Jika Hidup Adalah Perjalanan, Maka . . .
Surga pastilah merupakan tujuan akhiryang diimpikan semua orang. Kenapa? Karena semua orang pasti menginginkan kebahagiaan yang abadi. Kematian adalah gerbang ke sana, karena tak ada orang yang masih hidup di dunia yang bisa masuk ke surga. Karena itu, dunia adalah kegelapan yang menyelimuti kita, menghambat kita dari surga.
Iman adalah kompasnya, yang mengarahkan kita ke arah itu. Agama adalah sebenar-benarnya peta menuju kesana, yang menunjukkan berbagai jalan ke sana. Sementara jalan yang ditunjukkan oleh peta tersebut adalah berbagai amal kebaikan dan ibadah. Ilmu dan pengetahuan adalah penerang jalannya, karena melakukan amalan tanpa ilmunya akan membuat kita terperosok, sama dengan melewati sebuah jalan yang diliputi kegelapan tanpa membawa penerang.
Keluarga dan sahabat adalah orang-orang yang kita inginkan untuk tiba di sana bersama kita, kebersamaan yang bahkan lebih baik daripada kebersamaan kita saat di dunia. Sementara guru, mentor, dosen atau ustadz kita adalah yang memberitahu dan mengajarkan kita sebagian cara untuk kesana.
Harta dan kekuasaan ibarat kendaraannya. Kita bisa saja tiba tanpa mengendarai apapun, namun akan lebih cepat dan lebih baik jika menggunakan kendaraan tersebut. Hanya saja, dia bisa membuat kita terperosok ke jalur yang salah, jika tak dilengkapi dengan kompas, peta yang benar dan penerang jalan.
Sayangnya, tidak semua orang akan mampu tiba di tujuan akhir. Banyak yang terperosok atau menempuh jalan yang salah, semua berakhir ke dalam jurang yang gelap dan dalam, jauh dari tujuan akhir yang diinginkan semua orang. Mereka adalah orang-orang yang kehilangan arah dan tersesat. Mereka tidak memiliki kompas, peta yang benar dan penerang jalan, atau menggunakan kendaraannya dengan cara yang salah. Dan apakah yang merupakan jurang tersebut? Tidak lain adalah neraka dan adzab Allah, yang diperuntukkan bagi orang-orang yang mendzalimi diri sendiri.
Lalu perjalanan macam apakah yang kita ingin tempuh?
#sebuah renungan yang semoga bisa mengingatkan diri penulis sendiri dan orang lain
Iman adalah kompasnya, yang mengarahkan kita ke arah itu. Agama adalah sebenar-benarnya peta menuju kesana, yang menunjukkan berbagai jalan ke sana. Sementara jalan yang ditunjukkan oleh peta tersebut adalah berbagai amal kebaikan dan ibadah. Ilmu dan pengetahuan adalah penerang jalannya, karena melakukan amalan tanpa ilmunya akan membuat kita terperosok, sama dengan melewati sebuah jalan yang diliputi kegelapan tanpa membawa penerang.
Keluarga dan sahabat adalah orang-orang yang kita inginkan untuk tiba di sana bersama kita, kebersamaan yang bahkan lebih baik daripada kebersamaan kita saat di dunia. Sementara guru, mentor, dosen atau ustadz kita adalah yang memberitahu dan mengajarkan kita sebagian cara untuk kesana.
Harta dan kekuasaan ibarat kendaraannya. Kita bisa saja tiba tanpa mengendarai apapun, namun akan lebih cepat dan lebih baik jika menggunakan kendaraan tersebut. Hanya saja, dia bisa membuat kita terperosok ke jalur yang salah, jika tak dilengkapi dengan kompas, peta yang benar dan penerang jalan.
Sayangnya, tidak semua orang akan mampu tiba di tujuan akhir. Banyak yang terperosok atau menempuh jalan yang salah, semua berakhir ke dalam jurang yang gelap dan dalam, jauh dari tujuan akhir yang diinginkan semua orang. Mereka adalah orang-orang yang kehilangan arah dan tersesat. Mereka tidak memiliki kompas, peta yang benar dan penerang jalan, atau menggunakan kendaraannya dengan cara yang salah. Dan apakah yang merupakan jurang tersebut? Tidak lain adalah neraka dan adzab Allah, yang diperuntukkan bagi orang-orang yang mendzalimi diri sendiri.
Lalu perjalanan macam apakah yang kita ingin tempuh?
#sebuah renungan yang semoga bisa mengingatkan diri penulis sendiri dan orang lain
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .