Officially Daddy

Alhamdulillah, setelah setahun lebih dikit menikah, Allah telah memberikan anugerah bagi penulis dan istri dalam bentuk bidadari kecil yang lahir pada  tanggal 3 Januari kemarin sekitar pukul 8 malam, di RS. Prima Husada, SIgosari (bukan promosi). Penyejuk hati keluarga kecil kami, cucu pertama yang dinanti-nantikan oleh kedua Mertua dan cucu perempuan pertama bagi orang tua penulis. Humaira "Aira" Kamila Dinazar, namanya. Dengan spesifikasi teknis berat 2,5 kilogram dan panjang 48 sentimeter, lahir melalui persalinan normal setelah istri diinduksi (maksudnya, dirangsang kontraksinya dengan obat-obatan, bukan induski listrik) dua kali (sekitar pukul 12 siang dan setengah tujuh malam), melalui 4 kali proses ngeden secara sadar (dan ngeden secara tidak sadar akibat induksi).
Aira malu-malu . . .
Sayangnya bapaknya sedang di luar kota dan tidak bisa pulang karena sedang menjalankan tugas negara, dan baru saja tiba di Jakarta pukul 2 dini pagi di hari yang sama. Alhamdulillah kedua ibu (ibu penulis dan ibu istri) menemani proses persalinan, dan si kecil langsung diadzani oleh kakek (Bapak Mertua). 

Bagi penulis, meski sangat kecewa karena tak bisa menemani istri yang tengah bersalin, kabar lahirnya anak sungguh membahagiakan. Campur aduk rasanya. Setelah menyaksikan kehamilan istri selama sembilan bulan, meski istri termasuk nggak rewel, tapi tetap saja ibu hamil itu susah, terutama pas sudah trimester tiga. Makan susah, nafas sesak, tidur nggak enak, buang air repot, belum lagi beratnya. Selama hamil kemarin istri penulis naik bobotnya sekitar 50%, dari 41 kilo jadi 63 kilo. Buset dah pokoknya.

 . . . tapi mau difoto . . .

Maka, setelah menyaksikan beratnya istri mengandung, penulis langsung ingat ibu penulis. Dan juga setiap ibu lain di dunia ini. Betapa berat pengorbanan seorang ibu saat hamil, ditambah penderitaan saat melahirkan, entah bagaimana sakitnya. Lalu mengasuh si anak, dari menyusui hingga mengganti popok, terbangun di tengah malam saat anak menangis, siang pun tak bisa istirahat. Tak heran jika Islam mengajarkan untuk menghormati ibu, lalu ibumu lagi, kemudian ibumu lagi, baru ayahmu. Memang ayah yang mencari nafkah, dan banyak pula ayah yang bertaruh nyawa demi nafkah keluarga, namun ibu juga berkorban amat besar bagi anak-anaknya, pengorbanan yang tak akan dapat dirasakan ayah manapun di dunia. 

Maka pembaca sekalian, senantiasa hormatilah ibumu, karena ialah yang mengandungmu dan membawamu ke dunia. Jika tanpa kasih sayang dan pengorbanannya, mungkin kita hanya akan berakhir di tempat sampah sebagai hasil aborsi yang mengenaskan (naudzubillah). Dan para ibu, berbanggalah kalian, karena kalian telah menggapai suatu prestasi yang tak akan sanggup dilakukan oleh pria terhebat manapun di dunia. Tak ada seorang pria, yang sanggup membawa dan menumbuhkan suatu bentuk kehidupan lain dalam perutnya. Kalau tak percaya, coba saja bedah perut setiap lelaki buncit manapun, hanya akan ada lemak, tiada janin. Atas rahmat Allah, kalian para wanita, adalah keajaiban dan anugaerah, sebagai tempat tumbuhnya kehidupan baru generasi penerus kalian. Maka jangan kalian dirisaukan oleh sekelompok wanita aneh yang mengatasnamakan feminisme atau apapun itu, yang menuntut kesetaraan jender atau apapun itu namanya, yang menuntut persamaan hak antara wanita dan pria di dunia kerja. Wanita memiliki keistimewaan yang tak akan pernah dimiliki lelaki, dan tugas lelaki lah untuk melindungi dan menghargai setiap perempuan. 

Para lelaki yang hanya bisa menyakiti wanita, adalah bocah bodoh yang harus banyak belajar tentang keistimewaan wanita, dan tidak dapat dianggap sebagai pria sejati.
Nah lo, malah bahas feminism dan gentlemanism . . .

kembali ke topik. Intinya, para pria, sayangilah para wanita terbaik di sekelilingmu, ibu, istri, ibu mertua, karena tanpa mereka, kita bukan apa-apa. Dan hormatilah para wanita lain, jaga kehormatan mereka sebagaiamana kau ingin kehormatan ibumu, istimu, dan saudara perempuanmu terjaga.

 . . . akhirnya gaya aja deh

Komentar

  1. Saran aja nih oom,aq waktu baca kok agak pening ya.apa warna backgroundnya pengaruh ya.overall suka deh sm tulisannya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .