Diklat Kesamaptaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Diklat Kesamaptaan merupakan salah satu pendidikan dan pelatihan dasar bagi para pegawai di lingkungan DJBC. Melalui Diklat ini, diharapkan para pegawai memiliki ketangguhan mental dan fisik, kesiapsiagaan dalam menjalankan tugas, jiwa patriot dan nasionalisme, serta sikap pantang menyerah. Diklat dilakukan di Pusdiklat Bea dan Cukai (Rawamangun, Jaktim) dan di Balai DIklat Keuangan lain di berbagai kota di Indonesia. Setelah menjalankan diklat ini dan Diklat Teknis Substansif Dasar (bagi pegawai DJBC yang TIDAK berasal dari Prodip Kepabeanan dan Cukai PKN STAN), maka pegawai yang bersangkutan berhak mengenakan Brevet Dasar pada Pakaian Dinas Harian sebagai salah satu atribut wajib. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari pada Diklat Kesamaptaan di DJBC? Nah, kali ini penulis akan membahasnya setelah berjanji untuk menulis tentang Samapta lebih dari tigatahun lalu dan baru kesampean kali ini.

Persiapan

Dengan asumsi bahwa pegawai yang dipanggil untuk mengikuti Samapta telah memastikan lolos persyaratan administrasi dan tes kesehatan, maka hal pertama yang harus dipersiapkan oleh pegawai yang hendak mengikuti diklat ini adalah kesiapan mental. Samapta merupakan salah satu hal yang “indah untuk dikenang namun tidak untuk diulang”. Hampir semua senior akan “menakut-nakuti” pegawai baru dengan kata-kata samapta (selain penempatan jauh, tentunya). Wajar saja, karena dalam diklat ini, peserta akan dididik secara semi militer oleh tim pelatih dari militer (kalau di Pusdiklat BC, tim pelatih berasal dari kesatuan Kopassus; di BDK lain menyesuaikan dengan ketersediaan tenaga pelatih dari TNI/Polri yang terdekat). Bagi para pegawai yang sehari-harinya dididik dan hidup secara sipil, tentunya pendidikan semi militer akan terlihat tidak menyenangkan. Bangun pagi, baris-berbaris, dibentak-bentak, lari-lari, hukuman yang melelahkan, dan sederet bayangan akan kegiatan lain yang melelahkan-menjemukan-membosankan akan muncul. Biasanya, jika ditakut-takuti seperti ini akan mempengaruhi mental yang bersangkutan. Makanya, hal pertama yang perlu disiapkan adalah mental.

Bagi mantan mahasiswa Prodip III BC yang sehari-hari kuliah di Pusdiklat BC, mungkin sudah familiar dengan kehidupan semi-militer; berseragam, baris-berbaris dan penghormatan, hukuman fisik, dan sebagainya. Tapi tetap saja, Samapta berbeda dengan kehidupan kuliah. Memang sih, di Prodip BC, ada ospek yang disebut Leadership Training/LT, yang mana dalam LT tersebut, junior bakal cukup sering dikerjain oleh senior. Dibentak-bentak, baris-berbaris, dipersalahkan, dihukum push-up dan sebangsanya, lari-lari, pokoknya macam-macam, meskipun Alhamdulillah tidak ada kekerasan dari senior sebagaimana yang terjadi di beberapa sekolah kedinasan. Meski demikian, ada pameo oleh senior saat mengospek juniornya bahwa seberat-beratnya LT, masih lebih berat Samapta.

Tapi tenang saja. Satu yang perlu diingat, bahwa tim pelatih dalam memberi kegiatan, sudah ada penyesuaian standar bobot kegiatan tersebut. Tentu kegiatan kesamaptaan bagi pegawai DJBC yang notabene Pegawai Negeri Sipil (meski memiliki beberapa tugas dan fungsi yang menantang dan memiliki budaya semi-militer juga), berbeda dengan pendidikan militer yang sesungguhnya. Pelatih mungkin pasti akan membuat peserta lelah, sebel, dan mungkin aka nada sedikit rasa sakit atau luka, namun tentu bukan melukai dan menyakiti dengan sengaja (misal, sengaja menendang dengan maksud mencederai). Memang ada beberapa kejadian di mana siswa samapta terluka, namun itu lebih dikarenakan human error atau kecelakaan lain yang tak dapat dihindari.

