Perayaan Tahun Baru - Sebuah Bencana Aqidah
Assalamu'alaikum pembaca. Langsung aja ya, males basa-basi nih.
Mungkin dari judul postingan ini, sebagian pembaca udah menyeringitkan alis. Mungkin ada yang menganggap saya sok suci, sok alim, ato sok-sok lainnya selain Sok'imah tentunya. Mungkin ada yang menganggap, ah, apa salahnya merayakan even setahun sekali. Atau menfanggap saya ketinggalan jaman karena nggak mau ikut-ikutan merayakan tahun baru. Atau apapun, terserah. Yang jelas, memang postingan ini adalah postingan dakwah, jadi kalau ada pembaca yang merasa di KTP-nya tidak ada tulisan 'Islam' di kolom agama, ya boleh aja kok meninggalkan laman ini. Kalau yang merasa Islam, insya Allah ada baiknya membaca tulisan ini sampai selesai.
Jadi kali ini saya mau ngebahas tentang kontroversi perayaan tahun baru masehi di kalangan umat Islam (dari judul juga udah jelas kan?)
Oke lanjuut. Kita sepakat bahwa dalam ajaran Islam, gak ada namanya perayaan tahun baru masehi. Tahun baru Islam, karena menggunakan kalender Hijriyah, maka jatuhnya pun berbeda dengan tahun baru masehi. Dan cara orang Islam menyambutnya, adalah dengan berkumpul di masjid/mushola, atau di mana saja juga boleh, untuk membaca doa akhir tahun pada hari terakhir tahun sekian, setelah ashar, dan membaca doa awal tahun pada hari pertama awal tahun, selepas maghrib. Udah pada tahu kan? Oke, kali ini saya nggak membahas tahun baru Islam. Tapi tahun baru masehi, alias 1 Januari 2012 besok.
Jadi gini, kita kan udah tahu sama tahu nih, kalau dalam Islam, nggak ada yang namanya perayaan tahun baru masehi. Sementara kenyataannya, banyak sekali orang yang merayakan tahun baru masehi. Jadi bisa disimpulkan bahwa perayaan tahun baru masehi itu bukan berasal dari ajaran Islam. Saya bold biar jelas. Dari ajaran mana? Kagak tahu, yang jelas bukan ajaran Islam titik. Jadi sekali lagi, karena bukan ajaran Islam, maka kita yang Islam, nggak perlu dan nggak boleh mengikutinya.
Cukup jelas sampai di sini?
Dari khotbah Jumat kemarin, yang dapat saya tangkap adalah jangan sampai kita mengikuti hal-hal yang menjadi tradisi kaum selain Islam. Dalam sebuah hadits diriwayatkan "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka". (sumber)
Perayaan Tahun baru, dan even-even lain serupa itu yang diekspos besar-besaran oleh media, yang dijadikan sebuah tradisi masyarakat 'masa kini', bisa jadi hanyalah suatu cara yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk menjauhkan umat Islam dari akidah yang benar. Semakin melenceng umat Islam dari akidah yang benar, maka semakin senang lah musuh-musuh Islam tersebut. Dalam satu riwayat, dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, rejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim). (sumber)
Nah lo, apa kita mau digolongkan bersama 'mereka'? Kalo saya sih nggak mau...
terus ngapain dong taun baruannya?, mungkin sebagian berpikir begitu.
Yaelah, taun baru doang, apa serunya sih. Wong cuman besok libur, gitu aja kok. Nggak beda sama malam minggu atau malam liburan yang lain. Gak perlu lah hura-hura atau hambur-hambur duit gak jelas. Lagian kan macet banget nih bakalan, maen-maen kemana gitu juga gak enak toh? Mending juga di rumah, tidur (saya mah hampir tiap taun baruan ya tidur aja, kagak ada yang aneh-aneh).
Kalo masih ngotot aja mau merayakan atau setidaknya menganggap malam tahun baru adalah hal yang istimewa, saya ngasih saran aja deh. Yang penting tuh, bukan perayaannya. Lebih baik Anda membuat suatu resolusi tahun baru (ceileh bahasanya, resolusi), target-target apa aja yang bakal Anda perjuangkan mati-matian untuk dicapai. Dan tentu aja, nggak cuma bikin janji atau resolusi tanpa bukti, nol besar itu mah. Tetep lebih penting gimana kita aja yang mewujudkan target itu untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Oiya, boleh juga ngebikin suatu daftar kesalahan, kekurangan, atau kelemahan Anda di tahun ini, yang harus diperbaiki dan jangan sampai terulang di tahun depan. Meski sebenarnya, introspeksi dan resolusi perbaikan diri bisa dilakukan kapan saja, nggak cuma pas tahun baru.
Saya rasa ngelakuin hal beginian lebih bermanfaat daripada sekedar begadang atau kelayapan nggak jelas. . .
Goodbye, 2011. Welcome, 2012 . . .
Mungkin dari judul postingan ini, sebagian pembaca udah menyeringitkan alis. Mungkin ada yang menganggap saya sok suci, sok alim, ato sok-sok lainnya selain Sok'imah tentunya. Mungkin ada yang menganggap, ah, apa salahnya merayakan even setahun sekali. Atau menfanggap saya ketinggalan jaman karena nggak mau ikut-ikutan merayakan tahun baru. Atau apapun, terserah. Yang jelas, memang postingan ini adalah postingan dakwah, jadi kalau ada pembaca yang merasa di KTP-nya tidak ada tulisan 'Islam' di kolom agama, ya boleh aja kok meninggalkan laman ini. Kalau yang merasa Islam, insya Allah ada baiknya membaca tulisan ini sampai selesai.
Jadi kali ini saya mau ngebahas tentang kontroversi perayaan tahun baru masehi di kalangan umat Islam (dari judul juga udah jelas kan?)
Oke lanjuut. Kita sepakat bahwa dalam ajaran Islam, gak ada namanya perayaan tahun baru masehi. Tahun baru Islam, karena menggunakan kalender Hijriyah, maka jatuhnya pun berbeda dengan tahun baru masehi. Dan cara orang Islam menyambutnya, adalah dengan berkumpul di masjid/mushola, atau di mana saja juga boleh, untuk membaca doa akhir tahun pada hari terakhir tahun sekian, setelah ashar, dan membaca doa awal tahun pada hari pertama awal tahun, selepas maghrib. Udah pada tahu kan? Oke, kali ini saya nggak membahas tahun baru Islam. Tapi tahun baru masehi, alias 1 Januari 2012 besok.
Jadi gini, kita kan udah tahu sama tahu nih, kalau dalam Islam, nggak ada yang namanya perayaan tahun baru masehi. Sementara kenyataannya, banyak sekali orang yang merayakan tahun baru masehi. Jadi bisa disimpulkan bahwa perayaan tahun baru masehi itu bukan berasal dari ajaran Islam. Saya bold biar jelas. Dari ajaran mana? Kagak tahu, yang jelas bukan ajaran Islam titik. Jadi sekali lagi, karena bukan ajaran Islam, maka kita yang Islam, nggak perlu dan nggak boleh mengikutinya.
Cukup jelas sampai di sini?
Dari khotbah Jumat kemarin, yang dapat saya tangkap adalah jangan sampai kita mengikuti hal-hal yang menjadi tradisi kaum selain Islam. Dalam sebuah hadits diriwayatkan "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka". (sumber)
Perayaan Tahun baru, dan even-even lain serupa itu yang diekspos besar-besaran oleh media, yang dijadikan sebuah tradisi masyarakat 'masa kini', bisa jadi hanyalah suatu cara yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk menjauhkan umat Islam dari akidah yang benar. Semakin melenceng umat Islam dari akidah yang benar, maka semakin senang lah musuh-musuh Islam tersebut. Dalam satu riwayat, dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, rejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim). (sumber)
Nah lo, apa kita mau digolongkan bersama 'mereka'? Kalo saya sih nggak mau...
terus ngapain dong taun baruannya?, mungkin sebagian berpikir begitu.
Yaelah, taun baru doang, apa serunya sih. Wong cuman besok libur, gitu aja kok. Nggak beda sama malam minggu atau malam liburan yang lain. Gak perlu lah hura-hura atau hambur-hambur duit gak jelas. Lagian kan macet banget nih bakalan, maen-maen kemana gitu juga gak enak toh? Mending juga di rumah, tidur (saya mah hampir tiap taun baruan ya tidur aja, kagak ada yang aneh-aneh).
Kalo masih ngotot aja mau merayakan atau setidaknya menganggap malam tahun baru adalah hal yang istimewa, saya ngasih saran aja deh. Yang penting tuh, bukan perayaannya. Lebih baik Anda membuat suatu resolusi tahun baru (ceileh bahasanya, resolusi), target-target apa aja yang bakal Anda perjuangkan mati-matian untuk dicapai. Dan tentu aja, nggak cuma bikin janji atau resolusi tanpa bukti, nol besar itu mah. Tetep lebih penting gimana kita aja yang mewujudkan target itu untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Oiya, boleh juga ngebikin suatu daftar kesalahan, kekurangan, atau kelemahan Anda di tahun ini, yang harus diperbaiki dan jangan sampai terulang di tahun depan. Meski sebenarnya, introspeksi dan resolusi perbaikan diri bisa dilakukan kapan saja, nggak cuma pas tahun baru.
Saya rasa ngelakuin hal beginian lebih bermanfaat daripada sekedar begadang atau kelayapan nggak jelas. . .
Goodbye, 2011. Welcome, 2012 . . .
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .