Nggak Ada Yang Namanya Bad Day

Mengingat beberapa hari ke belakang, mendapatkan info yang bisa dibilang kurang menyenangkan. Terkait masalah magang dan penempatan yang bisa jadi tertunda sampai februari tahun depan. Masih tanpa ada penjelasan yang memadai ataupun solusi pasti. Sempat misuh-misuh di dunia maya, namun belakangan saya hapus pisuhan tersebut ketika tersadar bahwa kata 'janc**' tak akan memperbaiki keadaan.
Kejutan dalam kehidupan, itu biasa. Tak mendapatkan hal yang diinginkan, pun wajar. Mendapatkan hal yang tak terduga, sangat lumrah. Itulah hidup. Ada skenario yang kita tidak tahu, kita hanya memainkan peranan kita tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Berusaha menjalani sebaik-baiknya, atau dengan biasa-biasa pun tak apa, itu terserah Anda. Hadapi masalah dengan kepala dingin, walau lebih sering kepala pening dibuatnya. Itulah hidup, kalau tak mau dapat masalah, jangan hidup, tapi Anda sudah terlanjur ada di dunia. Ingin mengakhiri hidup begitu saja? Itu cengeng namanya, belum lagi pasti ada konsekuensi di akhirat sana.
Skenario hidup, Allah yang ciptakan. Dia berikan yang terbaik untuk umat-Nya, entah mereka percaya atau ingkar. Perhitungan dan ketetapan-Nya jauh di luar jangkauan manusia, karena Dia lah Dzat Yang Maha Sempurna. Penilaian baik buruk oleh kita, bisa jadi berbeda dengan ketetapan-Nya. Karena ilmu kita tak ada setetes air dalam samudera-Nya, maka sepatutnya kita percaya. Percaya saja, Allah akan berikan yang terbaik bagi umatnya.
Nggak ada itu nasib sial, hari buruk atau kurang keberuntungan. Masalah rejeki dan sebagainya sudah ditetapkan sebelum kamu dilahirkan. Hanya masalah sudut pandang yang sering bikin kita bimbang. Ini yang terbaik dari Allah tapi kita yang tak bisa mengartikan. Sekali lagi, percayalah Allah Maha Adil dan selalu tepat saat membuat perhitungan. Ubahlah cara pandang dan dunia akan tampak lebih lapang.
Mulut bisa bilang sabar, tapi hati sudah gerah menanti kepastian. Pikiran mulai terganggu dengan label 'pengangguran'. Katanya lulusan sekolah kedinasan tapi kok nggak ada pekerjaan. Ah, biar saja orang bicara, mereka kan tak tahu apa-apa, bergumam menghibur diri sendiri, meski telinga sudah mulai terasa perih. Rupanya begini rasanya jadi pengangguran. Tak ada pekerjaan, tak punya penghasilan, hidup tak jelas malah dapat cibiran. Sabar saja, ini cuma sementara, nanti ketika sudah jadi pegawai, penghasilan mencukupi sudah tak lagi dalam andai-andai. Setidaknya kita sudah belajar empati terhadap para pengangguran, asal tak jadi pengangguran betulan. Nanti saat lihat koran ada pengangguran bunuh diri, setidaknya sedikit bisa memberi empati.
Sekarang jalani saja masa tenang bersama keluarga, teman, dan kegiatan yang tak bisa dilakukan saat sedang di perantauan. Nanti setelah penempatan di ujung nusantara, kampungmu yang ndeso pasti akan kau rindukan.
---------------------------------------------------------------------------------------
*sindrom galau nganggur akibat tertundanya masalah pemberkasan, magang dan penempatan (masih isu)

Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .