Benci itu Seperti . . .

Suatu ketika, di sebuah sekolah dasar, seorang guru mencoba menjelaskan tentang "perasaan benci" pada murid-muridnya. Tentu, menghadapi para murid yang berusia muda sangat berbeda dengan memberikan penjelasan pada orang dewasa, maka guru itu pun menginstruksikan murid-muridnya untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa.
"Anak-anak, ibu akan memberi kalian tugas yaaa" ujarnya di depan kelas.
"Tugas apa bu guru?" serempak muridnya bertanya.
"Besok, kalian minta tolong pada ibu untuk membawa kentang kentang ke sekolah", jawab bu guru.
"Berapa banyak bu?", tanya seorang muridnya.
"Jumlahnya, sama dengan jumlah orang yang kalian benci, Sayang", jawabnya lembut.
"Oooh. . . kalau yang dibenci banyak, berarti kentangnya juga banyak ya Bu Guru?" tanya muridnya lagi
"Benar Sayang", jawab bu guru lembut sambil mengusap kepala muridnya.
"Bu guru, kentangnya sebesar apa?" tanya murid yang lain.
"Bawa saja kentang terbesar yang bisa kalian dapatkan", jawabnya lagi. Singkat cerita, esok harinya para murid pun datang ke sekolah dengan membawa tas yang lebih berat dari biasanya. Ada yang membawa 2, 3, bahkan 5 kentang dalam tasnya. "Berapa kentang yang kamu bawa, Nak?" tanya bu guru pada salah satu muridnya. "Dua bu, soalnya yang aku benci ada dua", jawab si murid polos. "Siapa saja Sayang?" tanyanya lembut. "Kakak aku bu, dia jahil banget, sering banget bikin aku nangis. Sama supir jemputan aku tuh, seukanya lama kalau jemput, aku kan takut telat Bu Guru . . ." celoteh si murid. Sang guru pun hanya tersenyum mendengar jawaban para muridnya. "Bu Guru, kentangnya diapakan?" tanya salah seorang muridnya. "Baik anak-anak, sekarang dengarkan ibu ya. Kentang yang kalian bawa itu melambangkan orang yang kalian benci. Sekarang ibu minta tolong, kalian bawa kentang itu dalam tas kalian setiap hari. Bisa anak-anak?" seru sang guru pada para muridnya. "Waah, berat bu guru", para murid mulai ribut dan mengeluh, namun guru tersebut tetap pada pendiriannya. "Nanti akan ibu beri tugas lebih lanjut, untuk saat ini kentangnya cukup kalian bawa dulu di tas. Mengerti anak-anak?". "Iya Buuu . . . ", jawab para muridnya dengan nada terpaksa.
Singkat cerita, selama beberapa hari para muridnya mulai menggerutu dan mengeluhkan tentang betapa berat kentang yang mereka bawa, beberapa bahkan mulai membusuk dan membuat isi tas mereka bau. Pada hari ke lima, akhirnya sang guru tersebut kembali membahas kentang yang dibawa oleh murid-muridnya, setelah beberapa hari tak mengacuhkan keluhan para muridnya.
"Anak-anakku sekalian, bagaimana kentang kalian?" tanyanya pada para murid. Seisi kelas menjawab dengan keluhan. "Berat Bu", "Bau Bu, kentang saya busuk", "Bu guru, kapan kita bersihkan tasnya, kentangnya bikin tas jadi kotor Bu" dan berbagai keluhan lainnya. 
"Anak-anak, perhatikan sebentar. Hari ini, kita akan bersihkan tas kalian dari kentang-kentang itu." seru Bu guru pada seisi kelas yang disambut teriakan sukacita dari para muridnya. "Yeeee...", "Horeee", teriak para muridnya girang. Singkat cerita, kentang-kentang tersebut telah berpindah dari tas para murid ke tempat sampah. kemudian sang guru tersebut menginstruksikan para muridnya untuk diam dan mendengarkan.
"Nah anak-anak, sekarang coba dengarkan ibu", serunya, seisi kelas hening, memperhatikan. "Kentang itu melambangkan kebencian yang kalian simpan di hati masing-masing. Semakin banyak orang yang kalian benci, semakin sesak hati kalian. Semakin lama kalian simpan kebencian itu, akan membuat hati kalian kotor. Sama seperti kentang yang kalian simpan dalam tas kalian selama berhari-hari". Para muridnya terdiam. "Satu-satunya cara untuk kembali melapangkan dan membersihkan hati kalian dari kebencian adalah dengan membuangnya, sama seperti kalian membuang kentang-kentang yang kalian bawa tadi."
"Jadi kita nggak boleh membenci orang lain ya Bu?", celetuk salah satu muridnya.
"Iya sayang, benar sekali. Itulah gunanya memaafkan orang lain, agar kita tidak menyimpan kebencian dalam hati kita, agar hati kita lapang, dan juga tetap bersih. Mengerti anak-anak?" jawab sang guru panjang lebar.
"Mengerti Buuuu . . . ", kompak para muridnya menjawab
errwww, ada yang mau menyimpan kentang busuk ini?
  * * * * * * * *
Cerita "kentang kebencian" ini saya dapat dari Team Motivator pada acara Capacity Building di kantor (lupa nama timnya, insya Allah nanti saya update kalau sudah ingat.

Komentar