M in M; Masjid in A Mall

Kalau Anda berusaha menggabungkan kata 'Jakarta' dengan kata 'wisata', maka yang akan Anda dapatkan adalah kata 'belanja'.

Yup, jakarta adalah surganya belanja bagi orang-orang yang punya cukup duit dan waktu luang untuk berbelanja. Oke, kali ini kita nggak membahas sisi jahat ibukota, lihat sedikit lah kesenangan di sana.

Jujur saja, saya bukan seorang shopaholic. Selain saya belum punya sumber penghasilan sendiri, mungkin juga karena mall atau pusat perbelanjaan memang bukan habitat maen saya (saya lebih punya kecenderungan untuk menyendiri jika ingin refreshing, tapi itu akan saya tulis lain kali saja).

Kalaupun ya cuma kalau ada butuhnya saja, bukan karena ingin menghabiskan uang dan waktu (for me, this kinda activity is just a wasting of time and money).

Kalau kata pak Ustadz, maen-maen ke mall tuh lebih banyak mudharatnya (kecuali kalau benar-benar butuh, dan kalau emang lagi butuh mah namanya bukan 'main', tapi emang belanja!). Merupakan salah satu bentuk pemborosan dan perbuatan sia-sia, bermewah-mewahan, membuat kita lupa akan orang yang nasibnya lebih merana dari kita, dan lain lain.
Salah satunya juga, kalau maen ke mall membuat jadwal sholat kita jadi berantakan. Jadi lupa waktu gitu deh kalau liat barang bagus (padahal belum tentu beli).

Saya setuju sih, sebagian. tapi kalau masalah sholat, sebenarnya ya kembali ke orangnya masing-masing. Dimanapun tempatnya, kalau tuh orang emang ingat sholat, ya nggak masalah.

Bicara soal sholat dan mall, mungkin semua mall sudah menyediakan tempat sholat (nggak tahu pastinya sih, tapi masak ada mall yang nggak ada tempat sholatnya? kalau yang pernah saya samperin sih pada ada tempat sholatnya tuh. Mungkin di antara pembaca yang lebih sering dan lebih banyak menjelajahi mall bisa kasih tahu saya?). Tapiiiiii, seringkali tempat sholat yang disediakan samasekali nggak representatif.

Biasanya, tempatnya tuh di kecil, pojokan pula, jadi susah nyarinya. Kalau nggak di deket toilet, ya di deket parkiran. Dasar, kurang ajar banget tuh developernya, nggak ngehargain rumah Allah.
Oke lah, cukup untuk sekedar sholat kalau bergerombol-gerombol kecil. Tapi kalau pas waktu maghrib, kan mepet tuh, biasanya pada banyak yang antri tempat wudhlu, juga tempat sholatnya.
Biasanya, ada yang sholat sendiri-sendiri dan barisannya nggak rapih. Jadi yang mau berjamaah jadi agak kesulitan. Terus kalau ada yang habis jamaah, yang nunggu juga udah banyak. Belum lagi kalau ada yang masbuk, jadi yang udah sholat agak susah kalau mau keluar, sementara di luar masih banyak yang antri dan waktu sholat pun sudah mepet. Ribet kan?

Suatu ketika kebetulan saya sempat mengunjungi Mall Kalibata. Bukan atas niatan sendiri, melainkan karena ada saudara jauh saya (sekaligus teman SMP-SMA), beserta pacarnya yang juga teman SMA saya, yang jadi 'boss', maka akan sia-sia jika penawaran tersebut ditolak.

Singkat cerita, traktiran telah usai dan kami berpisah jalan. Karena sudah masuk waktu sholat, maka saya dan teman saya yang satu lagi, mencari tempat sholat terlebih dahulu. Muter-muter kesana kemari, akhirnya dapat juga, dan bagusnya, tempatnya sangat representatif.

Berada di lantai tiga, nggak ada lapak yang berjualan, dan memang di lantai tersebut khusus untuk tempat sholat (mungkin juga karena terlalu sepi dan gak ada lapak aktif di situ, who knows). Bukan sekedar mushola, tapi masjid lhoh.

Keren lah. Tempat wudhlunya juga bagus, ada tempat duduknya :D

(Masjid Istiqlal aja gak begini loh :p )

Oh iya, kalau nggak salah, di Blok M (kalau nggak salah sih), tempat sholatnya juga bagus dan luas.

Yah, semoga aja para developer mall-mall lain juga tergerak untuk membuat tempat sholat yang representatif bagi para konsumennya. Kalau tempat sholatnya meyakinkan gini kan, yang sholat juga semangat nyamperinnya (semoga :D )

* Orang ke mall kok malah yang dibahas tempat sholatnya , mungkin begitu pikir Anda. So what :p

Komentar