COVID-19: Ada Yang Udah Kualat Sama Gurunya?

Pandemi tak hanya memaksa para pekerja  untuk ber-WFH, namun juga anak sekolah untuk sekolah dari rumah. Bagi sebagian orang yang sudah memiliki koneksi internet stabil, gawai mumpuni dan kelonggaran waktu untuk menemani anak bersekolah, mungkin ini akan memudahkan. Tapi tentu tak semua siswa memiliki akses terhadap itu semua.

Terlepas dari itu, mungkin sebagian pembaca sudah mengalami keseruan menemani anak sekolah?

Bagi penulis, menemani si kecil (usia 3 tahun +) bersekolah di rumah memang tak selalu mudah. Memang istri sih yang lebih banyak menangani langsung. Istri mengikuti sebuah kelas daring untuk kegiatan pembelajaran anak gadis. 

Dan hanya dalam 4 pertemuan, udah kebayang susahnya jadi pengajar, terutama untuk anak usia dini. Pertama-tama kesulitannya terkait jadwal. Kesibukan di rumah memang tak ada habisnya, dan harus memaksa untuk meluangkan waktu untuk kegiatan belajar. Kedua, mood anak tak selalu siap untuk belajar. Seringkali, harus sedikit merayu dan agak banyak memaksa supaya doi mau ikut. Itupun hampir tak pernah ikut sampe kelar. Ketiga, persiapan materi, butuh waktu luang lagi. Karena sudah beranak dua dan adiknya masih belum genap setahun, maka menyiapkan materi pun harus dilakukan malam hari. Kuat-kuatin deh lawanngantuk. Keempat, pas hari-H, si adik harus dikondisikan supaya kakaknya bisa 'sekolah'. Jadi istri handle si kakak, saya handle si adek. Yea, parenting must be done as a team. Guys.

Penulis mbayangin, ini baru anak PAUD udah riweh. Gimana kalo anak usia SD yang mapelnya makin banyak (dan hampir semua mapel ditangani satu guru)? belum lagi anak SMP dan SMA yang pelajarannya makin susah.  

Singkat cerita, kita harus meluangkan waktu sejenak untuk guru-guru kita. Mari kita angkat topi untuk mereka yang telah mengabdikan hidup mereka untuk mengajari kita banyak hal. Daripara guru PAUD dan TK yang mengajari kita hal-hal mendasar, guru SD yang mengajari baca tulis hitung, serta guru-guru SMP-SMA dan para dosen yang mengajari berbagai ilmu spesifik, tak hanya untuk kita, namun juga untuk seluruh rekan kita. Dengan mood dan kemampuan menangkap materi yang berbeda-beda. Dikali sekian puluh siswa.

Wahai para guru, sungguhlah kalian memang pahlawan tanpa tanda jasa.

Semoga Allah mengganti lelah kalian dalam mengajarkan ilmu pada kami, dengan balasan yang sebaik-baiknya. Aamiin.


Dan buat para ortu yang dulu jaman sekolah suka nyusahin gurunya, minta maaflah sebisa mungkin. Mungkin kali ini sebagian dari kita kualat sama guru-guru kita . . .

Komentar