Kalo Belum Rejeki, Ya Gak Akan Kesampaian

Hampir tujuh tahun lalu, penulis pernah menulis artikel ini: intinya kalau belum rejeki, ya ngga bakal dapet, meski udah dalam genggaman. Sebaliknya, kalau udah rejeki, jauh pun akan sampai juga. Intinya apa-apa yang sampai pada kita, ya itulah yang sudah pasti digariskan oleh-Nya. Contoh nyata yang penulis alami adalah saat DO dari Tugas Belajar Diploma IV PKN STAN tahun 2015 silam. Pada akhirnya, ketika diterima DIV tahun itu saat belum rejeki, ya akhirnya DO. Pas rejeki, penulis diterima lagi di tahun 2016, ya sampai lulus, bahkan sampai membawa karir penulis ke unit saat ini berkat tema skripsi saat itu.

Nah, baruuu aja sekitar dua pekan lalu, penulis diingatkan kembali oleh Allah, bahwa sebaik-baiknya rencana manusia, jangan pernah lupa bahwa rencana Allah-lah yang lebih baik. Bahkan meski itu pahit diterima.

Jadi ceritanya, penerbit tempat penulis bergabung baru-baru ini berencana melakukan kegiatan offline bersama para mentor dan CEO, yaitu Bu Winda Susilo, dengan tajuk pesta kebun keluarga Clavis dan Penerbit BIG. Kesempatan baik untuk bertemu teman-teman baru yang sudah lebih dulu terjun dalam dunia kepenulisan buku anak. Acaranya akan diadakan di Bandung, di Rumah Stroberi Lembang. Dalam acara tersebut juga ada agenda launching buku keempat Bu Winda, yang berjudul Jawara. Wah, asyik banget nih untuk membawa istri dan anak sekalian refreshing.

Hari Jumat pagi tanggal 12 Februari, ketika tiket sudah dipesan, koper sudah diisi berbagai perlengkapan, bahkan udah beli kostum pangsi (sesuai tema acara, Jawara di Kota Juara) tinggal tes swab antigen lalu berangkat, eh ndilalah istri positif. Aira patah hati deh, menangis bombay di lokasi tes. 

Kostum yang tak terpakai

Langsung kontak travel untuk membatalkan tiket (alhamdulillah bisa refund dalam bentuk tiket bisa dipakai dalam jangka waktu 2 bulan ke depan), lalu menyampaikan pada keluarga Clavis kalau batal hadir. Akhirnya istri langsung isoman sepulang dari klinik. Karena penulis dan anak-anak negatif, kami tidur di ruang tamu supaya istri bisa isolasi mandiri di kamar. Aira jangan ditanya, mellow berat karena gak bisa ketemu bundanya.

Memang sempat mengikuti acara secara virtual di hari Sabtu, tapi tetep aja kan, nyesek ngeliatnya. 

Live IG Clavis saat acara. Nyesek euy

Tapi ya sudah, gimana lagi. Berarti saatnya berempati pada sekian juta korban COVID lain. Meski penulis tidak sampai parah (cuma sedikit ngga nyaman di tenggorokan dan batuk ringan), istri sempat agak lumayan gejalanya (demam, pegal-pegal, sakit tenggorokan dan mual).

Hikmahnya, selama isoman jadi semakin menyadari betapa beratnya pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga, yang seringkali disepelekan oleh masyarakat. Ngincipin jadi Bapak Rumah Tangga 24 jam dikali beberapa hari, gak gampang bro. Lu kira gampang, masak nasi sayur dan lauk, cuci piring dan peralatan makan, cuci baju, mandiin anak, bersih-bersih rumah, belum lagi masih ada kerjaan walau WFH, lalu nyuapin anak, nemenin sekolah, nemenin main, sampe mjitin sebelum tidur? Capek bro. 

Alhamdulillah saudara dan teman-teman yang tahu, banyak yang ngirimin macem-macem. Dari makanan siap santap, sampai berbagai buah, jamu dan jajanan. Jazakumullah khairan katsiiran, orang baik yang tak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baik balasan. Itu sangat berarti loh.

Jadi kalau ada bapack-bapak yang masih ngeremehin istrinya yang fokus mengurus rumah dan anak-anak sebagai Ibu Rumah Tangga penuh waktu, sini, penulis tempeleng.

Serius, pekerjaan seorang IRT itu sungguh mulia. Ibu penulis pun dulu IRT full. Istri penulis juga, resign dari pekerjaan dan fokus mengasuh anak dan mengurus keluarga sejak sebelum kelahiran anak pertama malahan.Bukan berarti menjadi wanita karir ngga berat dan ngga oke, tapi hanya menegaskan bahwa IRT itu bebannya luar biasa berat loh, dan kita wajib mengapresiasi itu sebagaimana kita mengapresiasi wanita karir. Penulis ngga bawa-bawa ayat/hadits deh, tapi coba netizen resapi dan bayangkan aja (kalau yang ngga ngalami sendiri ya).

Four thumbs up buat para IRT di luar sana yang tetap dengan pendiriannya, meski diterpa omongan miring tetangga atau sanak saudara.

So, sekali lagi, netizen yang budiman, janganlah sekali-kali meremehkan seorang wanita yang memilih untuk mengabdi sepenuh waktu bagi keluarganya di rumah ya. Pokoknya jangan.

Dan jangan lupa, apapun rencana-Nya, meski pahit di awal, nikmati aja. Yakin aja, rencana-Nya pasti jauh lebih indah bagi kita :)

Komentar