Sometime, Life Seems So Harsh

Suatu sore yang cerah, ketika saya sedang menikmati birunya langit sore Jakarta, saya menemukan (lebih tepatnya, baru menyadari) suatu pemandangan yang unik di sebuah rumah di dekat kos-kosan saya. Tepatnya pada salah satu dinding rumah tersebut, yang berada persis di bawah genteng. Ada sesuatu yang tidak lazim di sana.

Bisa Anda lihat?

Apakah kurang jelas? Ya iyalah, gambar pecah hasil zooming begitu, pasti kamera murahan, mungkin begitu pikir Anda. Maaf, memang kamera HP saya nggak bagus-bagus amat sih. . .

Oke, saya jelasin. Itu adalah gambar sebatang beringin yang sebatang kara (dalam arti sesungguhnya) yang tumbuh di dinding tersebut. Entah sejak kapan dia ada di sana (saya aja baru nyadar...padahal sudah hampir 2 tahun kos di sini). Entah bagaimana dia bisa ada di sana. yang jelas beringin kecil itu tumbuh, hidup, daun-daunnya pun masih hijau. Mungkin, biji beringin itu tercampur dalam adukan semen yang akhirnya menjadi tembok rumah ini, atau mungkin biji tersebut terbawa oleh burung gereja (atau burung lain) yang biasa beterbangan di sekitar rumah, terjatuh di celah di dinding, lalu tumbuh di sana.

Oke, saya nggak lagi ngebahas berbagai teori kemungkinan bagaimana dia tumbuh di sana, dan saya juga gak lagi ngebayangin gimana nasib rumah tersebut kalau pohon itu tumbuh sampai gede banget. Saya cuma sedikit merenung. . .

Betapa sulitnya hidup beringin kecil tersebut. . .

Tinggal di dinding yang tingginya mungkin sekitar 6 meter dari permukaan, akar-akar kecilnya tidak mungkin menjangkau tanah untuk mendapatkan air. Mungkin dia hanya mendapatkan air dari hujan dan uap air yang mengembun pada permukaan genteng di pagi hari, lalu menetes ke celah-celah retakan di dinding. Zat hara? Entah bagaimana dia mendapatkan zat-zat yang dibutuhkannya (apa mungkin dengan melapukkan semen di dinding???). Terpapar panasnya matahari Jakarta dalam kondisi kekurangan air, dia masih bisa tetap tumbuh dan hidup.

Tentu saja, Allah lah yang mengatur hidup dan mati seluruh makhluk yang ada di jagat raya ini, yang telah mencukupkan rizki bagi beringin kecil tersebut. Dan menumbuhkannya dalam kondisi sedemikian, yang sanggup membuat mata yang menatapnya berpikir, merengung, dan menyadari.

Bahwa sesulit apapun kondisi kita, saat kita (tampaknya) begitu jauh dengan apa yang kita butuhkan, saat kita (tampaknya) sedang sendirian tanpa seorangpun yang membantu kita, saat kita (tampaknya) berada pada kondisi yang sangat terjepit (kalau ini secara harfiah, memang dia terjepit di dinding), sesungguhnya Allah masih bersama kita. Allah lah yang mencukupkan rizki kita, yang senantiasa menemani kita, yang senantiasa menolong kita, bagaimanapun kondisi kita.

Dan kalau sudah begitu, kenapa (sebagian dari) kita masih enggan untuk mendekatkan diri pada-Nya???

Komentar