Adab Menuntut Ilmu

Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh, ahlan wa sahlan Pembaca sekalian.
Kali ini penulis akan berbagi sedikit materi kajian siang di MBT KP DJBC edisi 21 Oktober 2014. Tema kajian kali ini tentang adab menuntut ilmu dalam Islam. Karena Islam tidak hanya mewajibkan kita menuntut ilmu, namun ada tuntunan-tuntunan terkait hal tersebut. Yuk, simak kelanjutannya :
1. ikhlas lillahi ta'ala
  • ilmu mendahului perkataan dan perbuatan, artinya sebelum berkata dan berbuat, mesti memiliki ilmunya terlebih dahulu. bagi kita, beribadah haruslah memiliki dasar ilmunya terlebih dahulu, karena jika tanpa ilmu maka justru bisa salah dan menjadi dosa, karena dalam kaidah fiqih, ibadah itu dilarang kecuali ada dalil yang membolehkan/mengharuskannya. sementar bagi setan, mengakali 1000 ahli ibadah yang tidak berilmu lebih mudah daripada menghadapi seorang alim (ahli ilmu)
  • oleh karena itulah, setan senantiasa menggoda kita agar jangan datang ke majlis ilmu (hayo ngaku siapa yang masih sering tergoda). kalau kita masih datang, maka setan menggoda kita untuk tidak mengamalkannya. kalaupun kita masih mengamalkannya, setan akan menggoda supaya amalan itu hanya dilakukan sedikit saja. Kalau masih pula kita amalkan banyak-banyak, maka setan megneluarkan jurus terakhitnya, yakni agar kita jangan ikhlas. Lantas, rugi deh kita, beribadah banyak-banyak kalau cuma untuk mencari pujian manusia, bukan ridho Allah... makanya, jangan kalah sama godaan setan, yuk luruskan niat dulu :)
2. niat menghilangkan kebodohan diri sendiri dan orang lain
  • pada dasarnya, manusia itu bodoh dan tidak mengetahui apa-aa, lalu Allah-lah yang memberi kita penglihatan, pendengaran, pikiran dan hati untuk bisa mengetahui segala hal di luar kita dan mempelajarinya. Kecuali kita terus belajar, kita akan tetap menjadi bodoh. Makanya, jangan pernah lelah dan malas untuk belajar agar kita bisa mengikis kebodohan diri kita. toh kita sudah dibekali segala kelengkapan yang berpotensi menjadikan kita bisa menguasai banyak ilmu, sayang kan kalau tidak kita maksimalkan? ibarat harddisk yang berkapasitas besar, namun ilmu di dalamnya sedikit, rugi kan?
  • menuntu ilmu adalah jihad bagi orang yang niatnya benar (Imam Ahmad), oleh karena itu, kembali ke poin satu tadi, yuk kita luruskan niat kita
  • kebodohan adalah musuh yang harus diperangi, karena kebodohan menghalangi kita dari kemajuan
  • setelah menghilangkan (atau mengikis) kebodohan diri sendiri, maka kita juga harus berperan dalam mengikis kebodohan orang lain. Caranya? Ya berdakwah, menyampaikan ilmu kita dengan berbagai cara (sesuai target dakwahnya yaaa). tidak harus menunggu hafal ribuan kitab, satu ayat pun yang kita tahu (dan sudah kita amalkan), maka ajarkanlah kepada orang lain (tentu dengan melihat tafsir ayat/hadits tersebut dengan menyeluruh dan keterterkaitannya dengan ayat/hadits lain juga azbabun nuizul-nya ya, jangan ditafsirkan sendiri nanti malah jadi sesat kita mah, naudzubillah :(
  • ilmu yang kita ajarkan, jika bermanfaat, insyaAllah akan menjadi salah satu ladang amal ketika kelak kita meninggal. Bukankah ketika seorang manusia menginggal, terputuslah segala amalnya kecuali amal jariyah, anak yang soleh dan ilmu yang bemanfaat, bukan?
3. ingin membela kemurnian ajaran Islam
  • sebuah buku, selengkap apapunia, tak akan mampu menjaga kemurnian ajaran Islam dari kesesatan orang-orang yang enyesatkannya. mengapa? tentu saja karena buku tidak bisa membantah. Misalkan, ada seorang yang mengatakan "daging babi tidak haram" di sebuah perpustakaan berisi buku-buku ilmu fiqih, maka tentu buku-buku itu tak bisa membela dirinya sendiri bukan, meski orang tersebut salah? yang bisa membela kemurnian ajaran Islam adalah orang-orang yang berilmu, bukan tumpukan buku yang bisu. tentu buku merupakan salah satu instrumen penjaga ilmu dari segi fisik, namun tetap tak dapat menggantikan kedudukan si pemilik ilmu bukan?
  • lebih parah lagi adalah orang yang tidak berilmu, karena mereka tidak tahu, bisa saja mereka ikutan mengeatakan "ooh, babi tidak haram", karena kedangkalan ilmu mereka. maka yang paling bisa membela ajaran Islam adalah orang yang berilmu, yakniorang yang membaca dan belajar tentang ajaran Islam. Kalau bukan orang Islam yang menjaga ajaran Islam, lalu siapa lagi?
4. lapang dada dalam menerima perbedaan
  • khilafiyah itu adalah sunnatullah, yang selalu ada dan tak akan pernah hilang. bahkan dari zaman dulu pun terjadi perbedaan di antara para sahabat. kita harus tetap bertoleransi terhadap perbedaan, jika perbedaan itu hanyalah tekait fiqih yang bersifat ijtihadiyah/kesepakatan ulama. Dalam menyikapi perbedaan tersebut, kita harus melihat masing-masing dalil secara utuh, bukan sepotong-sepotong lalu membandingkan mana yang paling kuat (anjuran penceramah, pakai buku Fiqih Muqoronah Sahih Fiqih Sunnah, karena tidak hanya membandingkan berbagai hadits, namun juga membuat kesimpulan tentang mana yang sanadnya paling kuat).. namun jika masih terdapat perbedaan pun, kita harus tetap menghormati asalkan perbedaan tersebut bukan terkait masalah yang telah dijelaskan secara gamblang. Seperti terkait rokaat sholat tarawih, bacaan qunut pada sholat subuh, dan sebagainya. jangan sampai karena masalah-masalah sunnah, ukhuwah jadi terputus. gara-gara beda rokaat sholat tarawih, jadi tidak mau kumpul dengan jama'ah masjid. Ingat, tarawih itu sunnah, menjaga ukhuwah itu wajib. dalam hadits, dikatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, nah yang dimaksud dalam hadits itu adalah perpecahan dalam hal aqidah, bukan sekedar beda organisasi (seperti Muhammadiyah atau Nahdatul Ulama) atau perbedaan dalam hal fiqih
  • dalam menghadapi perbedaan, jangan gampang mengatakan ini bid'ah itu bid'ah (emang udah punya ilmunya, bilang-bilang bid'ah?), apalagi saling mentakfirkan (menganggap golongan lain kafir)
  • kalau perbedaannya pada masalah pokok agama, misal ada yang bilang sholat lima waktu tidak wajib atau mengganti syahadat, barulah itu beda yang harus diluruskan, tidak bisa ditoleransi. perbedaan dalam masalah aqidah juga termasuk kategori tidak bisa ditolerir, termasuk aliran-aliran paham plurarisme yang mengatakan semua agama sama, karena bertentangan dengan pokok-pokok keimanan kita.
Pembaca sekalina, demikianlah materi yang dapat penulis sampaikan, jika ada kurangnya penulis mohon maaf, jika adal salahnya penulis mohon koreksi, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Komentar