Kakasi; Tafsir Surat Al-Kahfi

Assalamu'alaikum Pembaca sekalian. Kali ini penulis kembali dengan materi Kakasi (kajian Kamis siang di MBT KP DJBC). Tema materi siang ini adalah tafsir surat Al-Kahfi, yang di dalamnya terkandung berberapa kisah penuh makna untuk memperkuat semangat ibadah kita. Bagaimana kisahnya? Yuk kita simak bareng-bareng . . .

tentang surat Al-Kahfi

  • Surat al-kahfi di turunkan sebelum hijrah (Makkiyah); 
  • Sebagian ahli tafsir menyebutkan surat ini turun setelah surat Al-Ghasyiyah; 
  • Dalam urutan mushaf, surat ini berada setelah surat Al-Isra’; 
  • Jumlah ayatnya sebanyak 110 ayat.
Surat ini berisi empat kisah:, yakni kisah Ashabul Kahfi, kisah pemilik kebun,kisah Nabi Musa dan Nabi Khaidir,dan kisah Dzulqarnain. Dan setiap kisah itu selesai, ditutup dengan beberapa ayat komentar sebagai penguat dari kisah yang diceritakan tersebut. Ada beberapa keutamaan yang terkandung dalam surat Al-Kahfi, beberapa diantaranya terkait dengan Dajjal, seperti hadits-hadits berikut:

“Siapa diantara kamu yang menjumpai dajjal, maka hendaklah membacakan ayat-ayat pembuka surat Al-Kahfi” (HR Muslim)

“Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi, maka ia terjaga dari dajjal” (HR. An-Nasai)

Dianjurkan untuk membaca surat Al-Kahfi pada malam/hari Jumat, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits berikut:


“Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat atau malam Jumat, maka Allah memberikan cahaya kepadanya dari bawah mata kakinya sampai kolong langit.
Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, Allah akan memberikan cahaya diantara dua Jumat” (HR Al-Hakim)
 

kisah-kisah penuh hikmah

Setiap kali Allah menceritakan beragam kisah dalam satu surat, pasti ada keterkaitan antara satu kisah dengan kisah lainnya. Adapun kisah-kisah yang tersebut dalam surat ini memberikan gambaran mengenai beberapa fitnah yang akan di hadapi manusia dalam kehidupannya serta upaya-upaya untuk menaggulanginya. Masing-masing kisah juga menunjukkan berbagai contoh kegiatan dakwah, yang mana setiap dari kita mampu melakukannya.

Kisah pertama adalah tentang para pemuda gua yang menunjukkan contoh dakwah dari kaum muda terhadap penguasa (dan masyarakat) yang zalim. Para pemuda itu memulai da’wahnya, namun kaumnya menolaknya (ayat 14-15). Ketika kaumnya itu menolak da’wah dan mendustakannya, Allah perintahkan mereka untuk bersembunyi di gua (ayat 16). Allah memberi dukungan penuh kepada mereka dengan memberikan beberapa mukjizat, yaitu mereka ditidurkan selama 309 tahun di dalam goa. Dan setelah Allah membangunkan mereka, kaumnya sudah beriman kepada Allah SWT. Dalam kisah ini dijelaskan tentang adanya fitnah agama, yakni di saat orang yang menyeru ke jalan Allah mendapat gangguan bahkan siksaan dari masyarakat dan pemimpin negeri (apakah terdengar familiar di negeri ini? Naudzubillah...). Bagaimana agar kita selamat dari fitnah ini? Caranya adalah dengan bersahabat dengan orang-orang saleh, agar kita sama-sama saling mengingatkan dan menguatkan di jalan dakwah.

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (Q.S. Al-Kahfi ayat 28)

