Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Khotbah Jum'at Kali Ini : DPR Lebih Hebat daripada Nabi

Alkisah suatu ketika, para anggota DPR mengundang seorang ulama untuk mengisi acara di gedung DPR yang mewah itu. Di akhir sesi ceramah, sang ulama mempersilahkan para anggota DPR untuk bertanya-jawab dengannya. Maka terjadilah dialog antara sang ulama dengan salah seorang anggota dewan. Anggota Dewan : Pak Ustadz, hebat mana DPR dengan menteri? Ulama : Lebih hebat DPR AD : Kok bisa? (penasaran) U : Karena DPR bisa nyuruh-nyuruh menteri, tapi menteri nggak bisa nyuruh-nyuruh DPR AD : (makin songong) Kalo DPR dengan KPK? U : DPR juga lebih hebat dari KPK AD : Kenapa Ustadz? (makin Ge-eR) U : Karena ketua KPK dipilih sama DPR, tapi KPK nggak bisa milih ketua DPR AD : (kepalanya udah makin gede) trus kalau DPR sama Nabi, Ustadz? U : (diem sejenak) Mmm, masih hebat DPR sih . . . AD : (makin antusias) Kok bisa Ustadz? U : Iya, kalau Nabi kan takut banget sama Allah, kalo DPR udah nggak ada takut-takutnya lagi AD : #&*$#?! Sedikit guyonan dari khotib Jumat siang ini, sedikit menyindir ke

Semangat Kakaaaaaak ^^ !!!!

Suatu hari, sekelompok pemuda di sebuah kantor salah satu instansi ternama di negeri ini janjian untuk ketemuan dengan salah seorang senior di kantor. Bahasa kerennya, mentoring. Seorang dari mereka sempat lupa bahwa ada mentoring, sudah sampai dekat gerbang keluar, eh pas keinget, langsung balik ke masjid. Padahal mudah aja bagi dia untuk langsung aja amblas ke kos-kosan. Satu teman yang lain tidak bisa segera keluar dari kantor, katanya diikutkan rapat. Tapi ketika waktu sholat maghrib, masih sempat datang dan menyapa rekan-rekannya, meski tidak ikutan mentoring. Padahal mudah saja bagi dia untuk sholat di mushola kantor dan tidak 'ikut' mentoring, namun dia memilih untuk menjumpai rekan-rekannya. Menurut sang mentor, itulah salah satu hal yang patut disyukuri, bahwa pemuda-pemuda itu masih memiliki keinginan, semangat dan kesungguhan untuk mengadakan majlis ilmu, di sela-sela kesibukan di kantor (padahal gak sibuk sih sebenarnya). Diistilahkannya 'azam' , keterikatan

Cuap-cuap Tentang Pendidikan; Kurikulum Mekso

Sabtu kemarin, penulis bertemu dengan mentor dalam acara mentoring (seharusnya) rutin. Kebetulan, penulis sempet denger gosip bahwa mas mentor akan resign dari pekerjaannya, dan mencoba fokus pada 'sesuatu'. Bisnis kah? Tanya penulis. Rupanya tidak sepenuhnya benar, karena kata sang mentor, urusan bisnis hanya sebagian kecil dari kesibukannya saat ini. Dan yang menjadi concern beliau saat ini adalah unschooling . Jadi intinya beliau ingin mengembangkan unschooling di Indonesia, berawal pada keprihatinan terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Penulis jadi ingat tentang pandangan pribadi terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Kebetulan, ayah penulis adalah seorang guru yang memiliki 'bisnis' sampingan sebagai pengurus sebuah sekolah swasta (bisnisnya tetep jadi guru juga sih), jadi sedikit banyak, ikutan nggelibet dengan dunia pendidikan, dan sedikit banyak menaruh concern juga. Dari apa yang pernah penulis rasakan, sistem pendidikan di Indonesia memang terkesan m

Kebahagiaan Itu Dari Hati, Bukan Materi . . .

