Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Paragraf Penutup Akhir Tahun

Tahun 2023 sudah hampir berganti, teramat banyak kejadian membekas dalam sanubari. Tak terhitung nikmat Allah yang didapat pada periode ini, meski sebagian hal juga menguras emosi. Tentu tak menarik jika menuliskan seluruh peristiwa layaknya kilas balik. Yang terpenting adalah hikmah yang dapat kita petik, seiring keyakinan bahwa apapun yang telah ditetapkan oleh-Nya adalah yang terbaik.  Sebagai bahan muhasabah dari kejadian yang sudah-sudah, kala timbul masalah, tak perlu sibuk mencari siapa yang salah. Ketika itu sudah terjadi, yang terpenting kita fokus pada solusi .* Di level instansi, DJBC tercinta sedang banyak diuji di tahun ini.  Ketika ada luput petugas dalam menjalankan pekerjaan yang berdampak pada khalayak ramai di luar, seketika warganet ramai berkomentar, memicu kebencian yang di luar nalar. Meski jantung berdebar,  kita dituntut untuk tetap sabar, mengingat berdebat di sosmed justru bisa bikin kebencian makin menjalar. Daripada emosi yang keluar, lebih baik fokus selesa

What's Left from BTIS Daddy's Camp 2023

Gambar
Setelah Daddy's Camp berakhir, tentu saja ada banyak cerita yang tersisa. Berikut penulis rangkum keseruan-keseruan di sana yang terabadikan dalam jepretan kamera. Udara bersih, sungai mengalir, pepohonan lebat. Hal yang dirindukan oleh warga Jabodetabek banget sih ini. Ironisnya, dulu saat masih kecil, tinggal di desa yang suasananya seperti ini, malah penasaran sama kehidupan di kota besar. Pas di kota besar merindukan suasana pedesaan. Manusia oh manusia. Even perkemahan tentu tak lengkap tanpa perlombaan. Ada menang, ada kalah. Ada yang berhasil, ada yang terjerembab. Ada yang cepat-cepat, ada yang cari aman. Seperti hidup, perjalanan setiap dari kita berbeda-beda. Tapi sebagai muslim, tentu kita semua punya 'garis finish' yang sama; pengen ke surga-Nya. Badan air yang jernih akan menampakkan dasarnya. Entah kerikil, atau pasir. Air yang jernih juga menberi manfaat untuk beragam makhluk. Layaknya insan yang memiliki hati yang jernih, tentu akan menyenangkan bagi ora

Daddy's Camp Bojana Tirta Islamic School, Capolaga 2023

Gambar
Kali ini sekolah Aira mengadakan kegiatan berkemah anak dan ayah di Subang. Menarik menyaksikan betapa sebagian bapack-bapack begitu kebingungan ketika mengurus anak, dengan kalimat yang paling sering terdengar " biasanya sama bundanya ". Mulai dari permasalahan anak harus pake baju apa, dibawain handuk apa ngga, camilan kesukaan si anak apa, dan macam-macam lainnya. (Tentu saja, tidak semua begitu. Ada juga bapack-bapack yang aman meng handle anak-anaknya.) Di satu sisi, wajar saja sih, mengingat para ayah seringkali disibukkan dengan kegiatan menjemput rizki. Dan terutama di Jakarta, seringkali para ayah berangkat sebelum mentari terbit, dan baru tiba di rumah selepas mentari terbenam. Boro-boro mengurus anak, bertemu anak saja waktunya sediki sekali. Di sisi lain, mungkin ini menunjukkan betapa negeri ini menjasi fatherless karena tuntutan duniawi, hingga tak jarang para ayah kurang memperhatikan masalah tumbuh kembang anak. Maka dengan sedikit waktu yang tersedia ini, s

I fell for the ocean, quite literally

Gambar
That title above is self explanatory. During a trip from Tarakan to Nunukan by a hi-speed ferry, i fell just before boarding the ship, at the lower part of the dock. The reason? It was slippery. Like, very slippery. Because of the tides, the lower part of the dock will be submerged sometimes. I could tell by the mussels and the thin layer of mud. But i was pretty ignorant, and a lil bit overconfident, thinking that i wouldn't fall since several times during my sea patrol duties, i never fell even once. So this is the first lesson of it; arrogancy could be your first step to downfall, quite literally. Next question, why did i came to the lower part of the deck? Well, just like those careless internet personality who fell from a tower, bridge or anything, i wanted to get a good pict. And this is the last pict i took. Pretty lame for the price. The pain is temporary, but the memory . . . The second lesson: watch your steps, quite literally. We might already heard that caution a thous

We Will Not Go Down

Gambar
Postingan kali ini singkat saja. Sudah lama tidak menulis di blog karena berbagai kesibukan, namun parahnya kondisi di Palestina karena genosida yang dilakukan oleh penjajah zionis, i have to break my silence . Saatnya saya kembali menulis. Sebenarnya heran kala menyaksikan masih ada warga Indonesia yang justru mengecam pihak Palestina dan condong ke membela penjajah zionis.  Kalau buat saya, ada beberapa alasan kita harus peduli sama isu Palestina: 1. Warga Palestina itu berjuang untuk kemerdekaannya Sebagaimana para pejuang kemerdekaan kita dilabel ekstrimis, radikal dan teroris oleh para penjajah dari eropa kala itu, rakyat Palestina pun tengah berjuang untuk kemerdekaannya. Jadi gak ada istilah "mereka nyerang duluan, wajarlah zionis membela diri". Lha zionis itu menjajah Palestina sejak puluhan tahun lalu kok, malah dibela. Yang ngomong kayak gini, kalau hidup di jaman perang kemerdekaan bisa-bisa menjadi cepu penjajah. Lagipula, warga Palestina adalah perwakilan kaum mu

Cinta

Gambar
Secinta-cintanya kita pada gurat indah senja, dalam sekejap ia kan berubah gelap gulita Secinta-cintanya kita pada barang kesayangan, nantinya akan rusak, hilang, atau diwariskan Secinta-cintanya kita pada makanan, esok pagi ia akan keluar jadi kotoran   Secinta-cintanya kita pada sebuah tontonan, tak lama akan berakhir juga Secinta-cintanya pada sebuah band, bisa jadi nanti ganti vokalis dan tak lagi kita suka Secinta-cintanya kita pada sebuah jabatan, ada waktunya mutasi, atau pensiun Secinta-cintanya kita pada seseorang, kelak akan menua, berubah, atau terpisah waktu  Secinta-cintanya kita pada dunia dan seisinya, toh nanti akan kita tinggalkan juga Maka beruntunglah kita, jika mencintai sesuatu yang abadi Cinta yang tak berujung kepada penyesalan atau kesedihan Cinta yang membawa kita pada kebaikan dan kemuliaan  yang langgeng dan tak sehina dunia nan fana ini

Change Cannot Be Chained

Gambar
  The sun rises every day as we know it, and never once in time has it failed to rise. And no matter how much we love its beautiful rays, they will eventually set, leaving darkness to come. The wind blows around the world, carrying clouds and sometimes bringing storms, only for us to wait for it to pass by, unstoppable. And when all hopes seem to fade, it stops. Bringing back the sun's rays and the gentle breeze. The river flows steadily, looking forward to merging with the ocean. Whatever the obstacle, no matter how slow, it will always find its way to flow. And once it arrives, it suddenly arises, heated by the sun, forming clouds, and brought by the wind, raining down again, only to continue its cycle. The mountain, pushed by tectonic plates below, patiently built itself up. Inches by inches, it grew. Rise above its surrounding land. Once it reached its highest peak possible, things began to change again, like everything else. The weather wears it down. Rain and snow erode its t

Di Balik Buku: Rahasia Besar Aska

Gambar
Alhamdulillah pada tanggal 20 Mei 2023 kemarin, penulis dipercaya ooleh Penerbit BIG untuk kembali mengisi acara peluncuran buku secara virtual sebagaimana penulis bocorkan di artikel 'Di Balik Buku'  sebelumnya . Naskah ketiga ini diilustrasikan oleh Kak Aissa Mutiara, ilustrator berbakat asal Aceh yang justru baru terjun serius di dunia ilustrator tahun lalu. Ssst, meski relatif baru, ia sudah mengilustrasikan beberapa buku anak dengan partner penulis dari berbagai negara lo. Wah, biar gak penasaran dengan rahasia apa saja yang terungkap di Virtual Launching kali ini, simak aja deh artikel berikut. Searah jarum jam dari kiri atas: Kak Ridha sang moderator yang mengulik berbagai rahasia di balik buku; kak Aissa sang ilustrator; tangkapan layar salah satu halaman buku 'Rahasia Besar Aska'; dan penulisnya yang cengar-cengir gak tau pas lihat apa itu. Seperti pada peluncuran buku sebelumnya, sepekan sebelum peluncuran, penulis mengisi acara buat adik-adik anggota komunit

Porthole Perspective

Gambar
When i was on voyage with a ship, what I love the most is the beautiful view of the sea and sky above. However, the voyage won't be always fun and joy. The wind is unforgiving. The blaze of the sun will pierce your skin. Or sometime, it rains heavily and you wouldn't like the prospect of getting wet by the rain while you are on the ship, right? The wave's getting rough sometimes. And with each ups and downs along the wave, so does our gut and its contents. Fortunately, I rarely got seasickness. To escape the uneasiness during the voyage, i would lie down on my bed, in line with the ship's heading. But inside my room, i couldn't really enjoy what I like the most from the voyage: the ocean view. There's porthole near my bunk bed, but of course, the view is limited. You really need to go outside, to get the whole view and atmosphere of the ocean. You gotta feel it from the starboard side and the portside. From the bow and the astern. Climbing the mast if necessery.

Di Balik Buku: Adam & Pasukan Berkaki Enam

Gambar
Setelah peluncuran buku cerita anak berjudul " Aswa Istimewa " pada pertengahan Oktober tahun lalu, kini naskah kedua penulis yang berjudul "Adam dan Pasukan Berkaki Enam" telah diterbitkan oleh Penerbit BIG . Bagaimana kisahnya? Simak di artikel ini ya :) Penampakan sampul depan Awal Mula Cerita "Adam & Pasukan Berkaki Enam" bisa dibilang secara literal sebagai mimpi jadi nyata. Karena memang inspirasinya dari sebuah mimpi. Berawal dari istri yang menceritakan mimpinya, di mana istri berada di sebuah rumah besar yang memiliki ruangan rahasia yang bisa diakses dari kolong tempat tidur. Mengingatkan pada dunia ajaib Narnia yang diakses dari dalam lemari baju, kan? Maka penulis pun melakukan associative thinking , namun tak ingin membuat cerita ajaib seperti Narnia. Penulis pun membuat cerita dengan latar tempat kolong tempat tidur sebagai lokasi tokoh memainkan imajinasinya. Lalu apa yang menjadi problem dalam cerita itu? Baca terus dan temukan jawabann

Lego Bikin Lega

Gambar
Di bulan November 2022, SD Bojana Tirta Islamic School (BTIS) mengadakan lomba mewarna.  Setelah sebelumnya mengikuti lomba serupa di toko buku ternama di Planet Bekasi dan belum berhasil menang, tentu kala itu Aira berharap pialanya bisa ia bawa pulang.  Piala dan hadiah disusun berjajar seolah memanggil-manggil, namun sayang, saat pengumuman nama Aira (lagi-lagi) tak terpanggil. Karena ia merasa sudah berusaha keras (dan memang sudah ada peningkatan dibanding lomba sebelumnya) tapi belum berhasil, Aira pun menangis bombay layaknya tokoh sinetron abege labil.  Nah, saat BTIS akan mengadakan Lego Speed Building Competition , bundanya mendukung 1000% agar Aira kembali ikut action . Ayahnya sih oke-oke aja, hanya berharap Aira bisa menerima apapun hasilnya. Karena pesertanya buanyak akhirnya adik Fatih mengunggu di rumah bersama bunda, Aira berangkat ke medan laga berdua sama ayah saja.  Di waktu perlombaan, alhamdulillah Aira bisa menyusun set Lego yang disediakan. Dari penyisihan hingg

Ironi Bawah Langit

Gambar
Menara menjulang mencakar angkasa Di seberang jurang kemiskinan nan lebar menganga Pembangunan fisik di seluruh area Pembangunan mental ala kadarnya Lidah tak bertulang memuji idola dengan takzim Lidah yang sama, mencaci saudara serahim Lidah tak bertulang, mengutip ayat suci Lidah yang sama, memutar fakta memelintir janji Yang dituakan dan diharap mengayomi, Justru mempertontonkan kekanakan dalam diri Yang menimpin dan diharap memberi teladan, Nyatanya hanya mewariskan banyak beban Yang dipercaya dan diharap menjadi pendorong, Justru gemar melahap sajian data bohong Insan bertahta tanpa tata krama Semakin dipuja dan terlena, gembira menyesatkan pemirsa Insan bergelar banyak namun miskin akhlak Mengagungkan keterbatasan otak Insan kesepian di keramaian Tersesat dalam pusaran pengetahuan Kefanaan yang dipuja oleh pemuja pangkat dan pengagung gelar ningrat Namun bagi Sang Teladan, dunia layaknya bangkai anak kambing bertelinga cacat

Keputusan

Gambar
Matahari mulai mendekati peraduannya, namun sinarnya masih cukup menerangi, menembus udara kota yang kotor. Pukul lima sore, mayoritas pegawai di kantor ini sudah bersiap menuju kediaman masing-masing, entah dengan bis jemputan, mobil atau motor. Beberapa orang berganti pakaian olah raga dan bersiap untuk bermain bola, badminton atau sekedar jogging mengelilingi kantor. Namun tidak dengan Tuan Manganan. Bersama atasannya, seorang kolega dan seorang bawahan, mereka melangkah ke arah berbeda. Bukan menuju ke dekap hangat keluarga atau sekedar berolahraga, mereka sedang mempertaruhkan marwah dan kebanggan seragam biru tua. Dari gedung Harimau menuju gedung Kasuari, bersiap menghadap pada Pimpinan Tertinggi organisasi. Mereka berempat berjalan beriringan, namun terasa seolah belasan atau puluhan, bahkan ratusan langkah mengiringi. Terbayang ratusan pegawai lain yang membantu pengumpulan, penyiapan, pengolahan dan penyajian data dalam kajian ini. Jarak dua gedung itu tak terlampau jauh, nam

New Year New Resolution for Our Not-new Planet

Gambar
I never understand the meaning of celebrating new year with tons of explosives polluting the sky, ear-torturing trumpet and gallons of unhealthy drinks, only to live as lame as before. For some people, that's joy. For me? That's nonsense. New year has nothing to do with celebration. That's just our rocky planet finishing one round of its eternal race against time around its sun.  A new beginning of a certain unit of time. Just the same as every morning, a start of a brand new day. Or every time our moon repeat its monthly cycle. Nothing special to be proud of, unless we are battling life-threatening diseae, or surviving a catastrophic event, or finding a reasonably close habitable planet to move on, there's nothing to be celebrated over a new calendar year.   I mean, if we really need to celebrate, celebrate an achievement. Like finishing a new and challenging task. Accepted at a new (and better) workplace. Acquiring new business. Mastering new skill. Learning new langu