Mungkin Sudah Saatnya

Suatu ketika dalam sebuah perjalanan ke Semarang, bus malam yang saya naiki singgah di sebuah rumah makan sekitar pukul 23.30. Bukan menu makan malam yang ingin penulis bahas, tapi langitnya.

Lho kok langit? begitu mungkin pikir sebagian pembaca
Ya, penulis melihat langit malam itu dan tertegun. Langit malam yang sedemikian pekat tanpa kilau lampu kota yang mengubah pemandangan malam yang sakral menjadi oranye keruh. Langit malam yang begitu gelap, kelam, dan angkuh. Ya, angkuh dan sedemikian indah dengan perhiasan gugusan bintang di sana sini. Langit malam yang mengundang imaji penulis untuk kembali ke dalam ceruk memori dan kenangan masa lalu. Kenangan indah kala menyepi di bawah pekatnya langit malam yang angkuh bertabur bintang, bukan bias lampu kota yang menjemukan.

Ah, mungkin sudah cukup lama penulis terbiasa berada dalam naungan langit ibukota yang hingar bingarnya melenakan. Mungkin sudah saatnya berpindah, berubah. Kemana sehingga bisa kembali menatap langit malam yang kelam, yang dengan angkuh memamerkan perhiasan bintangnya.

Komentar