Kakasi Bersama Ustadz Bendri

Alhamdulillah sudah kembali ngantor, dan bisa ikut kakasi (kajian Kamis siang) di MBT KP DJBC. Siang ini pematerinya Ust. Bendri Jaisyurrahman, pakar parenting. Membahas tema tematik sejak beberapa pertemuan lalu, yakni tentang mempersiapkan anak usia akil baligh. Monggo disimak beberapa catatan yang tidak dicatat seingat penulis:



  • Ajarkan akhlak, bukan sekedar etika. Karena etika hanyalah ada di hadapan manusia. Sementara akhlak itu senantiasa dijaga di hadapan Allah (yang mana Allah senantiasa mengawasi kita). "Bagaimana sejatinya diri kita, adalah saat tak ada orang lain". Itulah akhlak kita. Bukan di saat ada manusia lain di sekitar kita, tapi saat sepi. Apakah kita bermaksiat, apakah kita beribadah? Karena itulah harus ditanamkan ketauhidan sejak dini, bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Ketika sifat ihsan (senantiasa merasa diawasi Allah) ini sudah muncul, maka insyaAllah akan terjaga akhlaknya dimanapun.
  • Untuk memunculkan akhlak baik, tanamkan budaya memiliki rasa malu. Malu di sini adalah jika anak tak taat sama Allah, jika tak bagus akhlaknya. Jadi misal, sejak balita ketika anak keluar kamar mandi tanpa pakaian, misalnya, ditanamkan rasa malu "duh malu ngga pake baju, tutupi dong". Tanamkan sifat itu, hingga anak terbiasa menutup aurat. Tanamkan malu jika tak beribadah. Ada beda antara membuat anak malu dengan membuat anak jadi minder. Bikin anak malu saat melakukan adab/akhlak yang tak tepat, bukan saat nilai jelek. Kalau anak dipermalukan karena nilai (hal duniawi itu), jadinya minder.


  • Seperti apa anak di usia baligh, dipersiapkan sejak kecil. Kalau anak sudah baligh, ortu harus jadi sahabat, kurangi ngomel karena bakal nggak didengar sama anak. jadilah sahabat anak, ortu yang asik dan gaul. ketika anak sudah nyaman sama ortu (cirinya: dia cerita apa-apa ke ortunya; tanya apa-apa ke ortunya, termasuk hal tabu sekalipun, semisal tentang sex education; lalu menceritakan ortu pada teman sebagai rujukan, misal: "kata ayah gue...kata mama gue"). Nah kalau sudah seperti ini, ortu jangan merusak kepercayaan itu. Jangan membuat anak hilang kenyamanan dengan ortu karena kesibukan. Senantiasa luangkan waktu untuk keluarga, terutama anak, pasangan, orangtua. Wanita (berapapun usianya, mencakup ibu, istri dan anak wanita) selalu butuh perhatian, sedangkan pria butuh pengakuan untuk memuaskan egonya. 
  • (Karena temanya parenting, fokus ke anak dulu ya) Ketika anak merasa kurang kasih sayang dari orangtua, di situlah pengaruh dari lingkungan masuk. Apakah itu teman di sekolah, tetangga, internet yang penuh tipu daya, artis yang dipuja-puja, bahkan hingga bandar narkoba. Bentuknya bisa berdampak pada kecanduan games, pornorafi, socmed, narkoba, pacaran yang pada akhirnya menjurus zina, kekerasan, pembunuhan, vandalisme, hingga kenakalan remaja lain (juvenile deliquency). Di negara-negara barat, kenakalan remaja dianggap biasa, padahal itu ngga bisa disamaratakan di seluruh penjuru dunia. Di peradaban Islam, banyak remaja yang prestasinya menggema, mulai dari menjadi penghafal al qur'an, hingga komandan di saat peperangan. Remaja sekarang? Malah sibuk tiktokan atau pacaran. Supaya anak tak sibuk mencari pacar? Ya ortunya harus ngajak 'pacaran', maksudnya luangkan waktu untuk pergi berdua, perhatikan anak, ditemani. Biar nggak haus kasih sayang dan mencari hal itu di luar, yang akhirnya menjadi pembenaran anak melakukan hubungan dengan yang bukan mahrom, dan menjurus pada zina. Naudzubillah
Sekian dulu sih yang berhasil penulis tangkap. Semoga bermanfaat yaa...

Komentar