Testimoni Vaksin Sinovac

Jadi dalam hitungan hari, di kantor beredar kabar bahwa seluruh pegawai akan divaksinasi secara bertahap. Penulis termasuk yang dapat jadwal hari ini, pukul 15.00 WIB. Ba'da sholat ashar, merapat ke lokasi. Mengisi beberapa berkas screening, lalu mengantri dipanggil. Aaand just like that, i'm already vaccinated.

Rasanya ya gitu doang. Ngga sesakit imunisasi pas jaman masih SD (keknya dulu penulis lebih sering nangisnya daripada enggaknya). Lebih kerasa masuknya jarum donor juga. Cuma jleb, cuss, dah, kelar. Emang sih ada rasa pegel dikit di bagian yang habis disuntik, reaksi wajar kan?

Penulis ngga terlalu mengikuti keramaian pro kontra vaksinasi. Bagi penulis, yasudahlah namanya juga ikhtiar. Bukankah metode ini juga dipakai untuk berbagai penyakit lain? Kenapa baru sekarang ributnya? Mungkin karena memang vaksinnya baru banget diteliti dan kita adalah manusia-manusia generasi pertama yang akan mencobanya, kali ya, jadi banyak yang ogah. Ditambah imej barang cina dan isu dekatnya rezim pemerintah saat ini ke arah sono, jadi menambah sentimen negatif.

Emang sih, pandemi ngga akan seketika berakhir setelah mayoritas warga divaksin. Tetep masih perlu 3M, bahkan 5M. Dan berbagai upaya lain. Emang sih, pemerintah kita, bisa dibilang amat terlambat dan banyak langkah tidak tepat dalam merespon pandemi ini. Tapi yaudahlah. Ketika ada tindakan nyata, baiknya kita dukung saja, terlepas segala kekurangan dan kontroversi rezim ini. Toh kita semua sama-sama merindukan old normal, kan?

Mari tetap jaga protokol kesehatan dan terus berdoa untuk kesembuhan masyarakat, dan semoga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Aamiin



Komentar