Nggak Semua yang Loe Denger itu Bener

Pernah kan denger tagline di atas?

Ini penulis bukan lagi ngiklanin permen, tapi lagi ngomentarin media massa. Entah media cetak, elektronik, atau lainnya. Entah karena apa, media massa sekarang ini bukannya memberitakan yang penting, benar dan baik (ingat tentang filter mulut), tapi kok terlihat ada tendensi tertentu, tidak berimbang, dan cukup lebay. Apakah dengan dalih kebebasan informasi, berarti media massa bisa berbuat seenaknya? Bisa jadi. . .
Unik memang media massa sekaran gini. Kadang ada orang yang diberitakan baik, dan diulang berkali-kali bahwa dia baiiiiik banget. Ketika ada tokoh yang salah, maka diulang-ulang terus bahwa dia itu salaaaah banget, temasuk instansinya. 
Bukan saya sensi karena instansi saya diberitain mulu, hanya agak risih melihat pemberitaan yang nggak berimbang. Dan saya rasa itu nggak cuma terjadi pada instansi saya, pasti sudah banyak yang kena sebelumnya. Entah itu Ditjend Pajak, Kolri, Kejaksaan, dan lain-lain. Jujur saja, mengingat sedemikian parahnya KKN di negeri ini, rasanya hampir mustahil ada suatu instansi yang 100% bersih. Bukannya pesimis, tapi kita realistis aja. Namun juga harus berimbang dong. Bahkan di tiap tempat yan 'kotor' pun, pasti masih ada orang-orang anti-mainstream yang nggak ikut-ikutan 'nakal' dan bermain kotor. Yakin deh, masih ada orang-orang seperti itu. Hanya saja, kadang jumlahnya nggak banyak.
Soalnya orang seringkali memilih mindset "membenarkan yang biasa" meski yang biasa dilakukan itu salah. Padahal seharusnya, kita "membiasakan yang benar" meski itu dianggap aneh jika kita berada di lingkungan yang terbiasa berbuat 'kotor'. Lalu ketika kita secara kebetulan berada di tempat yang dianggap 'kotor', mau jadi apakah kita?Akankah kita ikut-ikutan 'yang biasa' atau berani melakukan 'yang benar'??? Silahkan dijawab masing-masing. Semoga saja tokoh bersih di tiap instansi masih tetap bertahan dengan prinsipnya, sebab kalo nggak gitu, kalau orang-orang yang memegang prinsip untuk tetap bersih pada ngacir dari instansi pemerintahan dan nggak bertahan di sana untuk memperjuangkan perubahan yang lebih baik, maka yang tertinggal di instansi pemerintahan hanyalah para tikus-tikus kotor. Terus kapan negara ini bersih dari KKN dong?
jangan langsung 'menelan mentah-mentah' semua informasi yang ada (sumber)
Kembali ke judul postingan ini, nggak semua informasi yang kita lihat di TV/baca di koran/internet itu benar-benar seperti itu. Bukannya meremehkan kemampuan para jurnalis dalam mencari data dan fakta, namun nyatanya apa yang disampaikan seringkali dibumbui dengan hal-hal yang membuat opini pembaca 'tergiring' ke arah tertentu. Apalagi ketika bicara tentang tooh tertentu. Faktor media seringkali jadi pembeda 'ketenaran' orang tersebut. 
Seorang yang memiliki satu prestasi, ketika diungkapkan di berita berkali-kali, meski sebenarnya dia punya kekurangan atau bahkan kejahatan, asal media menutupinya, maka massa akan melihatnya sebagai pahlawan. Sebaliknya, orang baik, yang ketika suatu waktu melakukan kesalahan dan media beramai-ramai 'menelanjanginya', maka orang tersebut akan dilihat oleh massa sebagai seorang yang busuk, bajingan, ahli neraka, serta berbagai serapah lainnya. Di sini, bisa jadi faktor kedekatan seorang tokoh dengan media massa bisa memberikan suatu pembeda. Masih ingat tulisan seseorang dengan inisial "jilbab Hitam' di kompasiana tentang skandal beberapa media besar? (di kompasiana sudah dihapus, namun masih ada beberapa link aktif yang meng-copas tulisan tersebut. Misalnya ini).
Tentu saya nggak menjamin bahwa tulisan JH benar. kalaupun yang dia tuliskan nggak persis seperti itu kejadiannya, tetap nggak menutup kemungkinan hal semacam itu (skandal media massa terkait pencitraan tokoh) tidak terjadi kan?
Di sinilah kita sebagai obyek media massa dituntut untuk lebih selektif memilih dan menyerap informasi yang berseliweran di sekitar kita. Inget, nggak semua yang loe denger itu bener :)

Komentar