Kisah kedua adalah tentang seorang lelaki pemilik kebun yang kufur terhadap nikmat dari Allah. Dia merasa bahwa harta dan pengikut yang dimilikinya lebih baik dari milik kawannya, dan dengan angkuhnya merasa bahwa hartanya tersebut akan kekal; pun  dengan sombongnya merasa bahwa jika kelak kiamat datang dan ia aka dikembalikan pada Tuhannya (dia tidak mempercayai keduanya), dia akan mendapat ganti yang lebih baik daripada kekayaannya di dunia. Dikisahkan bahwa kawannya berusaha menasihatinya (ini adalah contoh dakwa kepada sesama, pada kawan ataupun saudara). Sang mukmin mengingatkan bahwa dulu dia (si pemilik kebun) adalah berasal dari tanah, setretes air mani, dan Allah lah yang menyempurnakan kejadiannya, dan memberikan pertolongan padanya (dalam hal harta dan kekayaan). Pada akhirnya si pemilik kebun yang kufur, dibinasakanlah kekayaannya oleh Allah, agar dia menyesali perbuatannya. Inilah contoh fitnah kekayaan, dimana manusia merasa bahwa segala kesuksesannya di dunia adalah hasil jerih payah dia sendiri, dan melupakan bahwa semua itu tak akan terjadi tanpa bantuan Allah. Kesombongan akan menghancurkan diri sendiri, dan tidak membawa balasan yang baik di akhirat kelak. Penting bagi kita untuk memahami bahwa dunia pada hakikatnya hanyalah sementara saja, seperti hujan yang menumbuhkan biji-bijian dengan cepat, dan dengan cepat pula biji-bijian tersebut mengering. Maka janganlah kita tertipu dengan dunia yang sementara ini, dan melupakan akhirat yang kekal.

Kisah berikutnya adalah tentang Nabi Musa As. Sebagai salah satu Nabi Allah yang mendapatkan gelar ‘Ulul ‘Azmi, tentulah Nabi Musa memiliki ilmu yang tinggi, namun bukan berarti yang tertinggi. Allah menunjukkan kepada Nabi Musa As bahwa ada di antara hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu pengetahuan dan kebijakan yang lebih tinggi dari Nabi Musa (dalam kisah ini, Nabi Khidir As). Dalam berbagai kesempatan, Nabi Khidir menunjukkan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki Nabi Musa As. (masih pada inget kisanya kan? Tentang Nabi Khidir melubangi perahu nelayan agar tidak di’begal’ oleh penguasa zalim yang suka merampas perahu nelayan; Nabi Khidir membunuh seorang anak yang jika dibiarkan, dikhawatirkan akan membawa kedua orangtuanya yang mukmin menuju kesesatan; serta saat Nabi Khidir memperbaiki sebuah rumah yang hampir roboh di suatu kota yang tidak ramah kepada mereka, demi melindungi harta anak yatim yang tinggal di rumah tersebut hingga sampai pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT). Dalam kisah ini, jangan sampai kita mengalami fitnah ilmu, dimana kita merasa mengetahui begitu banyak hal sampai melupakan sikap tawadhu. Padahal kenyataannya ada banyak orang yang lebih berilmu dibandingkan kita, lebih-lebih jika dibandingkan dengan ilmu Allah, maka kita tak ada apa-apanya. Oleh karena itu, kita harus menjaga ketawadhu’an kita agar tak sampai mendapati diri terjebak dalam fitnah ilmu. Nabi Musa adalah seorang Nabi dan Rasul yang pernah berbincang langsung dengan Allah SWT, keimana belliau tak diragukan lagi, keilmuan beliau pun tentu tak dapat kita bayangkan, namun masih harus menjaga sikap tawadhu. Apalagi kita yang begitu dangkal keilmuannya, harus jauh lebih berhati-hati dalam menjaga kerendahhatian diri ini. Kisah ini mencontohkan kepada kita tentang dakwah yang disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya, dalam hal ini antara kedua Nabi Allah tersebut.


Adapun kisah yang keempat adalah kisah Dzul Qarnain, seorang raja yang diberi kekuasaan dan jalan untuk mencapai segala sesuatu, yang telah bepergian ke tempat-tempat yang jauh demi menyampaikan risalah Allah. Namun demikian, beliau tetap menjadi orang yang rendah hati dan senantiasa mengingat Allah, tak lupa mengajak rakyatnya untuk menaati perintah Allah dan beriman kepada-Nya serta menghindari perbuatan aniaya. Sungguh suatu fenomena langka, dimana ketika seseorang dianugerahi/ diuji dengan kekuasaan, biasanya manusia akan jath dalam kesombongan dan akhirnya mendzalimi orang lain yang berada di bawah wilayah kekuasaannya. Kisah Dzul Qarnain menggambarkan seorang pemimpin yang senantiasa berbuat adil dan menolong masyarakatnya. Hanya dengan keikhlasan dalam menaati Allah lah, seseorang dapat selamat dari fitnah kekuasaan.

Demikianlah kisah dan hikmah yang dapat kita ambil dari tafsir Al-Qur'an surat Al-Kahfi. Anda juga dapat mengunduh materi kajian di sini.
Semoga kajian ini bermanfaat bagi kita semua, Wassalamu'alaikum wr. wb.

Komentar