Nah, mengingat hal tersebut di atas, maka tentu saja hal kedua yang harus disiapkan sebelum samapta adalah kesehatan fisik. Meskipun sebelum samapata dilakukan tes kesehatan, yang lebih penting adalah kejujuran calon siswa samapta dalam memberikan keterangan riwayat kesehatan. Siswa dengan riwayat penyakit/kondisi kesehatan tertentu yang cukup membahayakan, tentu akan diberikan penanganan berbeda dengan yang normal. Bahkan sempat ada samapta khusus untuk mereka yang memiliki kondisi khusus ini, dan jauh lebih ringan dibanding samapta pada umumnya. Beberapa waktu terakhir ada beberapa siswa samapta yang meninggal saat mengikuti kegiatan kesamaptaan, namun dari beberapa kasus tersebut, kedapatan bahwa ada riwayat kesehatan yang kurang baik pada siswa tersebut yang disembunyikan, sehingga ketika kegiatan, mereka mendapat perlakuan yang sama dengan yang lain, sementara diri mereka memiliki batasan. Sejak beberapa kegiatan tersebut, panitia telah mengevaluasi kegiatan kesamaptaan demi mencegah terulangnya kejadian serupa. Memang terkadang ada gengsi untuk melaporkan tentang kondisi tertentu itu, da nada pula semacam rasa tertantang bahwa “aku bisa melakukan ini”. Sayangnya pada beberapa kondisi, hal tersebut tidak dapat dipaksakan. Pihak penyelenggara telah menyiapkan tim medis yang selalu mendampingi saat berbagai kegiatan samapta dilakukan (setidaknya di pusdiklat BC, kalau BDK lain, kurang tahu sih). InsyaAllah, samapta tidak mematikan dalam artian tidak dirancang untuk membahayakan nyawa para siswa. Kenapa posting ini justru menakut-nakuti ya?

Berikutnya, hal yang harus disiapkan adalah atribut kelengkapan samapta. Memang mayoritas perlengkapan akan disediakan oleh penyelenggara, namun memiliki cadangan perlengkapan tentu lebih baik, kan?

Berikut perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan saat mengikuti Diklat Kesamaptaan (yang di-bold merupakan yang sudah dipersiapkan oleh panitia):
  • -          Pakaian dalam, makin banyak makin bagus. Jangan beli disposable underwear
  • -          Celana pendek dan kaos lengan pendek, secukupnya
  • -          Training dan kaos lengan panjang, minimal 2 pasang (yang ada tulisan CUSTOMS dan dapat dibeli di Toko AR). Kaos lengan panjang sudah disediakan 1 unit, seingat saya
  • -          PDL untuk Kegiatan Samapta, disediakan 2 pasang, kalau bisa punya lebih (misal, minta sama temen yg sudah pernah Samapta) makin baik
  • -          Sepatu PDL sepasang, lebih makin baik (misal, minta sama temen yg sudah pernah Samapta)
  • -          Sepatu kets bawa sendiri
  • -          Kaos kaki, minimal 3 pasang
  • -          Karet celana, disediakan sepasang, lebih makin baik. Fungsinya untuk menahan bagian bawah celana PDL agar bentuknya rapi
  • -          Gesper disediakan sebuah
  • -          Tas Samapta
  • -          Topi Customs
  • -          Obat-obatan pribadi (paling ampuh minyak tawon, herocyn, minyak kayu putih, counterpain nggak perlu-perlu banget lah, vitamin C)
  • -          Uang secukupnya, buat kalau perlu beli obat (nitip ke Cleaning Service Pusdiklat biasanya)

Seingat penulis, itu saja sih perlengkapan yang perlu. Detil pastinya akan disebutkan dalam Surat Tugas pemanggilan Samapta. Oh ya,saat Samapta tu sebenernya boleh bawa ponsel, tapi dikumpulkan ke panitia. Nanti dikembalikan saat menjelang selesai Samapta. Jadi tetep bawa saja ponsel dan charger-nya ya.
(insyaAllah bersambung)

Komentar