Syarat agar Bisa Bermaksiat

Assalamu'alaikum wr. wb.
Apa kabarnya pembaca sekalian? Afwan lama nggak posting dikarenakan kesibukan ini dan itu. jangan bingung dengan judul di atas, Kali ini penulis ingin sedikit sharing tentang khotbah Jumat siang tadi.
Khotib mengisahkan tentang dialog antara seorang ulama bernama Ibrahim bin Adham yang juga dikenal sebagai Abu Ishaq, dengan seorang lelaki bernama Jahdar bin Rabiah, yang merupakan seorang pemuda yang gemar melakukan maksiat. Apabila ada di antara pembaca yang pernah mengetahui ksiah ini, kiranya postingan penulis dapat dijadikan pengingat, jikalau belum tahu, semoga menjadi ilmu baru yang sama-sama dapat kita amalkan nantinya.Kurang lebih demikianlah kisahnya:


Alkisah, suatu ketika Jahdar bin Rabiah mendatangi Ibrahim bin Adham untuk meminta nasihat. Ya Abu Ishaq, aku adalah seorang yang gemar melakukan maksiat, tolong nasihati aku untuk dapat menghentikannya". 
Ibrahim bin Adham diam sejenak, kemudian berkata, "kamu boleh melakukan maksiat, asalkan memenuhi lima syarat ini. Yang pertama, jika kamu bermaksiat, janganlah kamu makan rizqi dari Allah". Jahdar menjawab, bagaimanakah aku mampu tidak memakan rizqi dari Allah, sementara segala apa ada di dunia ini ari Allah?". Ibrahim menjawab, " Lalu bagaimanakah engkau masih dapat bermaksiat kepada-Nya padahal engkau makan dari rizqi yang datang dari-Nya?". Jahdar bin Rabiah terdiam menunduk dan meminta Ibrahim bin Adham meneruskan nasihatnya.
Ibrahim lalu melanjutkan "Syarat kedua, jika engkau hendak bermaksiat kepada Allah, janganlah negkau tinggal di bumi-Nya". Jahdar menjawab, "lalu dimanakah aku akan tinggal, bukankah bumi dan langit ini seluruhnya milik Allah?". Ibrahim menjawab, "lalu bagaimana engkau masih dapat bermaksiat kepada Allah sementara engkau tinggal di bumi-Nya?". Jahdar bin Rabiah terdiam menunduk dan meminta Ibrahim bin Adham meneruskan nasihatnya.
Ibrahim melanjutkan "Yang ketiga, jika engkau hendak bermaksiat kepadanya, lakukanlah dimana Dia tidak dapat melihatmu bermaksiat.". Jahdar menjawab, "bagaimana mungkin aku menemukan tempat yang mana Allah tidak melihatku, bukankah Allah Maha Melihat?". Ibrahim menjawab, "lalu bagaimanakah engkau masih bermaksiat sementara mengetahui bahwa Allah Maha Melihat?". Jahdar bin Rabiah terdiam menunduk dan meminta Ibrahim bin Adham meneruskan nasihatnya.
Ibrahim melanjutkan, " Keempat, jika engkau hendak bermaksiat, saat malaikat maut hendak menjemputmu, larilah darinya, katakanlah engkau belum ingin mati karena masih ingin bertobat dan beramal baik". Jardah menjawab, "bagaimana mungkin aku melakukannya, padahal malaikat maut jika sudah diperintahkan untuk mencabut nyawa, tak satupun dapat menundanya sedetik pun?". Ibrahim menjawab, "lalu bagaimanakah nekgau masih bermaksiat, sementara mengetahui bahwa maut selalu siap menjemputmu bagaimanapun keadaanmu". Jahdar bin Rabiah terdiam menunduk dan meminta Ibrahim bin Adham meneruskan nasihatnya.
Ibrahim melanjutkan nasihatnya, "Yang terakhir, jika engkau masih hendak bermaksiat, ketika kelak malaikat Zabaniyah akan menyeretmu ke neraka, larilah darinya agar kau tak masuk ke neraka". Jahdar menjawab, "bagaimana mungkin aku dapat lari dari malaikat yang akan menggiringku ke neraka kelak?". Ibrahim menjawab, "lalu bagaimanakah engkau masih bermaksiat ketika mengetahui engkau tak akan mampu menghindari malaikat zabaniyah yang akan menggiringmu ke neraka?". Jahdar bin Rabiah menangis tersedu-sedu dan berkata, "cukup, cukup, aku tak sanggup mendengarnya lagi"

Pembaca sekalian, tentulah kita semua manusia yang tak luput dari dosa dan kesalahan, juga perbuatan maksiat, namun apakah kita tetap akan membiarkan diri kita bergelimang kesalahan dan dosa dari maksiat yang kita lakukan secara sadar, dengan penuh kesadaran bahwa Allah mengawasi setiap pergerakan kita dan maut yang senantiasa mengintai tanpa bisa ditunda?

Semoga kisah di atas dapat kita jadikan pelajaran bagi diri ini, dan semoga kita tergolong orang-orang yang bertaubat dari maksiat dan tak melakukannya lagi. Aamiin . . .
Wassalamu'alaikum wr wb


Komentar