Ingatkah saat kita masih kecil, belum kenal komputer dan internet, henpon atau blackberry, play station atau nintendo. Bermodalkan kaos oblong yang sudah dipakai kemarin dan kemarinnya lagi, ditambah sandal jepit dan celana seragam yang belum dilepas sejak pulang sekolah tadi. Ngacir dari rumah, lari berkejaran dengan kawan sebaya. Bermain petak umpet, atau sekedar berimajinasi jadi maling dan polisi. Tertawa lepas dan berkelahi sekali-sekali, bercanda ria meski kadang ada yang menangis sakit hati. Ke tanah lapang bukan main bola tapi mencari ilalang, berjongkok di tanah berpasir mencari undur-undur. Mendung datang, bukannya berteduh malah merengek-rengek minta hujan-hujan. Main sampai sore tanpa khawatir dimarahi. Toh meski dimarahi besok akan tetap bermain lagi. Ah, betapa kebahagiaan itu tak tergantung dari melimpahnya materi, tapi memang dari hati. Kadang kebahagiaan datang dari hal-hal yang sederhana, yang kadang tampak tak berarti dan biasa saja. Kadang manusia terlalu jauh menca

Kamu Cantik Kalau . . .

Pembaca suka nonton TV gak? Merhatiin gak, iklan-iklan produk kecantikan sekarang ini, dengan bintang-bintang cantik yang suka berpose asik, ditambah iringan musik dan sinematografi yang apik. Demen kan ngeliatnya? Contohnya, eh, gak jadi. Saya gak mau sebut merk, atau sebut nama bintang iklannya. Saya ngomentarin fenomena ini aja. Fenomena iklan cantik. Wajar, kalau yang dipilih sebagai bintang iklan produk kecantikan adalah bintang-bintang yang berparas cantik, manis, atau setidaknya menarik. Yah namanya aja produk kecantikan, masa bintang iklannya yang 'kurang' atau 'tidak' cantik (setidaknya menurut produser iklan), ya nggak laku dong produknya. Dan ketika pemirsa diberondong dengan iklan-iklan berparas cantik tersebut, maka akan terbentuk suatu image bahwa yang cantik itu, ya seperti yang di TV itu. Yang seperti di iklan pemutih kulit, penghilang jerawat, produk perawatan rambut, alat pelangsing badan, dan produk-produk sejenis lainnya. Bahwa kalau pakai produk-p

Nrimo (2); A Fight Against Yourself

Nrimo , sebenarnya adalah tentang bagaimana Anda mengkondisikan pikiran dan emosi Anda untuk bertahan dalam kondisi yang tak ideal. Itu adalah suatu bentuk pengendalian diri, ketika kita tak mendapatkan apa yang kita inginkan, atau kadang mendapatkan yang paling tidak kita inginkan. Mencoba beradaptasi dengan situasi, menghindari pemberontakan diri Anda yang mungkin bisa berakibat buruk. Nrimo itu seperti perkelahian antara nafsu plus emosi yang masih nggak terima dengan kenyataan, melawan akal sehat dan logika yang mencoba survive di keadaan yang 'baru'. Yeah, it's a fight against yourself. Terimalah keadaannya, ketika seluruh perjuangan sudah dilakukan untuk meraih yang diinginkan, namun tetap tak kesampaian, maka berbesar hati dan terimalah. Bukankah Allah selalu menjanjikan yang terbaik bagi umat-Nya :)

Nrimo

Suatu ketika kita menghadapi keadaan yang tidak sesuai dengan kehendak. Kita tak terima, kita berjuang, kita berusaha mengubah keadaan, tapi tak kuasa melawan kehendak Allah. Ya sudah, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan menerima, nrimo kalo kata orang Jawa. Sebagian orang melihat bahwa orang yang nriman itu pasif, lemah, tak berdaya untuk berusaha. Tentu ini gak sepenuhnya benar, terutama kalo kita hanya melihat scene nrimo dari orang tersebut tanpa melihat ke scene struggle yang telah dilakoninya (kecuali orang tersebut emang mengidap penyakit pasrah kronis-yakni gabungan antara kebal segala situasi, tidak punya harapan utuk jadi lebih baik, ditambah gejala malas menahun). Nrimo itu gak sepenuhnya mudah, karena kebanyakan manusia (termasuk saya) lebih memikirkan tentang apa yang diinginkan ketimbang apa yang dibutuhkan. Ketika keinginan tak terpenuhi, maka orang cenderung membandingkan apa yang didapatnya sekarang, yang tidak diinginkannya namun sebenarnya itulah yang

I've Just Got Some Experience and Evolved, Just Like The Digimons . . .

Gambar
Everything changes, except the changing itself . Ya, semuanya berubah, generasi baru lahir, yang muda menua, yang tua rusak dan mati. Hanya perubahan itu sendiri yang tetap eksis. Lihat sekeliling kita, berada di tempat yang baru. Dikelilingi dinding-dinding baru di keempat sisi, orang-orang baru, suasana baru, tak ada yang sama. Bahkan kita sendiri pun menjadi 'baru'. Kita sendiri pun berubah. Lihatlah ke diri anda sendiri, berdiri di depan cermin, rapikan kerah baju dan lihat, betapa kita sudah banyak berubah. Bandingkan dengan foto jaman SMA, SMP, atau SD dan TK jika masih ada. Kita berubah, lingkungan pun berubah. Ruangan yang ada di sekeliling penulis saat ini bukanlah sebuah auditorium di lantai 2 yang mampu menampung 70 siswa, melainkan sebuah kantor berisi belasan orang, di lantai 4, yang dicapai dengan lift alih-alih dengan tangga. Orang-orang di sekeliling penulis saat ini adalah para pegawai, lebih tua (meski belum tentu lebih dewasa), bukan lagi sesama mahasiswa pr

Be Creative Dong!

Berteori itu gampang, mewujudkannya yang lebih susah. Kali ini saya mengalaminya. Di hari-hari awal magang (atau diistilahkan dengan penempatan sementara). Ditempatkan sementara di salah satu direktorat yang bisa dibilang 'lumayan' nganggur, membuat saya kekurangan ide untuk menjadi lebih aktif dan berbuat banyak. Lha para pegawainya aja pada ngaku kalau "di sini mah nyantai, kerjaan jarang, paling akhir sama pertengahan tahun aja yang sibuk, kamu bawa laptop aja biar nggak bosen . . " atau "mau saya kasih kerjaan apa ya, orang gak ada kerjaan". Jadi paling cuman ngeliat para pegawai kerja (pas lagi ada kerjaan). Padahal teorinya, harus bisa jadi pegawai yang lebih dari sekedar mampu mengerjakan tugas yang diberikan, lebih bagus lagi kalo juga bisa membawa dampak yang positif bagi lingkungan kerjanya. Kenyataannya? Melongo doang isinya . . . -,-a Jadi merasa kurang berarti, jangankan membantu, saya ada di sini kayak nggak memberi efek positif gitu, gak ada s

Pegawai, Dengan 2 Huruf 'C' di Depan (Belum Jadi Golongan II C)

Selama januari-februari, masing-masing cuma posting sekali. Libur nanggur dirumah, internet mati nggak ada koneksi. Online pake hape, sinyal lemas, pulsa terbatas. Mau ke warnet terus, dompet aja isinya mulai kurus. Alhasil, posting jarang-jarang, sekali sebulan aja udah lumayan. Untung aja password blognya belum lupa. Alhamdulillah sekarang sudah penempatan sementara. Status udah CCPNS, kalo dibilang pengangguran, sekarang udah bisa ngeles. Meski gak ada kerjaan, sudah nambah kenalan orang kantoran. Seragam belum dapat, tapi kalau mau duduk sudah ada tempat. Meski gaji masih balum ada, ingat huruf 'c' masih ada dua. Semua harus disyukuri, karena kalau mengeluh cuma nambah penyakit hati. Sabar aja, tinggal tunggu waktu pengangkatannya. Nanti pas jadi pegawai, angka di slip gaji bikin hati santai. Asal gak banyak hura-hura, mending investasi emas atau bikin usaha. Yang penting jangan korupsi meski cuma satu sen, seperti kata pak dirjen.