Charlie Hebdo; WTC Jilid II

(lanjutan dari artikel pertama) Setelah penyerangan tersebut, dengan cepat tuduhan diarahkan bahwa pelakunya adalah ekstrimis Islam. Dan in yang mulai janggal. Tanpa banyak bertanya, dunia menggalang solidaritas. Konon katanya, sejutaan manusia ikut dalam aksi solidaritas. Seolah yang menjadi korban adalah pahlawan atau pejuang yang patut dikenang dan dihormati. Termasuk juga para "pemimpin dunia".Semua berbela sungkawa, bersimpati atas sebuah tragedi, yang bisa saja hanya merupakan sebuah konspirasi berbalut nuansa sedih.


Konyol menurut saya, ketika mereka tak menyadari bahwa dalam pawai tersebut, ada para pembantai yang sesungguhnya, yang tak hanya menumpahkan belasan nyawa, namun ribuan. Bukan orang yang cari gara-gara, namun warga sipil tak berdosa. Lucu ketika seorang pembantai yang bertanggung jawab atax terbunuhnya ribuan warga sipil tak bersalah, berbelasungkawa atas "terbunuhnya" belasan orang dalam tragedi ini. Anda mengerti yang saya maksud? Siapa lagi kalau bukan benyamin netanyahu, orang yang dianggap sebagai perdana menteri di oleh sekelompok orang yang mengaku negara israel. Yang membunuh ribuan warga sipil di Gaza, mencederai puluhan ribu lainnya, merusak rumah-rumah mereka, masjid-masjid mereka, sekolah-sekolah mereka, rumah sakit-rumah sakit mereka, dan segala kekejian israel terhadap warga Palestina.
netanyahu (kiri, yang menoleh ke kanan atas, berambut putih), killing thousands and nobody cares

Konyol, ketika umat Islam yang dibantai, tak ada penggalangan kepedulian dari seluruh dunia. Tak ada long march yang diikuti sejutaan orang. Hanya segelintir umat Islam yang masih peduli, yang bersuara atas tragedi puluhan tahun di Palestina, pembantaian Rohingnya, Suriah, Afrika Tengah, dan lain sebagainya. Dunia, lebih sering diam. Dan mirisnya, begitupun mayoritas umat Islam. Kebanyakan tak peduli dan berdalih "bukan urusan kita". Padahal sesama umat Islam harusnya saling peduli, bukan?

Mirisnya lagi, momen ini seolah mnjadi titik di mana para sekutu barat bergabung dan saling menguatkan dalam memerangi apa yang mereka sebut terorisme-dan dalam kamus mereka, terorisme adalah Islam. Seperti tragedi WTC yang penuh kontroversi, tak jelas siapa pelakunya, tahu-tahu disebutkan bahwa penanggung jawab even tersebut adalah kelompok Islam garis keras. Padahal bisa jadi itu cuma skenario bikinan musuh-musuh Islam demi menyudutkan dan menjelek-jelekan ajaran Islam. Dan parahmua lagi, kebanyakan dari kita, umat Islam, bukannya menyadari ini, malah ikut terpancing oleh "jebakan" ini. Inilah yang disebut perang pemikiran, di sebuah dunia di mana kaum barat yang menguasai media, maka apapun yang mereka tulis seolah menjadi kebenaran yang diamini oleh mayoritas manusia di dunia. Ketika umat Islam dicitrakan sebagai ekstrimis, pembunuh, dan sebagainya, maka itulah yang dipercaya oleh (sebagian besar orang di) dunia. Padahal, Islam tidak seperti itu. Peradaban Islam sejak disempurnakan oleh ajaran Nabi Muhammad terbukti menjadi peradaban yang terbaik di era keemasannya. Ketika orang menuduh bahwa Islam identik dengan kekerasan dan pertumpahan darah, seolah mereka lupa, siapa yang memulai perang dunia yang menimbulkan jutaan korban jiwa.

Dalam tulisan ini, saya mengajak umat Islam untuk lebih peduli terhadap dunia Islam secara keseluruhan. Seringkali kita beranggapan cukup untuk beribadah dalam keseharian, namun tak peduli dengan kondisi umat Islam di belahan dunia yang lain. Mungkin kita di sini bisa tenang beribadah tanpa ada gangguan berarti, namun di belahan dunia lain, bahkan puasa pun dilarang. 

Mari, kita tingkatkan kepedulian ber-Islam kita, karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan peduli dengan nasib umat Islam?
*baca ini juga, lumayan bagus untuk menggugah hati...jika masih punya

Komentar