Sekilas Pointers dari Pak Permana Agung

Pagi tadi di kantor penulis ada acara halal bihalal bersama jajaran pimpinan dan para purnabakti. Termasuk di antaranya adalah para mantan Dirjen Bea Cukai (sebagian). Selepas sambutan dari Dirjen Bea Cukai yang baru, Bapak Heru Pambudi, beliau (spontaneously) mempersilahkan salah seorang mantan Dirjen untuk memberikan sambutan dan arahan bagi para hadirin (sempat mengecoh PFPD -pejabat fungsional pembaca doa- yang sudah terlanjur maju bersiap membaca doa). Beliau adalah Bapak Permana Agung, yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai pada tahun 1999 hingga 2002. Setelah itu beliau sempat menjabat sebagai Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Inspektur Jenderal Departemen Keuangan, dan Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Hubungan Internasional dan Kerjasama Ekonomi sebelum pensiun di 2012.
Berikut sebagian poin dari apa yang beliau sampaikan dalam sambutannya:
  • "hanya orang yang rendah hati dan mempunyai kapabilitas yang cukup yang sanggup menerima kritik", ujar beliau merespon sambutan Dirjen Bea Cukai yang membahas tentang dibuatnya suatu ruangan khusus di kantor untuk menampung aspirasi (baik itu saran maupun kritik) bagi DJBC dari siapa saja termasuk para purnabakti yang ingin memberi saran bagi kemajuan organisasi
  •  organisasi memiliki aset tangible dan less-tangible. Termasuk dalam kelompok pertama, antara lain, sarana-prasarana, modal, dan SDM. Termasuk kelompok kedua dan sering terlupakan oleh kita, antara lain, sinergi dalam organisasi, informasi, teamwork di dalamnya, values organisasi, dll
  • dalam organisasi (khususnya DJBC) yangan berlebihan memfokuskan pada satu sisi, misalnya memperbaiki sistem dan prosedur, namun juga harus memikirkan unsur-unsur strategis. "Allah pun nggak suka dengan yang berlebihan", ujar beliau
  • values apa yang dimiliki oleh organisasi kita? apakah values tersebut sudah benar-benar diimplementasikan dan tertanam dalam jiwa masing-masing dari kita, atau cuma sekedar ditempel di dinding? Jangan pernah kehilangan nilai-nilai itu. Recognize our values, accept it, grow it, and trust it. Tanpa kita mengenal dan menerima nilai-nilai tersebut, tentu tak akan tertanam dalam diri kita nilai-nilai tersebut
  • organisasi akan gagal jika salah satu elemen di dalamnya memiliki agenda tersembunyi yang berlawanan atau tidak sejalan dengan agenda organisasi secara keseluruhan (Hmm . . . terdengar seperti pengkhianatan? Sepertinya kita sering melihat contoh seperti itu, terutama di film-film -pen)
  • we can imagine what we hear
    we can believe what we see
    we canonly understand what we do

    nah, kita mau jadi seperti apa? apakah cuma membayangkan? atau percaya? atau ingin benar-benar memahami?
Demikian sebagian poin yang disampaikan beliau, sebagaimana yang dapt saya tulis. Semoga menjadi pencerahan dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Komentar