Mentor Baru, Ilmu Baru

Setelah beberapa pekan vakum mentoring karena Mas Cepy sedang menjalani samapta, kemarin saya dan teman-teman mentoring lagi akhirnya, dengan Mas Wisnu, rekan mas Cepy yang 'dititipi' oleh beliau untuk menghandle kami. Beberapa poin yang sempat saya catat pada pertemuan pertama kami antara lain :
  • Belajar itu tidak cuma membaca, menghafal, mengulas suatu ilmu, namun juga mengamalkan ilmu tersebut. Sebab suatu ilmu yang diamalkan akan lebih 'awet' dibandingkan yang cuma sekedar dibaca dan diketahui. Misalnya, anda belajar tentang bagaimana teknik bermain piano dengan benar, segala buku tentang piano telah anda baca, namun anda tidak pernah memainkan piano sebenarnya. Maka anda tentu tidak (atau belum) mampu memainkan piano dengan baik. Otak anda tahu seharusnya begini, namun jari anda belum mampu menerjemahkan apa yang diketahui oleh otak. Maka anda harus mempraktekkan ilmu tentang piano tadi agar mampu memainkannya dengan baik
  • Al-Qur'an adalah buku, guru, dan sumber ilmu terbaik. Ia merupakan suatu mukjizat dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang dikekalkan hingga akhir zaman, tetap terjaga kemurniannya dan akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau UUD, PMK, Perdirjen atau peraturan lain buatan manusia senantiasa diamandemen dan diperbaharui seiring waktu, maka Al-Qur'an tidak memerlukan itu semua. Isinya selalu benar dan sesuai dengan zaman
  • Tentang integritas, moral dan sebagagainya, pelajarilah dari agama (Islam). Sebab dalam agama sudah ada panduan hidup yang sempurna yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kedua hal tersebut adalah 'panduan hidup' bagi manusia, yang 'diterbitkan' oleh Sang Pencipta kita, yakni Allah SWT. Hanya dengan berpegang panduan itulah, kehidupan kita akan baik dunia-akhirat, bukan berpegang pada yang lain. Ibarat mobil, agar dapat dipakai secara aman dan optimal, harus dirawat dan diperlakukan sesuai buku panduan yang diterbitkan oleh pabrikan mobil tersebut, karena yang paling tahu segalanya tentang mobil tadi, ya produsennya (penciptanya)
  • pikiran kita dapat diibaratkan sebagai tanah, dan ilmu itu ibarat air. Pikiran yang senantiasa diisi dengan ilmu (tentu dibarengi dengan pengamalannya yaa...mungkin pengamalan dapat diibaratkan dengan 'pengolahan tanah'nya) seperti tanah yang senantiasa disiram. Ketika ada benih yang diletakkan padanya, benih itu akan mampu tumbuh dan berbuah. Kalau tanah itu jarang atau nggak pernah disiram air (dan diolah), jangankan berbuah, mana ada benih yang bakal tumbuh. Mungkin hanya sekedar bertunas, namun untuk tumbuh, nampaknya sulit
  • senantiasa hadirilah majlis ilmu, karena anda akan mendapatkan ilmu baru, atau setidaknya, mendapatkan kembali sesuatu yang pernah anda ketahui, namun dengan pembahasan yang berbeda. Atau setidaknya anda akan diingatkan tentang suatu ilmu yang anda lupa. Apapun itu, berada di majlis ilmu merupakan suatu kebaikan. Dan jika kita tidak sedang berada dalam suatu kebaikan, maka pasti kita sedang berada dalam suatu ke-tidak baik-an. Nah, tinggal pillih, mau yang baik atau yang tidak baik nih?
Demikian secuil ilmu yang berhasil saya catat kemarin, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian dan juga saya sendiri. Kalaupun bukan suatu ilmu baru, setidaknya bisa sekedar mengingatkan akan ilmu yang sudah pernah dipelajari :)

Komentar