Oleh-oleh Dari Korea

Bukan, ini bukan saya cerita tentang plesiran ke Korea, toh nggak terlalu berminat ke sana. Ini saya cuma cerita tentang oleh-oleh dari senior di kantor yang sekosan, yang habis dari Korea. Semacam belajar dan tukar ilmu dengan Korean Customs.
Tentu saja, Mas Halim (nama sebenarnya) nggak cuman pulang dengan tangan kosong dan ngebawa cerita doang, melainkan membawa beberapa oleh-oleh dari Korea.

Yang pertama, adalah benda ini :
Benda apa itu? Kebanyakan yang melihat, mengira ini adalah kerikil warna-warni yang biasa dipakai untuk akuarium atau pot tanaman hias. Ternyata bukan. Ini adalah coklat yang dikasih warna sehingga menyerupai kerikil. Kayaknya bagus buat cemilan di ruang tamu, lalu di atasnya dikasih kembang plastik, dan para tamu nggak akan ada yang mengira bahwa itu camilan. Hahaha. Dalam hati mbatin aja, mungkin di negara maju kreatifnya beginian. Makanan yang dibikin mirip ama benda yang nggak bisa dimakan. Kalo kreatifnya negara berkembang, benda-benda yang nggak bisa dimakan, disulap jadi makanan rakyat. Misalnya, ikan berformalin, bakso kenyal boraks, donat goreng lilin, es warna tekstil, adn sebagainya.

Obyek kedua adalah ini :

Ini adalah 'kim', atau Bahasa Jepangnya 'nori'. Olahan rumput laut kering, tipis macam kertas, yang biasanya di negara asalnya sono noh, dipakai buat membungkus nasi atau ikan, terus dimakan (ya iyalah masak dipajang doang). Kalo yang suka nonton kartun Jepang, pasti tau onigiri alias nasi kepal. Nah, nori biasanya ditaroh di atasnya. Kalo di kartun keliatannya berwarna hitam, ternyata warnanya hijau tua. Dan permukaannya bergaram, trus agak licin berminyak gitu. Dan aromanya khas olahan laut. Karena penasaran, saya iseng aja ngebikin nasi bungkus 'kim'. Kek gini hasilnya :


Rasanya nggak seaneh yang saya bayangkan. Jadi asin-asin gitu, trus kayak kulit ikan gitu. Enak sih, untuk ukuran makanan aneh dari luar negeri. Hanya saja, cara pembuatan saya salah (langsung aja 'kim' saya balutkan ke nasi, jadi kayak lemper berbungkus rumput laut-tanpa isi daging), seharusnya 'kim'nya dibasahin dulu biar nggak kaku.

Hal lain yang dibawa oleh Mas Halim, adalah cerita tentang mahalnya biaya hidup di Korea. Katanya, beliau sempat beli makanan di salah satu gerai fastfood multinasional (no merk), beli lunch berisi ayam goreng, french fries sama burger, harganya sekitar 12 ribu won. Dan 1 won sekitar 8 rupiah. Di sini, 90 ribu lebih bisa makan di resto menengah tuh. Juga cerita tentang betapa tepat waktunya angkutan umum di sana (semacam transJakarta), juga tertibnya pengguna lalu lintas di sana meski nggak banyak polisi standby di jalanan (pengawasan kebanyakan pakai kamera CCTV, trus tiap pelanggar lalu lintas akan dikirimi catatan pelanggarannya ke rumah, untuk kemudian membayar dendanya).

Well, untuk saat ini saya belum terlalu tertarik untuk pergi ke luar negeri. Saat ini, mendengar cerita orang lain saja sudah cukup buat saya. Mungkin kapan-kapan giliran saya yang bercerita ke orang lain tentang negara lain yang saya kunjungi. Who knows . . . :)

Komentar

  1. Hei..aku juga dapet ke2 makanan ituuu..mungkin berasal dari sumber yang beda, tp pergi ke korea bareng..:D

    BalasHapus
  2. heii..minggu lalu, aku juga dapat ke-2 makanan ituuu..tapi berasal dari orang yg berbeda.. :D

    BalasHapus
  3. saking semangate sampe komen dobel :p

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .