Lomba Lagi


Beberapa bulan lalu, penulis sempat submit artikel untuk lomba di kantor. Ide lomba tersebut adalah, kalau kamu jadi Dirjen BC, apa yang akan kamu lakukan? 

Berikut kiriman penulis untuk lomba tersebut. 


Andai Aku Jadi Dirjen...

Andai aku jadi Dirjen, akan kutanamkan pada para pegawai bahwa bekerja di perbatasan dan kapal patroli itu keren. Akan kutanamkan dalam jiwa setiap pegawai akan pentingnya fungsi pengawasan, agar misi untuk “Menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal” dapat menjadi kenyataan. Akan kuhidupkan kembali romantisme patroli udara, yang kini kejayaannya hanya menyisakan monumen pesawat di lapangan upacara. Mengapa patroli udara, bukan sekedar menambah kapal patroli saja, adalah karena kemampuan pengawasan udara akan menjadi suatu pembeda, melengkapi kapal patroli yang ada dengan informasi berharga, agar operasi penindakan lebih terarah dan membuahkan hasil nyata. Kata orang di bidang pertahanan, istilahnya adalah pengganda kekuatan, yakni suatu elemen yang membuat kita mampu meraih hasil yang meningkat signifikan, sementara tambahan biayanya dapat ditekan. Namun dengan anggaran yang selalu terbatas, ditambah lagi instruksi pengetatan anggaran dari Bu Menteri yang sudah menjadi rutinitas, usulan pengadaan pesawat patroli pun nampaknya akan kandas. Karena membeli pesawat itu, pasti juga butuh perekrutan dan pelatihan kru, ditambah pembiayaan untuk operasional dan perawatan agar si pesawat tetap bisa mengudara di langit biru, yang nominalnya bakal bikin penyusun anggaran meringis pilu. Lalu apakah tidak ada solusi, selain mengenang kejayaan satgas patroli sembari membayangkan andai biaya menerbangkan pesawat semurah SBU untuk taksi? Tentu ada, dengan berbagai teknologi tepat guna, kemampuan pengawasan udara dapat diperoleh dengan biaya yang tak terlalu menyiksa. Pesawat Udara Nir-Awak namanya, biasa disingkat PUNA. Merupakan sebuah teknologi tepat guna yang telah diaplikasikan sejak era perang dunia, kini makin tenar sejak dipakai oleh Amerika dalam operasi penggulingan Saddam dan Osama. Tak melulu harus diimpor dari negara adidaya, karena ternyata negara kita pun sudah punya ahlinya. BPPT, LAPAN, maupun beberapa pihak swasta, telah memiliki berbagai produk untuk mendukung instansi pemerintah yang membutuhkan kemampuan pengawasan wilayah dari udara. Tentu tak harus setara yang TNI punya karena kita instansi sipil, namun yang terpenting pengawasan udara bisa dilakukan dengan mangkus dan sangkil. Dengan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam bentuk PUNA, maka pengawasan laut diharapkan bisa makin berjaya. Murah biayanya, lengkap fiturnya. Pelatihan kru pun mudah, siapapun bisa belajar menerbangkannya dalam beberapa langkah, berada di depan laptop pengendali sementara si PUNA di udara menari dengan lincah. Biaya pengadaannya nggak bakal bikin Bu Menteri marah, pun biaya operasionalnya murah, dibandingkan dengan argo taksi pun beda tipis saja lah. Mampu terbang jauh, merekam tindakan para penyelundup bahkan saat sebelum subuh, kapal patroli tinggal menunggu sambil buang sauh, siap sewaktu-waktu untuk mencegat penyelundup dan bikin kapal mereka lumpuh.

