Semangat Kakaaaaaak ^^ !!!!

Suatu hari, sekelompok pemuda di sebuah kantor salah satu instansi ternama di negeri ini janjian untuk ketemuan dengan salah seorang senior di kantor. Bahasa kerennya, mentoring. Seorang dari mereka sempat lupa bahwa ada mentoring, sudah sampai dekat gerbang keluar, eh pas keinget, langsung balik ke masjid. Padahal mudah aja bagi dia untuk langsung aja amblas ke kos-kosan. Satu teman yang lain tidak bisa segera keluar dari kantor, katanya diikutkan rapat. Tapi ketika waktu sholat maghrib, masih sempat datang dan menyapa rekan-rekannya, meski tidak ikutan mentoring. Padahal mudah saja bagi dia untuk sholat di mushola kantor dan tidak 'ikut' mentoring, namun dia memilih untuk menjumpai rekan-rekannya. Menurut sang mentor, itulah salah satu hal yang patut disyukuri, bahwa pemuda-pemuda itu masih memiliki keinginan, semangat dan kesungguhan untuk mengadakan majlis ilmu, di sela-sela kesibukan di kantor (padahal gak sibuk sih sebenarnya). Diistilahkannya 'azam', keterikatan hati, keinginan yang kuat untuk melaksanakan suatu perbuatan yang harus (sebisa mungkin) di wujudkan.
Menurut penulis, bahasa kerennya, motivasi.
Ya, salah satu tren yang terlihat sekarang, adalah minimnya azam kaum muda untuk memuliakan masjid-masjid, mendatangi majlis ilmu, dan kegiatan-kegiatan semacam itu. Kayaknya lebih banyak yang lebih semangat untuk nongkrong-nongkrong dan kongkow-kongkow, mejeng sana sini, ngeksis dimana-mana dibandingkan i'tikaf di masjid atau gerakan dakwah. Kalau menurut pandangan penulis, orang-orang yang sering i'tikaf di masjid atau mengadakan kegiatan Islami, sering
dilekati imej sebagai 'anak pondokan', ' NII', 'FPI', atau semacamnya (media berperan besar dalam pembentukan imej seperti itu). Dan seringkali malah diwanti-wanti agar tak ikut aliran sesat. Tentu tak salah mengingatkan seperti itu karena memang ada beberapa aliran yang nggak bener-bener sesuai dengan ajaran Islam, dan ada juga yang memang bener-bener sesat namun dengan modus yang sedemikian halus hinggga banyak pemuda dengan niat belajar agama lebih dalam, malah terperosok ke jalur yang salah. Meski demikian, logikanya adalah siapa yang lebih sesat (atau, siapa yang lebih benar jalannya), antara yang lebih banyak belajar agama atau yang sedikit belajar agama?
Banyak yang ketika diajak ke majlis dan kegiatan semacamnya, malah ogah, hilang semangat, merasa tak cocok, merasa tak pantas berada di sana, atau bahkan merasa 'tersesat di jalan yang benar'. Nah lo, berarti jalannya selama ini bagaimana, benar apa tidak? Terus kalau udah 'tersesat' di jalan yang benar (setidaknya dia rasa lebih benar), kenapa nggak betah? Apakah memang gak suka sama yang benar?

***sebagai pengingat bagi penulis yang seringkali khilaf dan lupa, dan semoga bermanfaat bagi pembaca, untuk meningkatkan semangat dan kesungguhan kita dalam belajar dan belajar lagi ilmu agama kita untuk lebih memperbaiki tindakan kita...

Komentar