Merasa Bodoh

Ada yang bilang bahwa ada tiga tahapan menuntut ilmu. Tahapan pertama adalah ketika orang baru tahu sedikit ilmu, maka orang akan merasa paling pintar dan bisa menjadi sombong. Ketika dia sampai di tahap kedua , maka ia bisa merasa bahwa banyak yang belum ia ketahui. Dengan kata lain, ia bisa menjadi lebih bijak dengan mengetahui lebih banyak. Tahapan ketiga, adalah ketika seseorang sudah mencapai tahap bahwa dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Dan rasanya penulis sudah mencapai tahap kedua ketika bersekolah di program DIV sekarang ini. Jujur saja, dulu jaman SD sampai SMA, penulis termasuk yang bisa dibilang 'pintar' pada masa itu, dengan catatan bahwa yang dianggap pintar pada jaman sekolah dan menurut sistem pendidikan yang penulis alami adalah siswa yang nilai akademisnya bagus. Penulis sih (setidaknya di kelas) selalu dapat ranking 10 besar lah. Nggak selalu 3 besar apalagi juara 1 di kelas (apalagi secara pararel, di seluruh angkatan), tapi selalu termasuk siswa 'papan atas' secara akademis. Di luar akademis, penulis juga tak jarang mengikuti berbagai lomba-lomba semacam lomba mapel, siswa teladan, dan semacamnya, dan tak jarang meraih juara (baik secara perorangan maupun tim). Dan kadang memang hal itu membikin penulis rawan diserang kesombongan (naudzubillah).

Dan di sini, di kelas DIV saat ini, penulis jadi merasa bodoh karena relatif kurang memahami materi perkuliahan saat ini. Ketika dulu jaman SMA, di kelas IPA, penulis termasuk yang suka dengan materi biologi, kimia dan fisika. Di SMP bahkan sempat mengikuti Olimpiade Sains Nasional ketika SMP (tahun 2004, di Pekanbaru) untuk cabang Biologi dan mendapat medali emas. Untuk pelajaran IPS? Jangan ditanya, parah lemahnya. Kalau menghafal berbagai istilah biologi bisa lancar di luar kepala, tapi kalau hafalan sosiologi atau sejarah nggak tertarik. Ngerjakan hitungan rumus kimia-fisika lancar, tapi akuntansi nol. Dan sekarang harus menghadapi pelajaran terkait akuntansi 3 kali sepekan. Langsung penulis merasa tiba-tiba jadi bodoh di kelas. 

Bisa jadi, ini memang sebuah tahap pembelajaran, di mana semakin banyak kita tahu, semakin kita merasa tidak banyak tahu. Imbasnya, akan semakin banyak belajar mengejar ketidaktahuannya tersebut. Siapa tahu, kelak ilmunya bermanfaat. Semoga saja, aamiin. . .

Komentar