Ilmu tentang Marah

Kali ini sedikit catatan dari Takasi (Ta'lim Kamis Siang) kemarin di MBT KP DJBC bersama Ust Bendri Jaisyurrahman. Temanya tentang mengatasi pemasalahan emosi pada anak.

Monggo disimak sedikit catatan dari penulis
Ustadz membuka ta'lim dengan membahas salah satu cri orang yang emosional, "orang pelit biasanya emosional, karena dia ngga punya empati. kalau orang bertaqwa biasanya suka sedekah, karena dia punya empati yang bagus".

Anak-anak yang emosional,  biasanya yang jadi korbannya nanti adalah orang terdekatnya. Entah pasangan, anak, bisa juga saudara dan orang tuanya.

4 level marah

  1. Qurhun: marah dengan kecerdasan emosi tinggi. kalo gak suka, diungkapkan dengan tenang
  2. suftun: marah, tapi masih ada nahan2nya. gerahamnya nahan (keliatan kan kalau orang nahan marah sampaingiginya gemeretak?)
  3. ghadbun: marah yang masuk dlm hadits 'jangan marah'. narah yg suaranya meninggi, merusak, akalnya biasanya mati
  4. laknat: kemarahan paling parah,  dilengkapi dengan sumpah serapah, mencaci, menghina, bahkan saat penyebab marahnya sudah ngga ada

Marah level 1 dan 2 masih diperbolehkan. 3 dan 4 itu adalah marahnya orang yang kemampuan emosionalnya rendah.

Orang yang lemah adalah yang emosinya bisa dikendalikan oleh orang lain, mudah terprovokasi alias bersumbu pendek. Kalah argumen, lihat orang menunjukkan jari tengah, diklakson saat di jalan, kalau hanya karena hal-hal sepele begitu itu lalu kita marah, emosi, berkelahi, maka kita adalah orang yang lemah.

Sebaliknya, Rasulullah bersabda 'orang yang kuat bukanlah yang menang gulat, namun yang mampu mengendalikan diri saat marah'.

kisah orang-orang yang kuat

Rasulullah adalah orang yang sangat kuat. Buktinya, saat penaklukan kota Mekkah, Rasul memaafkan dan membebaskan lawan-lawannya, padahal mereka dulu paling gencar menghina dan menghalang-halangi dakwah. Bahkan mereka sendiri sudah merasa bakal dihabisi oleh Rasul. Malahan Rasul bersabda (dan diabadikan salam Al-Qur'an) "hari ini tak ada caci maki untuk kalian. semoga Allah mengampuni kalian".

Contoh lain, salah satu sahabat, Abu Dzar, yang memaafkan budaknya yang berbuat salah & malah ngeyel "aku tidak mau engkau menjadi kendaraan syaitan. aku mau syaitan kalah hari ini. engkau aku bebaskan". jaman sekarang mana ada bos yang malah naikin gaji bawahan yang berbuat salah. adanya malah dimaki-maki, bahkan dipecat.

Orang-orang yang kuat adalah orang yang santai dalam berargumen, selepas beda pendapat masih akur. beda pendapat bukan berarti bermusuhan. Abu Bakar R.A berpendapat bahwa orang yang ngga bayar zakat kudu diperangi, meski masih sholat
Umar R.A dan sahabat yang lain tidak sependapat. Mereka berargumen, bahkan Abu Bakar (yang pawakannya kurus, bahkan pakai sarung saja kedodoran) sampe mencengkeram leher Umar (seorang mantan jagoan, brewokan berkumis berambut panjang, yang kalau naik kuda aja kakinya menjuntai, dan bahkan setan aja takut ama beliau), namun Umar tetap tenang. Kalau jaman sekarang, seorang mantan preman ditantang sama temen yang cungkring, pasti habis tuh yang cungkring. Tapi Umar tidak marah. 
Bahkan saat menjabat sebagai khalifah pun, Umar R.A simarahin istri iya-iya aja, ngga ngelawan atau marah.
"wanita marah karena melampiaskan 'kebutuhan bicara', jadi anggep aja nyanyian tanpa nada",  kalau kata Ustadz Bendri begitu.
kalo istri gak pernah marah, malah bahaya, karena bisa jadi malah curhat di medsos atau orang lain.

Contoh lain, Ali bin Abi Tholib, saat berperang dan diludahi oleh musuhnya yang sudah terdesak, Ali tidak jadi membunuhnya.
musuhnya bertanya, mengapa.
Dijawab oleh beliau 'awalnya niatku karena Allah, namun kau membuatku marah, aku tak ingin niatku ternoda'

tak cuma berilmu, tapi amalkan

Pernah lihat orang yang rajin sholat tapi gampang marah? mungkin ada yang salah sama pendidikannya. Sekoah kita mungkin cuma mendidik IQ tapi ngga ESQ nya. 
guru yang baik tidak mudah emosi. di sekolah bagaimana contoh guru nya?
ayah bunda kudu tanggung jawab sama emosi anak. salah satu tugas ortu adalah menyiapkan anak yang tidak emosional. bukan yang dikit-dikit left grup, block temen di sosmed, berkelahi sama temen, kalah lomba lalu marah.
anak yang gampang marah, emosional, itu karena pola asuh ortunya, dan itu perlu diterapi.

pengasuhan dalam Islam tak hanya mengejar kecerdasan akal, tapi juga kecerdasan emosi.

Oleh karena itu, sebagian ulama enggan menyebut orang yang (hanya) hafal Al Qur'an sebagai hafidz. mereka berpendapat bahwa hafidz itu ngga cuma hafal Al Qur'an tapi menerapkan juga, plus hadits. ada juga soalnya, kasus orang yang hafal Al-Qur'an, lalu menikah, ngga lama istrinya minta cerai, karena ilmu Al-Qur'annya ngga dipakai, dia emosian dan main fisik sama istrinya kalau marah. kan sayang hafalannya.
cari jodoh, jauhilah orang yang keren tampikannya tapi gede di lingkungan yang buruk, karena itu bakal ngaruh ke kepribadiannya

Nah, demikian tadi hal-hal yang penulis sempat catat. yuk kita coba amalkan sembari latihan menjadi orang kuat :D

Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .