Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Pesan Sepeninggal Ramadhan

"Jangan jadi hambanya bulan Ramadhan, tetapi jadilah hamba Allah", itu sepenggal kalimat dalam ceramah ba'da dzuhur Selasa kemarin. Kata-kata yang singkat, namun jelas. Bagaimana tidak, ketika Ramadhan tiba, jama'ah sholat wajib memenuhi masjid dan mushola, namun sepeninggal Ramadhan, untuk sholat berjama'ah di masjid, kebanyakan dari kita lebih sering ogahnya daripada rajinnya. Ketika Ramadhan kita kebut-kebutan mengaji sampai khatam, lalu diterusin khataman lagi. Selewat Ramadhan, sebagian dari kita ngaji satu juz aja nggak kelar-kelar. Ketika Ramadhan, tahajud bisa setiap hari, tapi selepas Ramadhan, bangun shubuh aja kesiangan. Ketika Ramadhan, dompet ama kotak amal seolah dekeeet banget, isi dompet gampang banget berpindah ke kotak amal. Tapi selepas Ramadhan, kok rasanya isi dompet lebih milih berpindah ke pusat perbelanjaan. Ini dia yang musti kita diperbaikin. Jangan sampai semangat beribadah kita hanya menggebu-nggebu selama Ramadhan, namun ngerem, bahkan

Jangan Jadi Negatif

jangan mengeluh, karena sesuatu yang kamu keluhkan bisa saja nantinya diikuti oleh sesuatu yang kamu senangi jangan membenci seseorang karena satu dan lain hal, karena bisa jadi ternyata dia memiliki sesuatu yang nantinya membuat kamu kagum jangan mencela sesuatu yang tampaknya buruk, karena mungkin saja hal tersebut memiliki kebaikan di dalamnya jangan menghina apapun yang telah dilakukan orang lain, mungkin hal itu adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya dan belum tentu kamu bisa melakukannya jangan dengki kepada kenikmatan yang didapatkan orang lain kemudian mendoakan hilangnya hal itu darinya, karena bisa jadi dia akan berbagi kenikmatan tersebut denganmu jangan curiga tanpa bukti, bahkan kalau sudah punya bukti, simpan dulu curigamu dalam hati, karena bisa jadi yang kamu curigai sebenarnya bukan itu yang terjadi jangan pernah berburuk sangka terhadap apa saja ketetapan Allah yang diberikan kepada kita, karena Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita; masalahnya, bisakah k

Lebaran Itu . . .

saat di mana kota besar ditinggalkan oleh sebagian penghuninya yang merupakan orang perantauan saat jalanan macet oleh para pemudik yang menggunakan bis malam, mobil pribadi, serta konvoi motor saat trafik sms operator seluler melonjak drastis dan seringkali menjebolkan server saat anak-anak kecil 'bekerja', mengumpulkan amplop demi amplop dari para kerabat, sementara remaja tua hanya meringis karena pendapatan menurun dibanding tahun-tahun lalu di saat keluarga besar berkumpul di rumah orang tua atau saudara tertua di saat semua orag berlomba-lomba saling bermaafan, dengan saling berkunjung, telepon, sms, fb/twitter dan socmed lainnya karena itu, penulis pun tak lupa mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1433 Hijriyah. Semoga amalan kita selama Ramadhan kemarin diterima oleh Allah SWT serta semangat ibadah kita terjaga hingga 11 bulan ke depan. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan penulis selama ini, semoga silaturahim antara penulis dan pembaca makin bagus yaaa

Lho, Udah Mau Ending Toh?

Rasanya baru kemarin aja sahur bareng-bareng orang sekosan, di hari-hari pertama Ramadhan ini. Hari-hari pertama seringkali diwarnai sahur telat, kehabisan lauk atau nasi di warteg, berangkat kerja kesiangan, dan jama'ah tarawih yang membludak. Sekarang tau-tau udah beberapa hari menuju lebaran. Rasanya cepet banget Ramadhan ini berlalu ya. . . Apalagi, ungkap seorang teman, 'tau-tau udah mau lebaran, padahal ngajinya baru berapa juz'. Rasanya kurang puas dengan raihan Ramadhan kali ini. Yuk, kita coba merenung sebentar Kawan. Adakah yang puasanya bolong karena alasan yang nggak dibenarkan syariat? Berapa kali ketinggalan sholat berjamaah di masjid? Berapa kali tarawih yang nggak dihadiri? Berapa juz Al-Qur'an yang belum dibaca? Berapa banyak kesempatan mengikuti majlis ilmu yang dilewatkan? Berapa rupiah yang sebenarnya bisa disedekahkan tapi masih nyangkut di kantong? Berapa menit waktu yang bisa dimanfaatkan untuk dzikir malah jadi ngobrol, nggosip atau hanya menonto

Ramadhan Itu . . .

saat di mana jama'ah sholat wajib di masjid membludak, nyaris seperti pas sholat jum'at. kalo hari biasa paling cuma terisi 3/4 ruangan utama, pas Ramadhan bisa sampai teras saat di mana mengaji terasa ringan dilakukan, di masjid-masjid, jumlah pengaji meningkat cukup drastis saat di mana dompet ramah terhadap kotak sumbangan yatim piatu, sumbangan takjil di masjid, sumbangan untuk pengajian, dan lain-lain saat di mana banyak penjual makanan dadakan, terutama saat menjelang maghrib saat di mana keluarga di rumah biasanya berkumpul untuk makan bersama di rumah pas sahur atau berbuka, karena biasanya makan sendiri-sendiri. begitu juga anak kos, biasanya makan sendiri-sendiri, sekarang keluar cari makan berombongan (terutama pas sahur) saat di mana setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar, pahala ibadah dilipatgandakan So, tunggu apa lagi? Mumpung Ramadhan belum pergi, buruan kejar pahalanya !!! :D

Sibuk Dan Hikmahnya

Gambar
Oke, beberapa waktu ini postingan saya dikiit banget, jarang-jarang pula. Bukannya megelak, tapi jujur, akhir-akhir ini saya sibuk banget. Ada beberapa kegiatan di kantor yang mana saya terlibat di dalamnya (entah sebagai panitia maupun sukarelawan yang diculik untuk membantu). Jangankan ngeblog, beberapa kerjaan di kantor aja terbengkalai. Capek, pasti, tapi tentu ada hikmah di balik itu semua. Apa saja kesibukan saya akhir-akhir ini? Check them out . . . (kok jadi merasa seleb ya, pake ngapdet kesibukan terkini) Kompetisi Bola Antar Unit Eselon II Kantor Pusat DJBC Di acara ini, awalnya saya diminta jadi komentator oleh rekan saya, sebut saja Bayi. Belakangan, juga diminta membuat pamflet, tapi karena desain saya jelek dan ada yang lebih bagus, jadi saya jadi komentator doang (sama kadang jadi ballboy). Alasan penunjukkannya sederhana : Bayi tahu bahwa saya suka heboh sendiri kalau liat sepakbola (khususnya ISL, pas pertandingan Arema terutama) dan suka ngomentarin sendiri, saingan s

Pulang Kampung Tapi Kok Nggak Seneng?

"Orang Islam itu, kalau mati sebenarnya ibarat pulang kampung", begitu kata ustadz dalam ceramah sebelum tarawih semalam. Ya, masuk akal memang. Mengingat, ketika mati nanti, suka nggak suka, kita akan kembali kepada-Nya, kepada Allah, Dzat Maha Sempurna yang telah menciptakan kita dari ketiadaan, lalu menghidupkan dan memelihara kita, dan akhirnya mematikan kita. Ups, saya bilang akhirnya? Maaf, sebenarnya itu bukan akhir, karena setelah mati nanti, kita pasti mengalami 'petualangan' lain, yakni di alam akhirat. Amalan baik kita akan ditimbang, lalu dibandingkan dengan amalan buruk kita, kemudian kita akan diberi ganjaran yang sepantasnya: surga atau neraka. Nah, kembali ke analogi "mati=pulang kampung" tadi. Umumnya kan, orang pulkam tuh gembira, bisa ketemu keluarga, teman-teman dan kerabat lainnya di kampung. Tapiiii, ternyata ada juga orang yang nggak seneng pas tiba waktunya pulang kampung. Kata ustadz, itu adalah orang yang nggak cukup bekalnya untuk