Selamat Ulang Tahun!!!!!!!
Kalau ada di antara kita yang ulang tahun, biasanya, rekan-rekan memberi ucapan 'selamat ulang tahun', doa semoga panjang umur de el el, kadang diiringi permintaan traktiran, serta kadang, keusilan yang terlampau jahil dengan maksud agar yang ulang tahun merasa hari itu begitu meriah dan pantas dikenang.
kadang keusilannya di atas batas kewajaran. Mulai sebatas menyiram dengan air, menambahkan telur, bahkan kadang tepung juga. Hm, tinggal dikocok, terus digoreng, bisa jadi camilan tuh.
Tentu saja, bagi Anda-anda yang sudah berpikir dewasa, nggak patut lah kiranya merayakan ulang tahun kawan dengan cara-cara norak semacam itu (saya juga pernah melakukannya kok, tapi sekarang sudah nggak). Mubadzir, mending dibikin kue aja. Tepung, telor, air, tambah gula mentega de el el, terus dimakan bareng-bareng.
Eh, mulai ngelantur deh.
Oke, kembali ke topik. Sadar nggak sih, kalau sebenarnya orang yang berulang tahun tuh (sebenarnya, kita semua juga sih), bukan bertambah umurnya, melainkan berkurang umurnya. Kalaulah, misalnya dia dijatah hidup 60 tahun, kalau berulangtahun yang ke 17, maka jatah hidupnya tersisa 43 tahun lagi. Berkurangnya jatah hidup, tentu bukan sesuatu yang pantas dirayakan dengan hura-hura apalagi perbuatan yang mubadzir seperti tadi (lempa tepung+telur). Harusnya, kita prihatin, karena setiap detiknya, jatah hidup kita berkurang. Kita akan semakin dekat kepada yang namanya kematian.
Ah, postingannya nggak asik nih, masih muda kok bicara kematian, mungkin begitu protes Anda.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Toh faktanya, semua orang juga akan mengalami mati kan?
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. " (QS Al Ankabut, 29:57) |
Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim)
Jadi, apa salahnya memperbanyak mengingat kematian?
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .