Postingan

Belajar dari Pengalaman (Orang Lain)

Gambar
Tak perlu tenggelam untuk mengetahui bahwa laut itu dalam Akhir pekan lalu, kami dua keluarga (saya, istri dan anak-anak, serta adiknya istri, suami dan anaknya) berkunjung ke sebuah lokasi wisata akuarium di dalam sebuah pusat perbelanjaan di Bintaro . Di sana kami menyaksikan berbagai satwa perairan dari balik tangki kaca. Seperti Sea World di Ancol dan Jakarta Aquarium, kurang lebih. Namun postingan kali ini bukan membahas lokasi wisata dengan tiket masuk seharga 175 ribu per orang tersebut.  Pada satu momen di sana, istri menyaksikan akuarium besar di sana. Tingginya sekitar 4 meter, sehingga saat difoto dari samping, seolah-olah istri yang sedang berada di dalam laut (bukan lautnya yang naik ke darat). Padahal doi takut banget sama kedalaman laut. Ini baru akuarium, gak kebayang kalau laut beneran. Dari momen itu, saya teringat akan tulisan Om Squ (pembuat komik dakwah berseri " Pengen Jadi Baik ") tentang riba. Om Squ punya komunitas yang membantu orang-orang korban

Busy ≠ Productive

Gambar
Terakhir posting bulan Maret, itu pun sepi ya. April sama sekali tidak posting apapun. Wah, penulis macam apa ini. Padahal banyak yang terjadi dan worth to write. Tapi ya dasarannya gak sempet aja. Beberapa bulan ini memang kerjaan kantor sedang tidak biasa. Eh sudah dari 2-3 tahun lalu sih. Di rumah pun, banyak kewajiban menanti. Jadi jujur saja, waktu untuk hobi adalah yang pertama ditumbalkan. Dalam kesibukan di kantor akhir-akhir ini, sebenernya ngga semua produktif. Seringkali di kantor isinya rapat membicarakan hal yang itu-itu lagi. Menyiapkan bahan paparan itu lagi, itu lagi. Capek dengan rutinitas, yang tak selalu meningkatkan produktivitas. Tak terasa Mei pun sudah tiba di penghujungnya, Juni sudah di depan mata.  Maka memang sibuk tak selalu berarti produktif.  Kembali ke tujuan blog ini dibuat, yuk mari cari hikmahnya. Di tengah kesibukan yang tak selalu produktif ini, apa hikmah yang bisa kita ambil? 1. Ketika kita menjadi pihak yang memiliki kendali atas suatu hal, gunaka

Berdoa Yuk

Mumpung bulan Ramadhan, dan memasuki waktu ba'da ashar di hari Jumat, yuk kita perbanyak berdoa kepada Allah  سُبْØ­َانَÙ‡ُ Ùˆَ تَعَالَÙ‰ .  Bukan bermaksud menggurui, namun lebih sebagai catatan pengingat bagi diri sendiri, dan semoga bisa jadi bacaan buat pembaca yang mampir ke sini.  Tak cuma mendoakan diri sendiri, yuk kita doakan juga orang-orang terdekat kita. Orang tua, saudara, pasangan, mertua, ipar, anak, serta sanak famili yang lain. Doakan pula guru-guru kita yang telah mendermakan ilmu mereka, baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang bermanfaat.  Doakan juga tetangga-tetangga, teman-teman dan pemimpin-pemimpin kita yang baik. Mari kita berdoa agar diberi kekuatan iman hingga akhir hayat.  Agar diberikan kesabaran dalam menghadapi ujian, kesabaran dalam ketaatan, dan kesabaran menjauhi larangan-Nya. Agar diberikan keikhlasan dalam beribadah dan menghadapi keputusan-Nya, dan agar diberi rasa syukur atas segala pemberian-Nya. Agar kita menjadi muslim yang seutuhnya, dalam pikir

Andai Aku Menjadi ... (3)

Gambar
Derap kuda-kuda penarik kereta beradu dengan langkah-langkah manusia di jalanan Rawikarta. Sejuknya pagi ternoda oleh nafas-nafas nan terengah, yang terus melaju seiring peluh membasahi muka. Pagi hari yang dipenuhi harapan bagi para pencari nafkah yang berangkat dalam upaya memenuhi perut keluarga. Sebaliknya, Raizan berjalan pulang karena memang mendapatkan jatah bekerja pada malam sebelumnya . Pikirannya masih terganggu oleh mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Mimpi buruk yang terus menghantui meski kejadian itu telah berlalu lima tahun lamanya. Kejadian yang membuat Raizan bertanya-tanya, mengapa negeri ini pernah disebut layaknya kepingan surga yang jatuh ke dunia? Sementara setiap hari, matanya menyaksikan ketimpangan yang begitu nyata. Terlebih di Rawikarta, kota penuh warna yang menjadi kebanggaan Agnidwipa. Balai Hulubalang tempatnya bekerja,  terlihat begitu megah dari kejauhan. Berdiri gagah di tepi bukit, angkuh laksana gajah yang menyeruak dari semak hutan. Masih ada ba

Andai Aku Menjadi ... (2)

Suara ayam berkokok keras, membuat Raizan terkejut hingga terjatuh dari dipan. Ia kemudian berjongkok sembari menguap malas, sembari kepalanya menoleh celingukan. Kayu bakar tersisa beberapa balok sementara jagung dan ubi rebus semalam  telah tandas, ketiga rekannya tak tampak dalam pandangan. Langit masih gelap, pertanda fajar belum menyingsing. Raizan mendengar langkah berderap, layaknya sepasukan prajurit tengah bersiap untuk berlatih tanding. Namun mengapa suara itu seolah berasal dari atap, alih-alih dari balik dinding? Seketika rasa takut menyelinap, membuat bulu kuduk Raizan merinding. Ia mengumpulkan keberanian untuk menengok sumber suara, kepalanya menengadah sementara matanya memicing. Apa yang dilihat oleh matanya, cukup untuk membuatnya lari pontang-panting. Sekerumunan prajurit tanpa kepala, tengah berbaris menenteng lembing. Raizan berteriak namun tak jua keluar suara, kerongkongannya terasa amat kering. Ia berupaya menuju gerbang utama, namun jalan yang dilaluinya terasa

Andai Aku Menjadi ...

*Perhatian bagi para pembaca tulisan ini. Harap dipahami bahwa ini hanyalah kisah fiksi untuk menambah khazanah literasi sekaligus sebagai catatan untuk pribadi. Silahkan dikritisi, namun tolong jangan dipersekusi. Bukan karena takut diselidiki atau dituduh dengan delik tak pasti. Melainkan apabila fiksi dipersekusi, bukankah itu hanya menunjukkan bahwa kalian sejatinya minim imajinasi? Selamat membaca dengan mata dan juga hati, tanpa perlu terlalu terbawa emosi :) Alkisah, di sebuah negeri bahari nan aman sentausa berjuluk Agnidwipa, segenap warga tengah bersiap untuk menyambut sebuah pagelaran berskala raksasa. Seluruh warga yang telah berusia dewasa, diperkenankan turut serta. Mereka akan diminta memilih sang penerus tahta. Sebuah sistem pemilihan telah ditetapkan dan akan diterapkan dengan saksama, untuk memastikan yang terpilih nanti sesuai kehendak segenap warga. Namun ada saja warga yang tak terlalu terkesan menyambut gelaran pemilihan. Memangnya setelah pemegang tahta diganti

Paragraf Penutup Akhir Tahun

Tahun 2023 sudah hampir berganti, teramat banyak kejadian membekas dalam sanubari. Tak terhitung nikmat Allah yang didapat pada periode ini, meski sebagian hal juga menguras emosi. Tentu tak menarik jika menuliskan seluruh peristiwa layaknya kilas balik. Yang terpenting adalah hikmah yang dapat kita petik, seiring keyakinan bahwa apapun yang telah ditetapkan oleh-Nya adalah yang terbaik.  Sebagai bahan muhasabah dari kejadian yang sudah-sudah, kala timbul masalah, tak perlu sibuk mencari siapa yang salah. Ketika itu sudah terjadi, yang terpenting kita fokus pada solusi .* Di level instansi, DJBC tercinta sedang banyak diuji di tahun ini.  Ketika ada luput petugas dalam menjalankan pekerjaan yang berdampak pada khalayak ramai di luar, seketika warganet ramai berkomentar, memicu kebencian yang di luar nalar. Meski jantung berdebar,  kita dituntut untuk tetap sabar, mengingat berdebat di sosmed justru bisa bikin kebencian makin menjalar. Daripada emosi yang keluar, lebih baik fokus selesa