What I Learned From 'That' Moment

Hal-hal yang saya pelajari dari acara Pisah Sambut Direktur Cukai dan Pelepasan Kasubdit CHT, kemarin :

  • there's always the first time for everything. Pada kesempatan itu, saya ditunjuk menjadi MC. Memang sih, penulis pernah juga ditunjuk sebagai MC ketika ada acara demo masak Ramadhan kemarin, namun itu kan acara santai. Nah ini, acara perpisahan direktur, banyak pejabat yang hadir. Sedikit grogi, saya meminta petuah Mas Iswandi yang sudah lebih dulu menekuni dunia per-MC-an. Dan satu kalimat yang saya tangkap dari beliau adalah, selalu ada 'pertama kali' dalam melakukan setiap hal. Jadi, ya udah enjoy aja lah.Namanya juga malam pengalaman pertama. Pasti nanti ada kekurangannya, namun karena baru pertama kali, ya pasti orang bisa memaklumi lah. Yang penting, untuk kesempatan-kesempatan berikutnya harus diperbaiki. Dan pengalaman pertama ini akan menjadi batu pijakan bagi penampilan kedua, ketiga, dan seterusnya. Siapa tahu nanti bisa punya kerjaan sampingan jadi MC atau ngegantiin Bung Towel jadi komentator ISl. Hehehe
  • always prepared. Pada kesempatan kemarin, Pak Iswan diminta untuk menyanyi setelah memberikan sambutan. Saya sendiri nggak inget lagu apa yang beliau bawakan, dan ketika beliau bertanya ke tim musik pun, mereka nggak punya database lagu tersebut (padahal udah bawa tablet PC buat OL loh, dan nggak ketemu). Mungkin karena beliau udah terbiasa menyanyikan lagu itu di setiap acara perpisahan, rupanya beliau pun sudah membawa catatan. Rupanya beliau sudah berjaga-jaga, kalau-kalau tim musiknya nggak punya database lagu tersebut, jadi beliau udah nyiapin sendiri. Jadi, selalu persiapkan dirimu ketika akan ada suatu kegiatan (ujian, presentasi, rapat, dll). Apalagi kalau acaranya nggak mendadak, pasti sebenarnya banyak waktu untuk mempersiapkan diri. Kalau ngomong nggak sempet nyiapin, itu artinya cuma satu: MALAS.
  • non-stop learning. Giliran Pak Heri selaku direktur baru memberikan sambutan, beliau memaparkan bahwa sebagai orang baru di direktorat ini, maka harus banyak belajar kepada orang-orang yang sudah lebih dulu di sini. Beliau menyatakan kesiapan untuk mempelajari hal-hal baru yang diperlukan untuk bekerja di sini, dari siapapun. Meski di lingkungan ini beliau merupakan pimpinan teratas, namun tidak menghalangi kesungguhan beliau untuk terus belajar dari berbagai sumber. Padahal, biasanya manusia sudah malas belajar ketika sudah MERASA pintar (padahal belum tentu pintar), ogah belajar apalagi dari yang lebih muda, junior, atau lebih rendah pangkatnya. Nah, contoh macam inilah yang bagus;meski jabatan tinggi, usia sudah sepuh, namun tetap mau belajar dari bawahan/yang pangkatnya lebih rendah dan lebih muda. Ini yang namanya belajar tidak mengenal usia.
Nah, inilah beberapa hal yang dapaat saya petik dari acara perpisahan direktur kemarin. Semoga hal yang saya tulis bermanfaat bagi saya dan semua. Aamiin . . .

Komentar