Peradilan Teradil

Di dunia kini, peradilan bukanlah tempat dimana keadilan yang sebenarnya dapat ditegakkan setegak-tegaknya. Masih ada kemungkinan hakimnya bisa disuap, pengacara berjuang demi yang bayar, ayat-ayat konstitusi bisa dipelintir sesuai kemauan, saksi-saksi bisa memberikan keterangan palsu penuh tipu daya. Peradilan dunia nampaknya tak lebih dari panggung sandiwara di mana penulis skenario adalah siapa yang mampu membayar lebih besar, yang bisa mengubah si salah menjadi saleh, dan si korban menjadi terdakwa. Di mana yang kuat dompetnya bakal kuat juga di meja hijau, dan yang tertindas akan makin tergilas. (tentu saja, masih ada hakim, pengacara, jaksa, saksi, dan perangkat peradilan lain yang benar-benar adil menjalankan amanatnya, insya Allah masih ada)
Namun yakinlah, kelak, akan ada sebuah peradilan yang mana hakimnya tak bisa disuap, barang buktinya tak akan terbantahkan, dan saksi-saksinya tak akan berdusta. Sebuah peradilan ideal dimana setiap butir kebaikan akan dibalas dengan adil, serta tiap butir kejahatan akan dibalaskan dengan adil pula. Itulah peradilan akhirat, di mana Allah SWT menjadi hakimnya, saksinya adalah anggota tubuh kita, dan barang buktinya adalah catatan amal perbuatan kita yang dicatat oleh malaikat Rokib-Atid yang lebih detil daripada kamera CCTV tercanggih sekalipun.
Lalu siapkah kita dengan peradilan teradil, dimana tak ada pengacara yang bisa membela, tak ada saksi yang akan berdusta, bahkan mulut pun tak bisa membela diri? Di mana setiap catatan perbuatan kita akan dibukakan sedetil-detilnya, ketika setiap jengkal tanah menjadi saksi kemana kita melangkah, ketika anggota tubuh berbicara tanpa dapat dikompromikan? Siapkah kita?
ketika mulut tak bisa lagi berkata dusta (sumber)
#petikan khotbah jumat

Komentar