Andai aku jadi Dirjen, akan kutempa integritas pegawai agar tak lagi tergiur gratifikasi berdalih uang jajan untuk beli permen. Kegiatan bintal tak hanya sekedar ajakan sholat ngaji dan ibadah harian, namun menekankan penerapan nyata dalam pekerjaan. Agar tak lagi ada pegawai yang rajin ibadah namun IKU-nya merah. Agar tak lagi ada pegawai yang kinerjanya luar biasa, namun gerak-geriknya sudah dalam pengawasan KPK. Agar nantinya pegawai tak hanya bekerja demi mendapatkan nafkah, namun juga agar senantiasa menceri berkah. Agar stigma yang lama melekat, bahwa pegawai bea cukai tak ada yang melarat, rumah besar dengan mobil yang berkilat, berganti menjadi imej bahwa pegawai bea cukai itu ibadanya taat, rasa syukurnya kuat dan susah untuk disogok oleh pengusaha yang ingin “jalur cepat”. Agar tak lagi ada yang bertanya “ada barang black market ngga” saat bertemu pegawai kita. Agar saat pengguna jasa ke kantor kita untuk mengurus dokumen, bertanya-tanya “ini kantor atau pesantren”. Agar nantinya di Survei Penilaian Integritas, semoga DJBC selalu berada di ranking teratas. Agar nanti saat pawai agustusan, anak-anak sekolah berlomba akan mencari kostum biru dongker bertuliskan “Customs Excise” dan mengenakannya dengan penuh kebanggaan. Agar tak lagi ada cerita pegawai DJBC tertangkap OTT KPK, menjadi oknum untuk memuluskan proses pabean pengusaha yang dibekingi oknum penguasa meski tak terpenuhi persyaratannya, setelah menerima gratifikasi yang mencengangkan nilainya. Agar nanti DJBC dikenal sebagai instansi yang rajin memberantas korupsi, sembari perdagangan dan industri terus difasilitasi, pendapatan negara dari sektor pabean dan cukai senantiasa terpenuhi, dan penyelundupan barang ilegal selalu berhasil diminimalisasi.

Andai aku jadi Dirjen, akan kutempa fisik pegawai agar tak lagi ada yang cemen. Belum sewindu bekerja, ukuran celana sudah bertambah lima angka. Aku ingin pegawai kita berbadan tegap, ketika diinstruksikan selalu melaksanakan dengan sigap. Olahraga rutin menjadi kewajiban, meski tak harus selalu senam bersamaan. Jangan melulu main gim, tapi nggak pernah ke gym. Klub pecinta lari dan bersepeda agar menjadi penghias aktivitas akhir pekan bersama keluarga. Kegiatan pemantauan kesehatan harus rutin dilaksanakan, agar tak mudah sakit meski diajak lembur dadakan. Bukankah dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat? Agar organisasi tangguh, orang di dalamnya juga harus kuat dan tak gampang mengeluh.

Andai aku jadi Direktur Jenderal, akan kupaparkan pada para atasan tentang prestasi pegawai yang telah menjalankan kewajiban dengan sangal loyal. Dengan prestasi nyata, atasan pun tak akan banyak bertanya ketika organisasi mengajukan peningkatan tunjangan kinerja. Karena para pegawai telah menjalankan tugas dengan tuntas, dengan teguh menjaga integritas, pelanggaran ditindak dengan tegas, penyelundupan barang ilegal rutin diberantas, dan target penerimaan terpenuhi secara lunas, maka perhatian lebih untuk kesejahteraan pegawai merupakan hal yang pantas. 

Ah, ini semua cuma berandai-andai, andai aku jadi Dirjen . . .

Ditulis oleh E. I. Dinazar
Pelaksana pada Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Sekretariat DJBC


Alhamdulillah menang juara 3 untuk kategori gagasan ide reformasi terbaik dari 60-an tulisan. Semoga ide ini dapat diimplementasikan dan bermanfaat bagi organisasi.

Ini pas penulis menerima hadiah dari Pak Dirjen, Pak Heru Pambudi. Lumayan, External HD 2 TB

Komentar