Kakasi Bersama Om Jin
Assalamu'alaikum Pembaca, lama tak jumpa ya?
Kemarin penulis sempat diklat selama hampir 2 pekan, jadi nggak ikut kasasi/kakasi di masjid kantor. Alhamdulillah hari ini sudah ngantor dan bisa ikut kakasi. Pembicara kali ini menyebut dirinya "Om Jin". Tapi bukan Om Jin yang di film jadul "Jin dan Jun", bukaan. Bukan pula Om Jin dalam iklan rokok yang terkenal itu. Om Jin yang ini beda, dia manusia biasa, hanya saja namanya dibaca "Jin".
Kalo anak 90'an pasti ngebayangin yang ini |
Gene Netto, namanya (baca: "jin nito". Seorang WN Australia (kelahiran New Zealand) yang telah lama tinggal dan bekerja di Indonesia dan telah menjadi mualaf sejak 1996. (profil singkat beliau dapat dibaca di sini). Beliau menceritakan kisahnya, bagaimana pendapat beliau pada ajaran katolik yang dianutnya dari keluarga, bagaimana pencarian agama dan lika-liku hidupnya, petualangan di Indonesia, dan sedikit cerita pribadi (sesi tambahan di luar kajian nih). Yuk kita simak bareng-bareng...
jadi siang ini ada jin muslim ngisi ceramah di masjid |
Om Jin (sebut saja begitu) mulai mengisahkan tentang masa kecilnya yang tidak umum untuk anak sebayanya (oh ya, beliau kelahiran 1970). Saat anak kecil lain doyan main, Om Jin doyan mikir. Dan yang dipikirin, adalah dinosaurus (padahal jaman itu film Jurassic Park belum ada), alam semesta dan hal-hal lain yang di luar imajinasi kebanyakan anak kecil lain (oke, sampai saat ini, penulis seolah mengenang masa kecil). Dari situ bakal nalar Om Jin mulai terasah. Di usia muda, Om Jin sudah mulai memikirkan konsep trinitas dalam ajaran Katolik yang dianutnya saat itu. Singkat cerita, konsep trinitas (tiga tapi satu, satu tapi tiga) yang diajarkan padanya dirasa tak masuk akal, dan nalar Om Jin kecil mempertanyakannya. Demikian pula tentang penghapusan dosa umat Katolik (atau ajaran Kristen lain pada umumnya juga?) melalui penyaliban Yesus yang mereka yakini, tampak tidak logis menurut Om Jin. Bagaimana ketika sosok yang dianggap tuhan oleh kaum Kristen, mati disalib oleh manusia, lalu bangkit lagi, dan dengan penyaliban itu maka dosa seluruh umat Kristen terampuni dengan sendirinya; kalaupun kelak ada orang Katolik berbuat dosa, tinggal mengaku pada pendeta, lalu otomatis terampuni karena Yesus sudah berkorban untuk seluruh umat Kristen, Dengan banyaknya hal yang tidak pas dalam ajaran Katoliknya, Om Jin memutuskan bahwa dirinya tidak bisa menerima ajaran Katolik lagi. Istimewanya, itu terjadi di usia yang sangat muda, masih 10 tahun. Om Jin kecil pun menjadi tidak beragama, namun masih percaya adanya Tuhan.
Dari situ dimulailah pencarian agama olehnya.Sempat mempelajari berbagai agama lain, jalan hidup membawanya ke Indonesia. Berawal dari masuk kuliah di jurusan kajian Asia dan mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia, Om Jin muda bertemu seorang muslim untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Dari sebuah dialog singkat, Om Jin menemukan logika dalam agama Islam sebagaimana dijelaskan oleh rekannya tadi. "dalam Islam, hanya Tuhan yang dapat mengampuni kita. Jika kita menyesal dan bersungguh-sungguh bertaubat, maka Tuhan yang akan menilai dan menerima taubat kita". Hal ini sejalan dengan logika Om Jin, bahwa bukan pendeta atau Romo yang tahu hati setiap manusia dan mengerti apakah orang tersebut benar-benar bertobat atau tidak. Singkat cerita, Om Jin mendapat beasiswa S2 di UI dan menjadi mualaf saat di Indonesia.
Indonesia adalah negara dengan umat muslim yang jumlahnya besar, dan harusnya Indonesia menjadi negara maju. HARUSNYA. Begitu kata Om Jin. Mengapa? Karena jika umat Islam yang berjumlah besar ini benar-benar menjalankan Islam dengan baik, maka seluruh permasalahan bangsa akan teratasi. Mungkin bahkan tingkat korupsi di Indonesia akan menjadi sangat rendah bahkan nol, jika seluruh umat Islam menjalankan ajaran Islam dengan baik. HARUSNYA.
Sayangnya, ini tidak terjadi di Indonesia. Justru banyak korupsi dan kejahatan di Indonesia. Terutama kejahatan seksual terhadap anak-anak di bawah umur dan usia sekolah (Om Jin sangat konsen terhadap hal ini, lihat saja di blog beliau). Syaangnya justru banyak orang yang tak suka hal-hal tersebut diungkapkan. Seolah tak ada yang peduli. Sayangnya bagi kita, justru malah seorang WNA yang justru lebih konsen. Entah ada apa dengan umat Islam di Indonesia
(bersambung, insyaAllah)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .