ujian kompre-sebelum yudisium).

Apa saja berkas yang dibutuhkan? Anda bisa lihat di sini, saya males jelasinnya satu-satu.

Dan perburuan berkas pun dimulai.

Intinya, selama beberapa hari, saya sempet keteteran ngurusin pemberkasan. Maklum, meski yang diurus sebenarnya cuma beberapa dokumen, masing-masing dokumen punya syarat wajibnya. SKCK misalnya, harus ngurus surat pengantar dari RT, desa, kecamatan, koramil, polsek, baru diurus ke polres. Dan pada masing-masing tahap, perlu beberapa syarat juga (fotocopy KTP, KK, foto, dll). Surat keterangan sehat paru-paru, perlu foto rontgen dulu. Dan lain-lain deh pokoknya. Agak males juga sih inget-ingetnya.

Intinya, pemberkasan ini lumayan menguras tenaga (bolak-balik ke kantor ini itu tempat fotocopy tempat cetak foto - sebagian ditempuh dengan jalan kaki), hati (kadang makan ati juga, karena kagak tau syarat apa yang dibawa, jadi pas di tempat tujuan ternyata kurang syaratnya, jadi ya bolak balik lagi ke fotocopy, ambil dokumen yang ketinggalan, cetak foto) dan duit (bayar sana bayar sini, alhamdulillah sebelumnya sempet dapat pesangon PKL, jadi gak banyak-banyak minta duit ke ortu). Tapi tak apa, karena selalu ada hikmah di balik semua itu. Ya kan ya kan?

Yang pertama, harus belajar sabar. Karena tiap hal butuh proses. Dan kadang, prosesnya gak cepet juga. Apalagi yang namanya birokrasi, meski nggak dipersulit, tetap saja yang diurusin harus berjenjang. Setidaknya, dengan ikut merasakan betapa menyebalkannya birokrasi, ntar kalo udah jadi birokrat, jangan lah sampai ada keinginan untuk mempersulit orang lain.

Kedua, harus belajar tanggap, sigap dan cermat dalam bersiap-siap. Cari informasi apa aja yang dibutuhin. Biar ntar gak malah repot karena harus mondar-mandir untuk ngelengkapin persyaratan yang dibutuhin.

Ketiga, bersyukurlah karena dengan cobaan kecil ini, Anda bisa belajar banyak hal. Bersyukurlah, karena cobaan Anda hanyalah merupakan batu loncatan untuk meraih kesuksesan. Emang lumayan ngerepotin sih ngurusin persyaratan pemberkasan ini, tapi kan juga demi masa depan ntar, demi jadi pegawai ntar. Bersusah-susah dulu, biar bisa senang-senang ntar. Emang sih, ada beberapa adegan yang bikin makan ati, atau apa lah namanya. Tapi ternyata, kalau dibandingin sama yang dialami orang lain, yang kita alami gak ada apa-apanya.

Ketika bercerita tentang pemberkasan ini bersama keluarga, ayah pun mengisahkan kisah perjuangannya dulu saat mengikuti seleksi PNS. Jadi malu, yang saya alami nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang dialami ayah dulu. Satu lagi, ketika sedang mengurus salah satu dokumen di Kepanjen (harus di sana, urusannya dengan instansi di level kabupaten), teman saya nggak bawa salah satu persyaratannya. Akibatnya, ya besok harus balik lagi, membawa persyaratan ini. Padahal jaraknya dari rumah bisa sampai satu jam perjalanan dengan motor. Saya jadi malu, kemarin bolak-balik mondar-mandir masih di wilayah sekecamatan (itu pun gak sampe separoh wilayah kecamatan yang saya mondar-mandirin) udah ngeluh.

Saya sempat sedikit merenung sambil jalan. Ternyata, seberat apapun cobaan yang kamu alami, masih banyak orang lain yuang mengalami cobaan yang lebih berat dari Kamu. Kalau mereka bisa melewati cobaan-cobaan mereka, bagaimana dengan Kamu?
Bukankah Allah hanya akan memberi cobaan pada kita sesuai kemampuan kita? Bukankah cobaan diberikan oleh Allah untuk mengetahui siapa saja di antara hamba-hambaNya yang beriman?

" ... Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? ... " (QS Al Furqon ayat 20)

" .... Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). ... " ( QS Al Anbiya ayat 35)

Jadi tenanglah, tersenyumlah. Jalani hidupmu, hadapi cobaanmu, yakinlah Allah selalu bersamamu.

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (QS Alam Nasyrah ayat 5-6)

Komentar