Desember 2018, Banten-Lampung dihempas tsunami vulkanis, ratusan tewas
Oktober, Lion Air JT 610 jatuh menghempas lautan, tak ada satupun yang terselamatkan
September, Palu, Donggala dan sekitarnya digoyang gempa, ditelan likuifaksi dan dihempas tsunami pula, entah berapa ribu yang tewas terkubur, terbenam, atau tenggelam
Juli hingga Agustus, Pulau Lombok ratusan kali diguncang gempa, luluh lantak dan yang menjadi korban amatlah banyak
Berbulan-bulan bencana menerpa, apakah salah jika ada yang mengajak untuk berkaca, introspeksi atas segala salah dan dosa?
Berbulan-bulan rakyat berduka, berlebihan kah kiranya jika ada ajakan taubat nasuha?
Terlalu sombong rasa-rasanya, jika menganggap ini semua hanya kejadian alam biasa
Terlalu angkuh rasanya, jika menyalahkan takdir bahwa negeri ini berdiri di atas cincin api, sebagai biang keladi satu-satunya
Mungkinkah Tuhan telah bosan melihat tingkah kita, yang penuh dosa lagi berbangga atasnya, hingga alam pun nampak enggan bersahabat lagi dengan kita? Tak ada salahnya jika bencana beruntun ini menjadi ajang evaluasi untuk perbaikan di segala bidang, sembari mendoakan mereka yang telah berpulang, terbawa oleh bencana yang datang silih berganti bagai gelombang