Bila Waktu T'lah Berlalu
majunya tak terasa, yang lalu tak lagi teraba |
Waktu, suatu konsep abstraksi, namun terasa sangat nyata dan bukan imaji.
Waktu, melingkupi segala yang telah terjadi, masa kini, maupun yang belum terjadi.
Waktu, membersamai ruang membentuk empat dimensi.
Waktu, yang tak akan terulang, tak peduli kita rindu bukan kepalang.
Waktu, yang kelak akan ditanyakan di hari akhir, untuk apakah kita gunakan hingga detik terakhir.
Waktu, yang amat penting hingga Sang Maha Pencipta pun bersumpah dengan namanya. Demi masa. Demi waktu fajar. Demi waktu ketika matahari sepenggalah. Demi siang apabila terang benderang. Demi malam apabila gelap gulita.
Andaikan kita mendapat jatah waktu sebagaimana rerata umat Nabi Muhammad.
Andaikan kita hanyalah manusia beriman yang rata-rata saja, yang perbuatan baik dan buruknya seimbang ketika ditimbang.
Andaikan kelak waktu di akhirat adalah setara lima puluh ribu tahun, berdasar hitungan manusia di dunia.
Maka, ketika kelak kita harus menebus setiap dosa kita dalam neraka yang panasnya menghangus.
Maka, setengah dari enam puluh tahun, adalah tiga puluh tahun.
Maka, tiga puluh tahun adalah sepuluh ribu, sembilan ratus lima puluh hari, perhitungan dunia.
Maka, sepuluh ribu sembilan ratus lima puluh hari dunia masa dosa kita, dikalikan dengan lima puluh ribu tahun dunia untuk setiap hari di akhirat, adalah lima ratus empat puluh tujuh juta lima ratus ribu tahun, menurut perhitungan manusia.
547.500.000 juta tahun yang lalu, menurut ahli geologi jika benar adanya, digolongkan dalam skala waktu yang disebut sebagai Periode Ediacara, sebuah periode misterius yang tak banyak makhluk hidup multiseluler mengisi samudra purba.
Periode ini disusul oleh Periode Cambria, di mana catatan fosil menunjukkan keanekaragaman makhluk multiseluler memenuhi samudra purba, peristiwa yang dikenal dengan nama Letusan Kambrium.
Kehidupan di bumi terus berubah, berdasarkan fosil yang menjadi catatan sejarah.
Hingga 547,5 juta tahun kemudian, tibalah kita pada era manusia modern saat ini.
Bayangkan, sepanjang itu waktu yang kita perlukan untuk menebus 30 tahun dosa di dunia, jika setiap hari dosa di dunia ditebus dengan durasi setara 50.000 tahun dunia. Penebusan yang dilakukan di neraka, yang besarnya tak terukur, panasnya berkali lipat panas dunia, siksanya tak terbayang oleh pikiran manusia.
Bayangkan, betapa sialnya jika dosa yang kita lakukan justru berlipat ganda; sebuah dosa yang berakibat orang lain ikut melakukan dosa. Umpatan yang membuat orang lain balas mengumpat; ucapan kemalasan beribadah yang membuat orang lain ikutan makin malas berhijrah; umbaran aurat yang membuat orang lain berhasrat dan melampiaskannya dengan perbuatan bejat; ungkitan aib yang diungkap di belakang si pelaku; dan begitu banyak dosa lain yang terjadi tanpa terasa.
Kiranya benar, bahwa manusia sesungguhnya berada dalam kerugian.
Kiranya benar, bahwa manusia sesungguhnya berada dalam kerugian, kecuali yang beriman, beramal saleh, saling mengingatkan dalam kebenaran, dan saling mengingatkan dalam kesabaran.
Kiranya benar, jika kita mengetahui apa yang ada di akhirat nanti, tak kan sempat kita untuk tertawa-tawa di dunia.
Kiranya benar, jika kita mengetahui apa yang ada di akhirat nanti, kita akan bersikap cerdas dan mempersiapkan sebaik-baiknya untuk negeri yang abadi nanti.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .