Matarmaja (dan Kereta Ekonomi Jarak Jauh Lainnya); Hanya Untuk Orang-orang Terpilih



Bagi para pelanggan setia Matarmaja dan kereta ekonomi jarak jauh lainnya, pernahkan Anda merasa iri dengan orang-orang yang bisa pulang kampung (atau balik ke kota) dengan moda transportasi yang lebih baik dari Anda? Katakanlah, pengguna setia bus malam, kereta eksekutif/bisnis, atau pesawat terbang? Mungkin Anda berpikir bahwa mereka lebih baik dari Anda, namun tak pernahkah Anda berpikir bahwa KITA (bukan cuma Anda yang setia dengan kereta ekonomi jarak jauh, saya juga lho *shakehand) lah yang lebih baik daripada mereka???

Tahukah Anda, bahwa kita adalah orang-orang yang begitu santai dan hidupnya tidak dikejar-kejar waktu dan deadline meeting atau urusan ini itu? Mereka-mereka yang harus pulang kampung dengan pesawat terbang sejatinya cukup menderita juga. Mereka naik pesawat terbang karena dikejar waktu, keburu ini lah, kesusu itu lah. Sedangkan kita? Gujes gujes tuuuut tuuut . . . . dengan santainya menikmati setiap kilometer yang dilalui, menikmati pemandangan sawah, sungai, jurang, perumahan, atau apapun di sekitar rel kereta.

Sadarkah Anda, bahwa wahana ekonomis ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki fisik prima, untuk menghadapi perubahan suhu yang cukup ekstrim, berkeringat ria ketika siang hari (dan terutama ketika kereta berhenti) sekaligus menggigil kedinginan ketika kereta melaju maksimal menembus pekatnya malam (terutama ketika hujan). Untuk setengah begadang ketika tak ada tempat yang cukup nyaman untuk tidur pulas. Bahkan bagi mereka yang mendapatkankeistimewaan lebih, untuk melatih kekuatan otot kaki dengan berdiri selama sekian persen dari seluruh perjalanan? Tidak, para penumpang wahana eksklusif dan eksekutif tak akan mampu untuk menjalani cobaan fisik serupa ini. Kita lebih kuat dari mereka.

Kalau mau berhitung, sebenarnya pengguna kereta ekonomi ini adalah orang-orang yang paling pintar mengatur keuangan. Bagaimana tidak, untuk menempuh jarak hampir seribu kilometer Jakarta-Malang, cukup dengan Rp. 51.000,00. 20 jam perjalanan. Hitung saja, maka akan Anda dapatkan tarif perjam yang sangat murah. Hanya berkisaar 2500 rupiah perjam. Bayangkan itu sodara-sodara. Lebih murah daripada online di warnet selama sejam. Apalagi jika Anda memilih tidak membeli tiket (alias mbayar nduwur; jangan ditiru yaaa). Terlebih lagi jika kita mendapat bonus waktu penggunaan (kayak internet time-based aja) alias molor. Entah karena ada kecelakaan yang menghalangi jalur kereta Anda, atau karena stasiun banjir, perjalanan Anda bisa extended hingga berjam-jam. Rekor saya sih, 28 jam, ketika ada kereta Argo yang salto di rel di daerah pantura, dekat stasiun Plabuan, membuat pengguna matar (dari Malang ke Jakarta) dipaksa untuk turun, lalu dialihkan dengan bus ke stasiun berikutnya, baru naik matar lagi (yang seharusnya dari Jakarta ke Malang). Jadi tarif perjamnya turun drastis sampai di bawah Rp. 2.000/jam. Luar biasa murah kan?
Sedangkan para pengguna pesawat coba, sekian ratus ribu dihabiskkan untuk sejam perjalanan Jakarta-Malang? Rugi abis lah itu namanya. . .

Hanya orang-orang yang pemberani dan selalu waspada yang mampu untuk tetap setia menaiki wahana ini. Menghadapi aksi copet dan orang-orang berniat tak baik dalam kereta, yang kita tak tahu kapan mereka akan menyerang. Barangkali salah satunya mengincar dompet atau henpon Anda sejak Anda menaiki gerbong, ketika berdesak-desakan di pintu masuk. Atau mengincar laptop dalam tas Anda, dan menunggu waktu untuk beraksi ketika Anda terlelap.

Fitur lain yang bisa dimanfaatkan adalah sebagai bahan ajar sosiologi atau antropologi bagi mahasiswa ilmu sosial. Lihat saja, ada berbagai jenis manusia di dalam perut ular besi yang satu ini. Mulai kaum yang benar-benar ekonomis (sampai-sampai tak mampu beli tiket), sampai kaum eksekutif yang ketinggalan wahananya atau bahkan kaum penerbang yang tak kebagian tiket. Anda bisa belajar banyak tentang nilai-nilai kemanisaan dan budaya sepanjang perjalanan. 20 jam sodara, bayangkan, berapa SKS kuliah itu. . .

Moda transportasi ini juga sebenarnya sangat selektif dalam memilih para penumpangnya, terutama dalam sikap mental mereka. Hanya orang-orang berjiwa besar, senang mengalah dan berjiwa sosial tinggi, yang merelakan kendaraan yang ditumpanginya berhenti hanya sekedar untuk memudahkan kendaraaan lain lewat duluan (baca:kereta eksekutif, kereta bisnis, dan bahkan kereta pengangkut barang harus lewat duluan). Benar-benar, hanya orang-orang yang berdada besar. . .eh, salah, maksudnya berlapang dada dan berhati besar yang mampu mementingkan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri.

*sekedar tulisan untuk membesarkan hati para pengguna kereta ekonomi

Disadari atau tidak, sarana transportasi berwujud Matarmaja dan sejenisnya adalah salah satu sarana melatih mental positif. Kita diajari untuk bersabar menghadapi lamanya perjalanan. Kita dituntut kreatif untuk mengatasi kebosanan. Untuk saling menguatkan ketika ada yang mulai jenuh dan mulai negatif. Kita menjadi lebih peka ketika melihat orang-orang yang lebih sengsara daripada kita (misalnya, sekeluarga yang naik tanpa tiket duduk, padahal ada anak-anak dalam kelompok mereka). Dan masih banyak manfaat lainnya jika kita mau melihat dengan mata terbuka dan berpikir positif; bukan hanya memaki keadaan yang sudah Anda pilih sendiri. Membeli tiket matarmaja dan KEJJL = siap menghadapi perjalanan bersamanya, apapun resikonya.

Jadi, mengapa masih merasa minder dengan tiket kereta ekonomi Anda?

Mari memilih Matarmaja :D

Komentar

  1. sedih aku monk neg inget matar..nganter bojoku mo balik ke bogor 2minggu yang lalu..numpak matar...ga tego aku rasaneee...protol kabeh belung iku rasane mon...T_T

    BalasHapus
  2. Kereta Ekonomi adalah kereta bersubsidi, jadi seharusnya hanya boleh digunakan untuk orang-orang yang berhak.. Hehehe..

    BalasHapus
  3. Belajar ilmu ikhlas itu... Dengan banyak melihat yang lebih di bawah, jadi lebih bersyukur :)

    BalasHapus
  4. sing jelas lek nek mmataarenakan tru nisor.hahahaha

    BalasHapus
  5. Setiap hal emang punya kelebihan & kekurangan, gak terkecuali ya kereta kelas ekonomi sebagai alat transportasi. Tinggal kita lebih suka & lebih nyaman pake yg mana...

    Bentar lagi bulan Ramadhan, bakalan banyak yg pake kereta bwt pulang kampung. Apalagi klo tar menjelang lebaran...

    BalasHapus
  6. menghibur diri y...

    ntar bakal kita rindukan kok sobat sejati yg satu ini

    ingat semboyan matarmania
    witing tresno jalaran soko kulino
    witing kulino jalaran soko kepekso
    witing kepekso jalaran ra ono liyo

    BalasHapus
  7. Bravo Sera Matarmania....

    "Hatiku Hatimu"
    -BS-

    BalasHapus
  8. Mantaaaapp.....Matarmaja
    hanya untuk orang-orang pilihan,

    BalasHapus
  9. Oyi Bes,,terpilih soale ra iso milih liyane matar Xp
    Njenengan juga matarmania kah?

    BalasHapus
  10. seminggu lalu budal neng jakarta tas balik dino iki sa' anak bojo...mantep nawak postingan sampean gawe nggede'no ati, pengalaman pertama iki, murah meriah banyak hiburan mulai pengamen, pengemis, asongan dll, btw ...pokoknya sukses walau memang pantat jadi cemet...(maklum 18 jam nempel kursi trus..hehehe).
    semua penumpang dapat tempat duduk..memenag dah dilarang yg berdiri, cuma saat mulai jam 9 malam..mulai muncul mayat bergelimpangan (orang tidur..hehehe) krn emang ndak ada jatah kasur. Alas koran pun jadi, kolong tmpt duduk pun boleh, samping kmr mandi pun oke.
    wal hasil cukup sukses dan memang tuh untuk orang2 pilihan, harus kuat mental, fisik, stamina, dll.

    BalasHapus
  11. wah, ayas pun sering Bes,,malah biasae ambek nawak2, gowo koran & tiker. rudit isor kursi.hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .