3 Jenis Sabar

Ceramah sebelum tarawih semalam membahas sepotong ilmu tentang sabar. Penulis serasa deja vu, pernah mendengar tentang hal tersebut namun lupa di mana, kapan, oleh siapa. Pas mencari di antara postingan, nampaknya belum pernah ditulis. Jadi sekarang penulis tulis aja lah, biar singkat asal bermanfaat. Kuy dicek Gaes
Selama ini kalau bahas sabar, biasanya diasosiasikan dengan orang yang mendapat musibah, atau yang sedang menahan amarah. Padahal hakikatnya, ada 3 jenis sabar, yaitu:

1. sabar dalam beribadah

Sabar jenis satu ini, mungkin mirip-mirip dengan yang kita sebut istiqomah. Jadi dalam beribadah itu, kita harus sabar tetap melaksanakannya. Misal, sholat wajib. Kalau ngga sabar dalam menjalankan sholat, jadinya sholat diundur-undur sampai menjelang waktunya habis, dikerjakan cepat-cepat, dan malas-malasan. Padahal sholat yang utama kan tepat waktu di masjid dan berjamaah bagi pria. Atau puasa, kalau ngga sabar mah, bisa mokel (Bahasa Jawa Timuran untuk kegiatan membatalkan puasa dengan sengaja, biasanya dilakukan oleh anak-anak yang masih belajar puasa di bulan Ramadhan, karena tergiur makanan atau ajakan teman). Wah, ternyata ibadah juga butuh sabar ya

2. sabar dalam menjauhi maksiat

Nah, sabar jenis ini levelnya bisa jadi lebih berat dari yang pertama. Memang sih, manusia tempatnya salah dan dosa, dikit-dikit bisa terjerumus maksiat. Namun, kalau disengaja bermaksiat? Duh. . . berarti kitanya yang nggak sabar dalam menjauhi maksiat. Bagi penulis pribadi sih, ini hal utama yang harus ditingkatkan. Berat memang bersabar untuk menjauhi maksiat itu, namun yuk kita tetap berusaha sabar, agar tidak terjerumus lagi dan lagi dalam maksiat yang sama

3. abar menerima ketetapan Allah

Nah, ini jenis sabar yang umum kita tahu. Sabar menerima ketetapan Allah, baik berupa cobaan yang membuat sedih, ujian yang membuat kita berat mengendalikan rasa marah, dan, tak lupa, ujian berupa kegembiraan juga ada loh. Malah ujian semacam ini bisa jadi lebih berat dan tricky. Bisa jadi kita sanggup sabar dan tetap taat saat menghadapi ujian berupa hal yang kita tidak senangi, namun tak menutup kemungkinan kita tergelincir dalam jebakan ujian kenikmatan.
 Misal, saat sehat, malah kurang beribadah dan banyakin maksiat. Pas sakit, pada rajin sholat dzikir sedekah. Banyak kan yang kayak gitu?
Atau pas gaji pas-pasan, bisa hidup sederhana, sedekah juga bisa. Namun pas gaji banyakan dikit malah ngeriba sana sini beli ono ini yang malah mubadzir dan merasa sayang untuk bersedekah. Hayoloh, lebih susah kan ujian kesenangan ini?

Maka, yuk kita coba lebih menerapkan tentang ilmu sabar ini. Dan semoga Allah senantiasa berikan kita kesabaran dalam menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan menerima ketetapan-Nya. Aamiin

Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .