Harusnya Kita Peduli, Bukan Mencaci

Islam merupakan agama yang penuh dengan kepedulian. Lihat saja dalam sholat, ketika sholat berakhir, kita mengucapkan "assalamu'alaikum waromhatullahi wabarokatuh" sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, menyimbolkan bahwa Islam harusnya menebarkan salam keselamatan. Ketika ada saudara kita yang bersin dan mengucapkan "alhamdulillah", kita merespon dengan "yarhakumullah". Jika dalam hal-hal yang nampak sederhana seperti itu saja kita harus peduli, apalagi dengan hal-hal yang lebih besar.

Saat ini, saudara-saudara kita di Mesir sedang terdzolimi oleh musuh-musuh Islam yang tak bisa tenang karena semangat kebangkitan Islam yang dibawa oleh Presiden sah, Mahmoud Moursy. Mereka yang konsisten dengan aksi damai tanapa senjata dan perlawanan, terus menerus dibantai, disiksa dan ditindas oleh rezim biadab as sisi dan antek-anteknya. Media massa diberangus agar tak bisa memberitakan kebenaran, yang ada hanyalah berita 'resmi' dari para pembuat makar, yang nampak jelas hanyalah merupakan kebohongan yang tak bisa ditutup-tutupi. Bantuan dari negara-negara lain tak diijinkan masuk, untuk sekedar mengobati luka para demonstran paling massal dan damai di dunia; bahkan rumah sakit pemerintah pun dilarang menerima para korban.

Mirisnya, ketika saudara-saudara kita di sana sedang kesusahan, masih ada saja segelintir orang yang kurang mengerti, mengatakan bahwa 'itu bukan urusan kita', atau 'itu salah mereka sendiri' dan komentar-komentar lain yang sejenis. Sungguh ironis, terlebih ketika komentar tersebut keluar dari sesama muslim yang notabene, memiliki ikatan persaudaraan dengan muslim lainnya. Bukannya menunjukkan keprihatinan atau sekedar perhatian, kok malah mencemooh Presiden Moursy, Ikhwanul Muslimin dan rakyat Mesir pada umumnya.
Jujur saja, tanpa melihat adanya konflik antara pihak yang ingin menegakkan syariah Islam di Mesir, dengan para kaum sekuler sekutu kaum kafir, kejadian di Mesir bukanlah kejadian yang bisa diabaikan. Bayangkan, jutaan demonstran damai, yang mengisi hari-harinya dengan sholat, mengaji dan dzikir, tanpa RPG, AK-47, atau bahkan batu untuk dilempar, dihadapkan pada peluru tajam dari tentara terlatih; mulai dari tembakan membabi buta sampai tembakan sniper diarahkan pada mereka. Bahkan orang ateis pun, bisa menilai bahwa ini adalah kekejaman serius dan jelas melanggar hak asasi manusia.
Sedikit mengingatkan, Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan NKRI, di saat  belum satupun negara-negara lain yang melakukannya.

Di mana kepedulian kita?
Mungkin kita tidak bisa berangkat ke sana , mungkin tidak semua di antara kita memliki kelebihan rizqi untuk disalurkankepada para korban di sana (sejauh yang penulis tahu, ACT dan Dompet Dhuafa sudah menyiapkan untuk mengirim bantuan kepada para korban kekerasan di Mesir), namun setidaknya kita semua sama-sama bisa berdoa, kan?
Setidaknya, daripada menghujat Ikhwanul Muslimin atau Presiden Moursy, bukankah lebih mudah dan indah jika kita berdoa untuk keselamatan mereka dan rakyat Mesir lainnya, kan?!
*sumber di sini

*dikutip dengan perubahan tanpa merubah esensi, dari khotbah Jumat 30 September 2013 di Masjid KP DJBC oleh Ust. Ferry Nur

Komentar