Kisah Luqmanul Hakim dan 2 Potong Daging

Ceramah singkat ba'da Isya kemarin membahas secuil kisah Luqmanul Hakim. Bukan Lukman Hakim yang aktor itu ya, itu Lukman Sardi ding. Bukan pula Menteri Agama yang lagi seru kasusnya (semoga Allah lindungi beliau jika memang tidak bersalah, namun jika memang bersalah, biar Allah yang menghitung sudah). Oke fokus. Ini adalah kisah Luqmanul Hakim yang namanya diabadikan menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur'an. Tapi sebelumnya, siapa sih Luqmanul Hakim itu?

Kalo ini sih penulis gak bisa jawab. Lha wong para ulama terdahulu saja pendapatnya tentang siapa Luqmanul Hakim itu, berbeda-beda. Namun semua sepakat bahwa beliau adalah salah satu orang yang dikaruniai hikmah pemahaman agama oleh Allah, namun bukan termasuk salahs satu Nabi atau Rasul. Ada banyak kisah yang meriwayatkan kebijaksanaan beliau, salah satunya adalah tentang dua potong daging terbaik dan terburuk. Berikut coba penulis sampaikan secuil dari apa yang disampaikan penceramah semalam.

Alkisah, suatu ketika Luqmanul Hakim diminta oleh tuannya untuk membeli domba terbaik, lalu mengambil potongan daging terbaik untuk tuannya, sementara sisanya dibagikan pada orang miskin. Singkat cerita  Luqman pun menemukan  memotong dan membagi-bagikan daging domba tersebut, kecuali hati dan lidahnya, yang diserahkan pada tuannya sebagai bagian terbaik daei domba itu.

Di kesempatan lain, tuannya memberi instruksi yang berkebalikan: yakni meminta potongan terburuk dari hewan tersebut. Uniknya, Luqman memberikan potongan yang sama, yaitu hati dan lidah!


Lho, kok gitu sih? mungkin demikian kata sebagian pembaca, mungkin juga itu yang dipikirkan tuannya kala itu.

Luqman pun menjawab, bahwa dua bagian itu, hati dan lidah, ialah yang terbaik jika memang baik. Sebagaimana orang yang hatinya baik, perkataannya pun akan baik. Sebaliknya, jika hati dan lidahnya buruk, maka dua organ itulah yang terburuk dari si pemilik hati dan lidah. 

Maka sungguh, betapa hati kita merupakan cerminan lidah, dan betapa lidah kita mampu membawa kita ke surga atau ke neraka. 

Maka pertanyaan selanjutnya, apakah hati dan lidah kita merulakan bagian terbaik dari diri kita, atau sebaliknya? Wallahu'alam bish showab

Komentar