Khotbah Jum'at Kali Ini : DPR Lebih Hebat daripada Nabi

Alkisah suatu ketika, para anggota DPR mengundang seorang ulama untuk mengisi acara di gedung DPR yang mewah itu. Di akhir sesi ceramah, sang ulama mempersilahkan para anggota DPR untuk bertanya-jawab dengannya. Maka terjadilah dialog antara sang ulama dengan salah seorang anggota dewan.

Anggota Dewan : Pak Ustadz, hebat mana DPR dengan menteri?
Ulama : Lebih hebat DPR
AD : Kok bisa? (penasaran)
U : Karena DPR bisa nyuruh-nyuruh menteri, tapi menteri nggak bisa nyuruh-nyuruh DPR
AD : (makin songong) Kalo DPR dengan KPK?
U : DPR juga lebih hebat dari KPK
AD : Kenapa Ustadz? (makin Ge-eR)
U : Karena ketua KPK dipilih sama DPR, tapi KPK nggak bisa milih ketua DPR
AD : (kepalanya udah makin gede) trus kalau DPR sama Nabi, Ustadz?
U : (diem sejenak) Mmm, masih hebat DPR sih . . .
AD : (makin antusias) Kok bisa Ustadz?
U : Iya, kalau Nabi kan takut banget sama Allah, kalo DPR udah nggak ada takut-takutnya lagi
AD : #&*$#?!

Sedikit guyonan dari khotib Jumat siang ini, sedikit menyindir kelakuan para wakil rakyat yang (merasa) terhormat, yang sebenarnya udah nggak perlu dibahas lagi (udah jadi rahasia umum kayaknya).
Yang jadi topik utama khotbah siang ini tentu bukan kelakuan mereka, melainkan tentang istidraj.
Apaan tuh, kagak pernah denger, mungkin begitu pikir sebagian pembaca (atau mungkin saya sendiri ketika mendengarkan khotbah tadi). Singkatnya, istidraj adalah sebagian kenikmatan (dunia) yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang masih berbuat maksiat, yang pada akhirnya akan berakhir dengan adzab, entah di dunia maupun di akhirat.

Contoh yang diberikan antara lain :
- kekuasaan yang diberikan kepada Fir'aun di zaman Nabi Musa As. , yang memiliki kekuasaan begitu besar atas suatu negeri yang makmur, namun dengan nikmat yang diberikan oleh Allah itu, malah diingkarinya dengan banyak berbuat dzalim kepada manusia. Puncaknya adalah self proclaiming bahwa dirinya adalah tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Nah, maka di sini, kekuasaan itu adalah suatu bentuk istidraj dari Allah. Endingnya, seperti sudah kita ketahui bersama, adalah ketika sang pharaoh ditenggelamkan oleh Allah di tengah Laut Merah ketika mengejar rombongan Nabi Musa As. Pengakuannya terhadap Allah tertolak, karena sudah terlambat sekali; ketika air laut telah memenuhi perut dan paru-parunya, ketika nyawa sudah tinggal ditarik saja dari raganya.
- harta melimpah yang diberikan kepada Qarun. Dikisahkan, bahwa Qarun adalah orang yang sangat kaya, bahkan untuk membawa kunci tempat-tempat penimbunan hartanya saja, dibutuhkan banyak lelaki kekar, itu baru kunci-kuncinya (dalam khotbah tadi disebutkan 40, seingat saya 7, wallahu'alam, barangkali pembaca lebih tahu). Namun ketika disuruh untuk mengeluarkan zakatnya oleh Nabi Musa As, dia menolak. Dia mengaku bahwa “Harta dan perbendaharaan tersebut merupakan buah dari keseriusanku, kesungguhanku, dan kecerdasanku. Tidak ada seorang pun yang ikut campur di dalamnya". Endingnya, dia dan seluruh 'hartanya' ditenggelamkan ke dalam bumi oleh Allah SWT, yang menguasai seluruh perbendaharaan langit dan bumi.

Well, menurut saya, sudah cukup banyak contoh-contoh mengenai istidraj seperti diungkapkan dalam Al-Qur'an dan hadits. Cukuplah bagi kita untuk menghindari maksiat, mengingat sudah begitu banyak nikmat yang Allah berikan pada kita. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
"Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya" (Qs Ibrahim [14] 34; an Nahl [16] ayat 18)

Nggak percaya? Coba hitung sendiri deh . . .

Komentar