Khotbah Jumat : Berbakti Pada Kedua Orangtua

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Setelah absen cukup lama, akhirnya saya bisa kembali online dan posting lagi tentunya.
Oke,langsung saja pada intinya.

Khotbah Jumat kali ini, menyebutkan 2 dari 15 hal yang merupakan 'indikator' pantas atau tidaknya suatu negeri ditimpa bencana. Jika tanda-tanda ini muncul dan sudah membudaya, maka bisa dibilang negeri tersebut masuk kategori layak ditimpa bencana.

Dalam khotbah ini, hanya diulas 2 hal saja, yakni :
- ketika seorang lelaki lebih patuh pada istrinya daripada ibunya, dan bahkan menyakiti hati ibunya
- ketika seseorang begitu loyal dan hormat pada teman-temannya, namun mendurhakai bapaknya

Intinya sih sama, durhaka ke orangtua, yan kayaknya sudah mulai ngetren di negeri kita tercinta. Liat aja, berapa banyak berita anak ngebunuh ortunya gara-gara masalah sepele doang?

Betapa pentingnya berbakti pada kedua orangtua dalam ajaran Islam, bahkan diriwayatkan bahwa Allah lebih ridho kepada seseorang yang berbakti kepada orangtuanya meski orang tersebut masih banyak dosa dan maksiat; dibandingkan dengan seorang ahli ibadah yang menyakiti hati orangtuanya. (ridho Alah diberikan dalam bentuk hidayah kepada si ahli maksiat nan bebakti pada orangtua, sehingga dia bertaubat dari maksiat yang dilakukannya. Dan tentu saja ini bukan alasan untuk tetap bermaksiat)

Yang dicontohkan, adalah kisah salah satu sahabat yang mengalami sakratul maut, namun tak kunjung bisa mengucap kalimat tauhid bahkan ketika ditalqin oleh Rasulullah. Lalu Rasulullah bertanya kepada para sahabat, apakah ibu dari orang tersebut masih hidup. Lalu sahabat mengiyakan, dan Rasulullah menitahkan kepada salah satu di antara sahabat untuk mengabarkan kepada sang ibu, bahwa Rasulullah memanggilnya;dan jika beliau berhalangan, maka Rasulullah lah yang akan mendatangi sang ibu. Maka seorang sahabat pun berangkat menjemput sang ibu dari pria yang tengah sakratul maut tersebut, dan sang ibu pun berkata bahwa sepantasnyalah dia yang mendatangi Rasulullah. Ketika tiba di tempat anaknya yang tengah mengalami kesulitan mengucap kalimat tauhid, maka sang ibu pun berkata pada Rasulullah bahwa si anak pernah menyakiti hatinya. Namun karena tak tega melihat penderitaan si anak, di hadapan Rasulullah, dia pun mengatakan bahwa dia sudah ridho pada anaknya. Dan si anak pun mampu mengikuti kalimat tauhid yang diucapkan ketika Rasulullah mentalqinnya.

Kisah lain, adalah ketika seorang sahabat meminta ijin pada Rasulullah untuk ikut pergi berperang. Lalu Rasulullah bertanya padanya, perihal apakah ibunya masih hidup. Dan sahaba tersebut mengiyakan. Maka Rasulullah pun menyuruhnya untuk kembali pada ibunya dan berbakti padanya.

Kisah lain, adalah ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah perihal siapakah yang paling berhak mendapat penghormatan dan penghargaannya. Rasulullah menjawab, "ibumu". Sahabat tersebut bertanya lagi, dan Rasulullah pun memberikan jwabana yang sama. Sahabat tersebut bertanya untuk kali ketiga, dan Rasulullah masih memberikan jawaban yang sama. Baru ketika sahabat tersebut bertanya kali keempat, Rasulullah menjawab "ayahmu".

Berbakti pada kedua orangtua merupakan kewajiban kita, bagaimanapun keadaan mereka, bahkan ketika orangtua kita adalah non muslim, kita tetap harus menyayangi dan berbakti pada mereka, meski hanya sebatas dalam perkara duniawi. Jika orangtua sudah meninggal, maa doakanlah mereka agar mendapat tempat yang mulia di sisi Allah dan lakukanlah amalan-amalan yang diniatkan pahalanya untuk mereka.

Para pembaca, kapan terakhir kali bertemu atau setidaknya menelepon kedua orangtua dan menanyakan kabar mereka? Kapan terakhir kali kita menyenangkan hati mereka? Kapan terakhir kali kita mendoakan mereka?
Mari kita lakukan, selagi masih ada kesempatan . . .

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Komentar