Awas, Salah Kampanye Bisa MasuK Neraka Bro

Sejak beberapa bulan terakhir ini media heboh membicarakan kedua pasangan capres-cawapres kita, dan yang bikin sebel adalah socmed juga kebagian hebohnya. Bahkan heboh banget. Serius, ini nyebelin guys,
karena kalo media besar, meski jelas keberpihakannya pada salah satu pasangan capres-cawapres, namun masih sedikit 'sopan' dalam mendukung capre-cawapres kesayangan mereka, maklum, masih terikat kode etik jurnalistik (meski kadang kena semprot Komite Penyiaran juga). Kalo yang di socmed mah, ampun dah. Bahasa yang dipakai tuh bahasa preman, ampun dah nggak ada sopan santunya. Heran banget deh, padahal para capres dan cawapres tuh pas debat kalem-kalem aja, bahkan salaman dan pelukan, kok ya pendukungnya tuh lebay banget (dan nggak nyadar kalau lebay).  Emang sih, pas gelaran piala dunia udah dimulai, postingan di socmed udah mulai variatif, ada yang bahas-bahas bola. Pun ketika Ramadhan menyapa,  postingan jadi agak lebih religius. Tapi baru sehari puasa, eh kumat lagi.
Jujur aja, sebenarnya saya nggak terlalu minat meramaikan jagad dunia maya dengan postingan mengenai capres-cawapres, namun beberapa kejadian belakangan membuat saya nggak bisa menahan diri untuk ikut menulis tentang ini.
Jadi begini Guys, ada beberapa hal yang akan saya sampaikan terkait kampanye capres-cawapres, terutama ketika Anda berkampanye di dunia maya. Check this out Guys . . .

1. Nggak ada manusia yang sempurna, termasuk Capres dan Cawapres favorit Anda
Kita tentu sepakat, bahwa selain Nabi dan Rasul yang dijaga dari kesalahan, manusia selebihnya nggak ada yang sempurna. Semua punya kelebihan dan kekurangannya amsing-masing. Termasuk kedua pasangan capres-cawapres kali ini. Masing-masing punya latar belakang 'suram' yang bisa dijadikan sebagai bahan serangan oleh lawan politiknya. Pun, masing-masing memiliki kelebihan yang digunakan oleh para pendukungnya untuk secara militan mendukung mereka.
Pesan saya di sini, janganlah kefanatikan membuat kita buta. Melihat pasangan favorit kita sebagai hebat tiada tara, dan menganggap pasangan lawan sebagai hina penuh cela. Yang fair laaah. Akui saja, kalo tokoh favorit kita juga punya kelemahan, dan tokoh lawan pun masih ada kelebihannya. Bersikap ksatria seperti itu menunjukkan kedewasaan mental kita di hadapan lawan bicara (atau lawan nge-tweet), juga terlihat lebih elegan daripada menyerang lawan dengan kata-kata kasar secara brutal dan membela tokoh kita seperti dewa.

2. Jangan hanya siap menang, tapi juga siap kalah
Setiap tokoh tentu memiliki tim sukses dan posko pemenangan, yang masing-masing mengklaim bahwa siap untuk memenangkan pasangan yang diusungnya dengan segala cara. Bahayanya, semuanya cuma menyiapkan diri untuk menang, ngga ada yang menyiapkan mental bagaimana bila jagoannya kalah. Dan kalo kalah, rata-rata cuma bisa menuduh bahwa ada yang nggak beres lah, ada faktor x kah (emang lomba nyanyi?), dan segala alasan mental cemen lainnya.
Saran saya, mari kita semua meluruskan niat, bahwa dalam pemilu ini kita sama-sama berusaha untuk memilih pemimpin yang mampu membuat Indonesia bangkit di segala bidang. Jadi siapapun yang terpilih nanti, percayakan saja sudah semuanya pada pasangan terpilih. kalo jagoan kita yang gagal, berbesar ahti lah, dan tetap mendukung langkah-langkah positif yang dilakukan oleh pasangan yang menang. Tapi ingat, kalo ada langkah-langkah yang mulai melenceng dari jalur yang benar, semua harus mengingatkan, karena pemilu ini bukan untuk memenangkan salah satu pasangan saja, namun memenangkan Indonesia. 

3. Jangan bohong
Kebanyakan postingan di socmed tuh merupakan link-link ke sumber berita yang seringkali kadangkala susah diverifikasi kebenarnanya. Dan kadang yang posting pun nggak peduli sudah, mau hoax kah, mau bener kah, bodo amat. Yang penting ngedukung jagoan gua & ngebungkam pendukung lawan, begitu mungkin pikir mereka.Jadi kalo orientasinya udah kayak gitu, cara apapun boleh dilakukan, begitu mungkin pikir mereka. Termasuk menyebarkan fitnah dan berita hoax. Ati-ati lho ya.. Karena berbohong tuh dosa lho. Beneraaaaan, mungkin sebagian anda ketawa, namun itulah faktanya. Ini fakta yang kita yakini dari kecil, kecuali anda orang nggak beragama dan punya anggapan bahwa sah-sah saja berbohong demi tercapainya tujuan Anda, beda lagi. Tapi kalau Anda orang beragama, sepatutnyalah untuk menghindari berbohong, apapun bentuknya (termasuk menyebarkan berita palsu). (sumber)

4. Jangan SOMBONG
Ini juga menjadi penyakit para fans fanatik kedua pasangan. Sombongnya minta ampun. Ngerasa bahwa dengan mendukung pilihannya itu adalah jalan yang benar, yang lain salah semua. Kalo dinasehatin dikit, yang ngenasehatin langsung dibilang antek pendukung lawan. Kalo ada yang mengungkap kekurangan pasangan favoritnya, langsung nggak terima padaahl itu fakta, bukan hoax dan bisa diverifikasi kebenarnannya. Terus juga menganggap orang di kubu lawan adalah orang-orang bodoh yang tidak mengetahui apapun, yang hanya termakan oleh bualan pasangan lawan. Menganggap kelompoknya sendiri lebih baik daripada kelompok lawan politiknya. Anda memiliki ciri-ciri itu? Hati-hati, karena itu sudah termasuk kategori sombong, Kawan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91) (sumber)

Hayo lhoo..ancamannya masuk neraka lho Guys.. Yuk, merubah sikap kita. Jangan sampe deh, gara-gara saking semangatnya mendukung salah satu pasangan capres-cawapres, kita tergelincir dalam kesombongan yang secara otomatis akan menyeret kita ke neraka. Kalau ada yang ketawa, silahkan. Kalau saya sih ogah ke neraka. Naudzubillah  . . .

5. Yuk, kita coba menjalankan kampanye do'a
Dari pemikiran saya di atas, sebenarnya cuma sebagian kecil dari kegalauan saya dalam melihat fenomena pilpres 9 Juli nanti. kalau ditulis semua, saay cuma kuatir nanti nggak ada yang baca cukup tempatnya *alesan. Intinya, yuk kita menghindari kampanye kampungan, dan menuju cara kampanye yang lebih beradab. Saya yakin, bahwa siapapun pasangan pilihan kita, hanya itulah yang membedakan kita. Selebihnya, saay yakin bahwa kita sama-sama menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi lebih beradab, menjadi lebih bersih dan bebas KKN, menjadi lebih makmur rakyatnya, menjadi lebih hijau dan lingkungannya lestari, lebih rukun kehidupan beragamanya, lebih tegas hukum dan aparatnya, lebih jaya prestasi dalam segala bidangnya, lebih gagah TNI-nya, lebih baik pendidikannya, lebih damai tiap daerahnya dan sejuta keinginan lainnya yang juga diamini oleh 300 juta-an rakyat Indonesia. Ya kan?

Oke deh, sekarang saran saya, yuk kita sama-sama meluruskan niat dan shof demi Indonesia yang lebih baik lagi. Lalu sama-sama kita berdoa, agar negeri ini dianugerahi pemimpin yang berwibawa, yang mampu memimpin negeri ini ke arah yang lebih baik, bukan pemimpin yang hanya bermodalkan retorika dan janji palsu belaka. Mari kita sama-sama berdoa, tundukkan kepala kita sejenak, tengadahkan tangan ke atas. Bukankah salah satu kelompok yang doanya mustajab adalah, orang yang berpuasa saat ia berbuka? Rasulullah Saw. bersabda,

“Tiga orang yang doanya pasti dikabulkan adalah doa orang yang teraniaya, doa orang dalam perjalanan dan doa orangtua untuk anaknya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi). (sumber)

Mumpung Ramadhan pula, mari kita berdoa sama-sama. Pas sepertiga malam terakhir, pas berbuka, tiap selesai sholat, tiap antara adzan dan iqomat, pokoknya di tiap waktu, mari kita berdoa untuk kebaikan negeri ini. Percayalah, Allah itu Maha Mendengar dan tak akan pernah membiarkan satupun doa tanpa ada jawabannya . . .

Komentar