Simply Surviving isn't Worth Celebrating

Beberapa waktu lalu, penulis mengalami apa yang disebut orang lain sebagai "ulang tahun". Nothing special menurut penulis, tidak ada prestasi baru atau pencapaian apapun, jadi penulis memilih untuk tidak merayakan. Sudah beberapa tahun penulis menyembunyikan info ulang tahun di facebook, biar nggak ada notifikasi dan ucapan selamat dari kawan-kawan. Bukan nggak suka diselamatai, tapi biarlah kalau ada yang mendoakan, agar ikhlas mendoakan dalam hati saja, itu cukup. Kalau memang ada yang ingat, ya biar ingat sendiri dan ucapin sendiri, tanpa perlu notifikasi di medsos berharap orang ingat. Dan faktanya memang cuma keluarga aja, dan seorang temen jaman SMA yangkebetulan tanggal ultahnya berdempetan, yang ingat dan memberi selamat. No problemo, toh memang nggak ingin diselamati dengan ucapan yang hanya copy paste dari postingan orang lain di grup WA. Bagi penulis, ulang tahun hanyalah menandakan kita makin tua. Bukan sesuatu yang pantas dirayakan, kecuali kita hidup di alam bebas yang penuh predator dan setiap hari adalah perjuangan bertahan hidup, maka setiap kali kita bertahan dan selamat, itu perlu dirayakan. Bersyukur atas usia yang telah dilalui, harus, namun tentu tak cukup dengan sekedar berucap alhamdulillah. Tentu harus memperbaiki diri, dari berbagai sisi. Harus lebih baik sebagai anak, sebagai adik, sebagai kakak, sebagai suami, sebagai menantu, sebagai ayah, sebagai teman, dan tentunya sebagai hamba Allah. Simpelnya, target pribadi sih di usia 27 tahun ini, sholatnya harus sebisa mungkin selalu dapat 27 pahala, alias selalu berjamaah dong. Bismillah. Ketika itu tercapai, dan mendapat ganjaran di surga kelak, barulah itu perlu dan patut dirayakan. Bukan sekedar pengulangan hari lahir setiap tahunnya. Gitu aja sih

Komentar