Making Memories in Prajab

Pada tanggal 8-26 April kemarin, penulis mengikuti suatu 'ritual wajib' bagi para CPNS di Indonesia; Diklat Prajabatan. Sebagai tahap awal sebelum menjadi abdi negara sesungguhnya, maka para calon abdi negara seperti penulis harus 'dibenamkan' dulu dalam kawah candradimuka ini supaya nantinya menjadi PNS yang baik (aamiin). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang diadakan di Pusdiklat Umum Keuangan, diklat prajab tahun ini diadakan di sebuah lokasi milik 'pihak ketiga' alias bukan di pusdiklat milik Kemenkeu sendiri. Tepatnya di Wisma Duta Wiyata, Lebak Bulus.

Dalam diklat ini, para peserta diharuskan melahap 14 mata kuliah yang terkait dengan tugas-fungsi-kewajiban-dan sebagainya sebagai PNS. Mata kuliah tersebut adalah:
  • Dinamika Kelompok, Team Building (non ujian)
  • Mindsetting PNS, Komunikasi yang Efektif (ilmunya agak umum sih)
  • Wawasan Kebangsaan NKRI, Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI, Penyelenggaraan Keuangan Negara (ilmu dasar ketatanegaraan)
  • Manajemen Perkantoran Modern, Pelayanan Prima (ilmu dasar perkantoran)
  • Etika Organisasi Pemerintah, Budaya Kerja Organisasi Pemerintah, Manajemen Kepegawaian Negara, Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kepemerintahan yang Baik,  (ilmu untuk menjadi PNS yang 'paripurna')
Selain 14 mata kuliah tersebut, ada juga kuliah umum dari Kepala BPPK serta ceramah keagamaan untuk bekal tambahan bagi otak. Ditambah 'bekal' fisik berupa kegiatan olahraga pagi (senam-lari-push up sit up back up dsb) tiap hari, makan 3 x sehari dan snack juga 3x sehari, rasa-rasanya tak ada yang kurang dari diklat ini untuk bisa membentuk PNS yang tangguh. Hanya saja, semua kembali kepada individu masing-masing, mau menjadi seperti apa nantinya.

Tentu saja, selain mendapat ilmu baru, dalam diklat ini penulis juga mendapatkan banyak teman baru. Kalau biasanya 'cuma' bertemu dengan teman-teman dari DJBC, kali ini juga ada teman-teman dari DJP, DJPB, BKF dan unit-unit lain di lingkungan Kemenkeu. Seru tentu, bertemu dengan teman-teman dengan berbagai latar belakang yang berbeda.

Prajab II Gelombang III Kelas A
Namun yang paling berkesan bagi penulis adalah, saat salah satu dosen di sini mengajak kami sekelas 'tour' ke SLBN 1 Jakarta, yang memang satu kompleks dengan asrama tempat siswa-siswi prajab dirumahkan selama diklat ini. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah TK LB A, dimana para siswa di sana adalah anak-anak 'luar biasa'- tepatnya, mengalami tunanetra. Penulis langsung nggak kuat berlama-lama di dalam sana. Sedih euy, miris rasanya. Nggak sanggup ngebayangin jika mata ini nggak berfungsi dengan baik. Jangankan nggak mampu melihat, kelilipan sedikit aja rasanya udah nggak nyaman. . . Sementara adik-adik di sana, bahkan tidak mampu melihat cerahnya matahari pagi :'(

adik-adik di TKLB A (kalo yang gede-gede itu siswa prajab)

Di tengah keterbatasan yang mereka miliki, mereka tetap bersemangat dalam belajar. Sementara kita yang bermata normal, entah kenapa masih sering malas belajar dan membaca buku, padahal enak lho punya sepasang mata yang berfungsi sempurna. Dengan telaten, para guru mereka membimbing dan mengajari mereka, yang tentu saja memiliki perlakuan yang sedikit berbeda dengan anak-anak normal. Yang membuat hati penulis makin teriris-iris adalah ketika di akhir jam pelajaran, adik-adik itu menyanyikan lagu 'di sini senang di sana senang di mana-mana hatiku senang' sambil bertepuk tangan dengan begitu bersemangat. Penulis nggak bisa membayangkan, tanpa memiliki penglihatan normal, bagaimana bisa 'di sini senang di sana senang'? Lha wong kita yang normal saja sering susah di mana-mana. . . Atau sebenarnya kita saja yang terlalu manja, sudah memiliki tubuh yang lengkap dan sempurna, masih saja banyak mengeluh dan tidak bisa menikmati hidup? Sementara adik-adik tadi, masih bisa tuh bergembira meski tanpa memiliki 'kenormalan' yang kita miliki . . .

Bagi penulis, kunjungan singkat ke tempat adik-adik tunanetra tadi, membuat mata hati ini lebih terbuka untuk bersyukur. Betapa tidak, mata ini yang telah diberikan secara cuma-cuma oleh Sang Pencipta, betapa sering kita salahgunakan untuk hal yang tidak perlu. Bukannya untuk membaca ayat-ayat-Nya atau menambah ilmu kok malah lebih sering digunakan untuk hal lain . . . Bukan begitu, Pembaca sekalian?

(..... bersambung, Insya Allah)

Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .