Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Lagi-lagi Tentang Kegundulan Saya

Satu lagi manfaat gundul yang tidak banyak orang menyadari. Yakni, gundul bisa menyehatkan orang yang melihat. Lho? Kok bisa? Ngelantur ni bocah . . . , mungkin begitu pikir Anda. Nggak kok, ini beneran. Saya sudah lama mengalaminya, tapi baru nyadar pas baca status seorang teman, yang merasa sedih ketika rambutnya entah karena apa, jadi gundul. Dia merasa sedih, malu, risih dan gak pede karena gundul. Saya teringat, ketika teman-teman menertawakan kegundulan saya. Aha, itu dia, salah satu manfaat gundul yang baru saya sadari. Teman-teman selalu merespon kegundulan saya dengan mengolok-olok saya (dan percuma, karena saya sih pede aja meski gundul). Berbagai julukan baru melekat (termasuk 'maling ayam ketangkep', 'napi', 'pasien RSJ', 'mikrofon' dan sebagainya yang belum sempat saya bahas pada posting sebelumnya ). Dan teman-teman pun senang, menemukan obyek tertawaan baru. Atau paling tidak, si pendiam dan si pemurung di pojok kelas yang nggak ikut-iku

Matarmaja; Against Boredom

(lanjutan lagi dari posting sebelumnya ) Seperti yang sudah saya jelaskan dalam postingan yang sebelumnya lagi , perjalanan darat via Matarmaja, bakalan berlangsung sekitar 20 jam, atau lebih. Untungnya, kami biasa pulang kampung dalam rombongan, jadi paling tidak, ada teman seperjalanan yang sudah sangat akrab. Meskipun kalau sendirian (dalam artian tanpa teman sekampus) juga nggak terlalu masalah, karena banyak penumpang Matarmaja adalah orang Malang juga, dan karena perasaan senasib juga sedaerah, kebanyakan juga mudah akrab dan enak diajak ngobrol. Lelah dan bosan itu pasti. Panas? Nggak selalu, kadang juga dingin. Lapar? Tenang saja, asongan selalu ada - pecel, nasi rames, nasi goreng, nasi ayam, dan yang selalu ada, popmie (bukan promosi). Haus? Selalu ada kopi-susu-jahe (sepaket dengan popmie, sesama produk yang butuh air panas), air mineral ataupun isotonik, selalu ada. Tapi yang paling susah diatasi adalah rasa bosan. Bercanda? Selalu, sampai perut ini sakit rasanya dan hampir

Khotbah Jumat

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh Sudah lama nih nggak posting dakwah. Kali ini, merangkum dari beberapa Jumat (maaf, secara singkat aja, cuma bagian yg saya inget). *Mengenai obat bagi hati yang bermasalah, ada 2 hal yang disebutkan oleh khotib ketika itu, yakni membaca Al-Qur'an dan banyak mengingat kematian . Mengapa membaca Al-Qur'an? Tentu saja karena Al-Qur'an adalah firman Allah, yang di dalamnya terdapat berbagai intisari ajaran Islam, berbagai kisah umat terdahulu. Dengan membacanya (tentu juga sekalian membaca artinya) maka kita insyaAllah akan bisa mendapatkan jawaban atas permasalahan hidup. Dan lagi, menemukan ketenangan hati. Tentunya, jika kita benar-benar meresapi dan memaknai kandungan ayat-ayat suci Al-Qur'an tadi, bukan sekedar dibaca asal baca tanpa ada bekas di hati. Mengapa mengingat kematian? Tentu saja karena kita semua pada akhirnya akan mati, entah siapa dapat giliran duluan. Kematian bukanlah akhir segalanya, karena setelahkemat

Briptu Norman, Nikahan William-Kate, dan Lebaynya Media Indonesia

Masih segar dari ingatan, beberapa waktu lalu, berbagai media di Indonesia mengulas sesosok polisi (anggota Brimob Gorontalo) yang sedang 'beraksi', melakukan lipsync lagu 'Chaiyya chaiyya' milik aktor kenamaan Bollywood, Sharukh Khan. Aksi tersebut direkam dengan kamera HP, lalu di-upload ke youtube. Sekian ratus ribu orang menontonnya, dan itulah yang terendus oleh media. Dan tak pelak, menjadi bahan pemberitaan. Briptu Norman Kamaru, namanya. Maksud hati, ia ingin menghibur rekannya yang sedang murung karena masalah rumah tangga, dengan ber lipsync , lalu direkam. Tanpa sepengetahuannya, ada yang meng-upload video tersebut ke youtube dengan judul ' Polisi Gorontalo menggila '. Begitulah pengakuannya, sebagaimana berkali-kali ia jelaskan ketika diwawancara oleh berbagai media. Dan kelanjutannya, kita semua sudah tahu. Briptu sempat akan diberi sanksi oleh atasannya, namun akhirnya hanya sebatas sanksi peringatan dan disuruh berlipsync dan bernyanyi di hadap

Matarmaja; The Luck Factor

(Lanjutan dari postingan sebelumnya ) Suatu siang di stasiun Jatinegara , Si Cepak sedang mengantri tiket Matarmaja. Saat itu adalah h-2 idul Adha, dan memang banyak sekali orang mengantri ingin pulang kampung. Antrian begitu panjang, dan kalau tidak karena ingin bertemu keluarga di kampung halaman, tak mungkin ia rela berdiri sekian lama hanya untuk selembar tiket bertuliskan nama tempat kelahirannya. Tau-tau ada SMS masuk, dari Si Gundul, temannya, katanya mau nitip tiket pulkam, dan dia sedang dalam perjalanan ke stasiun. Beres , balasnya singkat. Antrian semakin berkurang jumlahnya, setapak demi setapak ia melangkah maju. Dari 10 orang di depan, berkurang menjadi 9, dan terus berkurang. 5 orang lagi, dan tiket di tangan. 4 lagi. 3 lagi. Dan . . . heyy... apa-apaan ini? Loket ditutup? Kereta penuh? Dialihkan ke kereta jurusan lain? Oh God, this is very very good news . . . Sisi baiknya, saya bakalan punya pengalaman naik kereta berjudul lain. Dan Si Cepak pun pindah antrian. Kereta

Matarmaja; Sedikit Cerita, Bukan Cuma Derita

Matarmania, begitulah (sebagian) kami menjuluki diri kami sendiri. Tentu saja karena kami teramat sangat menggemari naik kereta ekonomi Jurusan Malang-Jakarta ini. Ralat, bukan kami senang dengan kereta ini, hanya saja karena jika kami sudah menaiki kereta ini dari Jakarta, artinya liburan telah tiba, pulang kampung. Ah, kalau Anda tak pernah merantau, tahu apa soal pulang kampung. Sensasi luar biasa saat akan bertemu keluarga di kampung, kami lampiaskan dengan antusiasme tinggi sejak pertama kali memasuki stasiun Jatinegara, saat dikumandangkan bahwa sesaat lagi kereta Matarmaja akan memasuki stasiun. Tanpa dikomando, senyum sumringah langsung terpajang di bibir kami. Sekedar informasi, dari jakarta, tepatnya dari Stasiun Senen, Matarmaja take-off pukul 14.00 dan tiba di Stasiun jatinegara sekitar pukul 14.12, jika tak molor (biasanya sih tepat waktu sejauh ini). Di tiket, tertulis waktu tiba di Stasiun Malang Kota Baru sekitar pukul 6.30 keesokan harinya. Faktanya? Jelas jauh meleset

Dilema Rokok

Saya selalu suka iklan rokok. Tentu nggak perlu ditanya alasannya, kan? Iklan rokok tuh selalu saja kreatif, menarik, dan begitu lihai sehingga membuat orang tertarik pada produknya. Dan uniknya, tanpa pernah memperlihatkan keburukan produknya. Oh, bukan, saya bukan pecinta rokok, saya cuma suka iklannya. Kalau dulu, paling suka iklan A-Mild (gak masalah kan saya sebut merk, tahu sama tahu lah. Eh, tapi beneran bukan promosi lho, saya nggak dibayar sepeseerpun untuk menuliskan nama produk mereka). Yang punya jargon 'others can only follow'. Kisahnya, ada suatu tokoh, berbentuk huruf 'A' lambang mereka, yang selalu melakukan hal-hal yang 'berani', 'jantan', 'keren'. Dan karakter-karakter lain, biasanya mengikuti dia dan gagal. Ya itu tadi, others can only follow. Ada juga Bentoel biru, yang jargonnya 'I Love The Blue Of Indonesia'. Pada saat itu, yang paling seru adalah iklan yang menggandeng gitaris tenar Balawan (I Wayan Balawan) sebagai

Satu senyum di perjalanan

Tak bisa dipungkiri, perjalanan kembali ke tanah rantau adalah hal yang tidak terlalu menyenangkan. Harus kembali ke rutinitas perjuangan, meninggalklan keluarga, saudara, kekasih, teman-teman dan segala sesuatu yang dicintai di tanah kelahiran. Tapi apa daya, memang perjuangan harus kembali dilanjutkan. Se-boring apapun perjalanan itu, tetap harus dijalani. Tapi apakah memang se-boring itu? kenapa kita nggak milih untuk enjoy aja? menikmati pemandangan sepanjang perjalanan toh nggak jelek-jelek amat, dan lagi, pasti banyak hal menarik yang bisa kita temui di perjalanan. Yang selalu bisa membuat tersenyum dalam perjalanan adalah berbagai nama tempat yang aneh, unik dan nggak umum. Atau juga, tulisan-tulisan pada kendaraan yang lewat di sekitar tumpangan saya. Oh iya, ini kisahnya saya lagi melakukan perjalanan dari Malang ke Jakarta, dengan bis, melalui jalur pantura. Contohnya, saat bis sedang berhenti di terminal Gresik. Ada sebuah bis mini, dengan stiker bertulisan 'kumis beracu

Semut di Dinding Pun Bisa Memberikan Sebuah Pelajaran

Kali ini mata iseng saya menatap segerombolan semut hitam di dinding kamar mandi (plis, jangan bayangkan adegan absurd ini). Di tengah kesibukan mereka menggotong makanan untuk dibawa ke sarang, tampak mereka berbaris dengan rapi, dan hampir selalu, menyempatkan diri untuk 'bersalaman' dengan rekannya yang berpapasan dengannya. Oke, saya nggak mbahas kenapa mereka melakukan itu ( sebenarnya, mereka saling membaui dengan antena mereka, untuk saling mengenali satu sama lain, apakah si dia rekan satu sarang atau bukan, dan untuk mencium jejak feromon yang dilepaskan kawannya agar bisa mengetahui jalan pulang serta informasi lainnya yang disampaikan oleh rekannya tadi) namun lihat suatu hikmah yang kita dapat ambil dari hewan kecil yang seringkali kita anggap remeh ini. Yakni, dalam keadaan bagaimanapun, mereka selalu sempat untuk sekedar bersilaturahi dengan rekan-rekannya. Bagaimana dengan kita? Bagaimana silaturahmi kita dengan rekan-rekan? Jangankan bersalaman tiap ketemu, bah

Gundul; Never Ending Style

Gambar
'Gundul', begitu beberapa sobat memanggil saya. Nggak perlu dijelasin alasannya kan, tentu saja karena saya memang gundul. Kadang ada juga yang memanggil 'botak', meskipun berbeda makna, yah saya terima sajalah. Ada juga panggilan-panggilan lain yang serupa, misal : bola basket, penthol (bakso, osob ngalam), lampu taman, biksu, avatar, dan lain-lain yang semakna. Seringkali teman-teman saya (terutama teman SMA dan kuliah) bertanya, 'opo enake sih gundul iku?' . Mungkin mereka gemes juga liat saya tiap kali potong gundul, padahal rambut saya belum terlalu panjang menurut penilaian mereka (dan sebaliknya, itu sudah terlalu panjang bagi saya). Ada beberapa alasan memang, yang pertama adalah kebiasaan. Saya sudah terbiasa potong gundul sejak sebelum masa SMA, seingat saya sejak kelas 2 atau 3 SMP malah. Nah, dari sini muncul pertanyaan baru, 'kok sampai terbiasa gundul gitu?' . Alasannya adalah bentukan rambut saya, yang agak gak jelas. Lurus enggak, keritin

Peringatan HUT ke-65 TNI AU

Bandara Halim Perdanakusuma, 9 April 2011, kick off pukul 7.45 WIB. Saya bersama beberapa rekan kuliah menyempatkan diri untuk berangkat ke sana, karena berdasarkan info dari seorang teman yang tinggal di lingkungan Halim, acara tersebut juga terbuka untuk umum dan terlebih lagi tidak dipungut biaya (mahasiswa banget deh) :) Yang paling menarik, tentu bukan upacaranya, namun airshownya. Kapan lagi ada kesempatan menonton para penjaga langit NKRI beraksi secara live. Memang sejak beberapa hari sebelumnya, kalo nggak salah mulai hari selasa, langit Jakarta seolah dijadikan 'taman bermain' bagi para burung besi ini. Mulai dari Hawk, Tiger, Hercules sampai Flanker, seolah asik berkejar-kejaran di atas ibukota. Rupanya mereka sedang berlatih untuk airshow hari ini. Sekitar pukul 8.30 WIB, saya dan rekan-rekan akhirnya tiba di tempat. Upacara sudah setengah jalan dan hampir berakhir, namun kami tidak peduli, karena yang kami tunggu bukan upacaranya. Kami terus bergerak dari tepian ke

Endorphin vs Lactic acid; who'll be the winner

Kali ini mbahas sesuatu yang berbau ilmiah dikit lah, buat ganti suasana aja. Beberapa istilah yang sedikit memelintir lidah ini terkait dengan ilmu biologi (mengobati rasa kangen pada pelajaran SMA). Oh iya, subjek yang dibicarakan di sini, secara khusus adalah kita, manusia. Sedikit mengulas, intinya endorphin adalah suatu senyawa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dihasilkan oleh kelenjar pituitari dan hipotalamus, pada saat subjek mengalami suatu perasaan yang menyenangkan. Dapat dibilang, endophrin adalah semacam morfin alami dalam tubuh kita yang membantu mengurangi rasa sakit atau stress. Sementara Lactic acid alias asam laktat, adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh tubuh dalam proses metabolisme anaerob dalam tubuh subjek. Tunggu dulu, anaerob? Kita kan manusia?, mungkin begitu pikir Anda. Oke, mari kita buka sejenak buku pelajaran biologi kelas 3 SMA mengenai metabolisme. Dalam keadaan tertentu, ketika aktivitas kita membutuhkan pasokan energi yang besar, s

Panas..panas..

Panasnya Jakarta memang sudah menjadi trademark. Hampir tiap hari, orang-orang yang tinggal di sini pun mengeluh karena panas. Kalau saya lihat di termometer, suhu rata-rata sekitar 33 °C, kadang sampai 34, jarang turun sampai 32 apalagi lebih rendah (bahkan pada malam hari setelah matahari terbenam). Sebagai pengecualian, tentunya pada saat turun hujan deras dan setelahnya, baru agak seger dikit. Seringkali, melihat status teman-teman di Fb, pada ngeluh soal panasnya Jakarta (yg tinggal di Jakarta, meski kadang teman-teman di manapun juga mengeluh kepanasan kalo cuaca lagi panas). Tapi sepanas-panasnya jakarta, atau bahkan Abu Dhabi sekalipun, itu cuma panas duniawi. Jangan dibandingkan kalau dengan panasnya neraka Allah, naudzubillah, semoga kita termasuk orang-orang yang terlindung dari api neraka. Dalam salah satu hadits, Rasulullah bersabda : Apimu (yang kamu semua menyalakannya di dunia) ini adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya neraka jahanam, setiap bagian sa

Jenis-jenis Blogger

Seperti halnya status facebook, tipe postingan seseorang dalam blog-nya juga bisa mencerminkan dirinya. Mau tahu? Yuuk disimak . . . Blogger amatir : isi blog-nya hanya bercerita tentang hal-hal sepele, kisah awal bagaimana dia blogging, atau kesehariannya yang biasa saja. Bisa dibilang, postingannya belumlah berbobot dan hampir pasti gak bakalan sampe tersangkut oleh search engine. Hampir semua bloger pernah melewati fase ini. Blogger curhat : isi postingannya terutama tentang kejadian yang dialaminya, terutama pada momen-momen yang sarat emosi. Mulai dari luapan kegembiraan, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, kebahagiaan, jatuh cinta atau apapun deh. Jadi saat membaca blog-nya, rasanya seperti membaca diary seseorang. Yang bikin gak enak, kalau pas si pembaca disebutkan dalam kisah di blog tersebut, dalam posisi yang kurang mengenakkan. . . Blogger alay : Yakni blogger yang penulisannya bergaya alay, membicarakan hal-hal gak penting yang ditanggapi secara lebay, senada dengan status

Jakarta oh Jakarta

Panasnya Jakarta membangunkan si gundul dari tidur siangnya. Gerah, badannya berkeringat semua. Si gundul terdiam sejenak sembari mengumpulkan sukma yang masih berceceran di alam mimpi. Setelah benar-benar sadar, dirinya bangun, menatap sekeliling. Kepalanya menoleh ke empat penjuru mata angin. Oh, masih di kosan rupanya, pikirnya setelah melihat empat sisi dinding kamar kosannya. Rupanya, dia tadi bermimpi sedang berada di kampung halamannya, berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di tempat favorit mereka. Di sebuah sekolah menengah atas, di kaki gunung Arjuna. Di mana dari sekolah itu, memandang ke segala arah, mereka bisa menyaksikan bukit dan gunung. Di mana angin sepi-sepoi selalu menemani mereka bercengkrama sambil tertawa-tawa tanpa henti mengingat kekonyolan mereka saat masih SMA dulu. Si gundul beranjak bangkit dari kasurnya. Melangkah keluar kamar menuju teras depan kosannya. Memanjat pagar biru dan nangkring di sana, melihat langit dan merasakan angin seperti biasanya. Biru ce