Sepenggal Cerita dari Skripsi (1): Ikigai

Bagi mahasiswa, skripsi adalah suatu kata sakral yang seringkali digambarkan sebagai lawan terakhir yang harus dihadapi sebelum meraih gelar sarjana. Banyaknya kisah 'seram' dari senior tentang skripsi seringkali menciutkan nyali mahasiswa yang baru memasuki semester akhir, seolah skripsi ialah suatu momok yang harus ditakuti. Benarkah demikian?
Sehubungan dengan telah lulusnya penulis dari masa pendidikan tugas belajar (yeeeaay!!! ups, alhamdulillah maksudnya), maka penulis berkehendak untuk membagikan sedikit tips mengenai pengerjaan skripsi, yang semoga bermanfaat bagi para mahasiswa (utamanya mahasiswa TB ya), baik semester akhir maupun semester berapapun yang sudah membayangkan skripsi. check it out Guys!

Tahap 1

persiapkan ikigai-mu. Apa itu ikigai? Ikigai adalah suatu konsep dari Jepang yang menyatakan 'apa alasan keberadaan' kita. Dalam budaya barat, ikigai sering digambarkan sebagai irisan dari 4 buah lingkaran. Keempat lingkaran itu adalah:
  • apa yang kita cintai
  • apa yang kita kuasai/ahli
  • apa yang dibutuhkan oleh dunia/orang di sekitar kita
  • apa yang bisa menghasilkan uang
Kalau digambarkan secara lebih kompleks, persilangan empat lingkaran akan menghasilkan area-area yang terdiri merupakan irisan dari dua lingkaran, yaitu:
  • passion: apa yang kita suka dan kita ahli
  • mission: apa yang kita suka dan dibutuhkan yang lainnya
  • profession: apa yang kita ahli dan dibayar untuk itu
  • vocation: apa yang kita dibayar untuk itu dan dibutuhkan pihak lain
sumber dari sini

Nah, akan ada pula area yang merupakan irisan dari 3 lingkaran, yang dapat digambarkan dalam kondisi sebagai berikut:
  • yang kita cintai, ahli, dan dibutuhkan (tapi ngga dibayar untuk itu): bahagia tapi miskin (tidak ada yang membayar untuk itu). Misalkan, relawan bencana yang berjiwa sosial (memang suka menolong), memiliki kemampuan dan keahlian untuk membantu di lokasi bencana (keahlian medis, teknis,atau lainnya), membantu masyarakat di daerah yang terkena bencana. DIa mungkin bahagia dengan apa yang dilakukan, dan dia juga ahli, serta memang dibutuhkan orang. Namun dia tidak menghasilkan keuntungan dari segi finansial. Not bad, tapi keluarga juga butuh dinafkahi, kan?
  • yang kita cintai, yang kita ahli, yang kita dibayar untuk itu, namun nggak ada yang membutuhkannya, ya jadinya hebat tapi tak berguna. Misalkan, apa ya? agak susah kondisi yang ini. Intinya dia nggak dibutuhkan, meski menghasilkan uang dan melakukan hal yang dia ahli dan cintai. Imbasnya, nantinya akan memunculkan perasaan tidak berguna.
  • yang dia ahli, dibutuhkan, dan dibayar (tapi nggak cintai): ini ibarat orang yang kerja nggak sesuai keinginan. Kerjanya bagus, dibutuhin, digaji, tapi ngga demen ama kerjaan itu. Misal, orang yang kreatif dan aktif, tapi terpaksa kerja sebagai PNS yang tugasnya administrasi (mungkin, karena dipaksa ortunya). Maka akan muncul jiwa pemberontak nantinya, bosan, karena melakukan hal yang tidak dicintai. Buntutnya resign (banyak kejadian sih)
  • yang dia cintai, dibutuhkan, dan dibayar (meski ngga expert di bidang itu), misal orang yang kerja di bidang yang dia suka, tapi karena dia ngga ahli, bakal ada ketidakpastian, bahwa nantinya dia akan tergantikan oleh orang lain yang lebih ahli.
sumber dari sini

Nah, kalau ikigai itu irisan dari semuanya. Ya yang disukai, ahli, sekaligus dibutuhkan orang lain dan juga menghasilkan pendapatan. Bahagia banget kan kerja kayak gitu? Misalkan, orang yang doyan nggambar dan desain, pinter mengoperasikan software pengolah gambar, kerja di sebuah perusahaan yang memang membutuhkan orang advertising. Kerja rasa hobi.

Nah, dalam mengerjakan skripsi kemarin, penulis memakai konsep ikigai ini. Penulis membahas keberadaan patroli udara di DJBC. Penulis suka hal-hal berbau militer, dan ini mau membahas penggunaan sarana pengawasan udara, masih ada 'bau' militer lah ya, surveillance and reconnaissance gitu deh. Bisanya meneliti secara kualitatif karena suka ngobrol, jadi cocok kalau pengumpulan datanya dengan wawancara selain juga karena nggak paham statistik jadi nggak mau penelitian kuantitatif. Kebetulan kantor penulis juga sedang mengembangkan ke arah sana, dan kajian di bidang ini belum dikerjakan, jadi instansi juga mendukung penulis untuk mengkaji ini (malah seneng kalau dibantu mengkaji, nanti kajiannya bisa mereka pakai). Dan ditambah, di kampus penulis, ada peluang bagi mahasiswa (dan juga segenap civitas academica PKN STAN lainnya) untuk meneliti dan DIBAYAR penelitiannya dibiayai (termasuk ada honor peneliti). Namanya P3M, namun ini insyaAllah akan penulis bahas di lain kesempatan (saat ini lagi jalan prosesnya, belum selesai).

Jadi buat para mahasiswa, tentukan dulu ikigai untuk skripsimu. InsyaAllah akan lancar mengerjakannya. Cari hal yang kamu suka bahas; kamu ahli di bidang itu; temanya memang dibutuhkan oleh unitmu; dan kalau bisa, ikut P3M biar penelitiannya bisa dibiayai. 

(insyaAllah bersambung)

Komentar