Budaya Warisan Sahabat, Sebagai Tongkat Estafet bagi Umat
Alkisah, terdapat sebuah budaya yang baik di kalangan sahabat generasi pertama, yang menjadikan estafet dakwah dan eksistensi Islam terus bertambah. Pembiasaan suatu bentuk amalan ini, walaupun sedikit, ikut berkontribusi dalam menambah populasi umat. Kebiasaan apakah ini?
Budaya itu adalah duduk sejenak untuk meningkatkan keimanan dan menumbuhkan komitmen dalam ber-Islam. Alias majlis ilmu.
Islam akan terus ada selama umat Islam terus menyeru kepada Islam sekaligus, memperlihatkan wajah nilai-nilai Islam, baik dalam perkataan maupun perbuatan, di dalam tempat ibadah maupun di luar itu.
Karena kemajuan umat Islam tak hanya dilihat pada forum akademisi saja, itu tetap perlu, namun Islam juga harus hadir di majlis lain.
Maka sarana tarbiyah pun jangan dibatasi pada kegiatan kajian saja, namun juga harus diperhatikan tarbiyah dalam bentuk lain.
Tukar pengalaman, diskusi, dan agenda lain tetap perlu.
Sempatkanlah diri kita untuk berkomitmen meningkatkan kualitas keilmuan dan pemahaman kita tentang Islam. dan tak lupa penerapan ajaran Islam, apapun peran kita di masyarakat. Mau jadi dokter, pegawai Bea Cukai, pedagang, atau apapun profesinya.
Komitmen Islam harus ditumbuhkan dalam 3 hal:
- Komitmen intima' tarbawi/pendidikan
- Komitmen intima' da'awi/menyeru kepada Islam, pendakwah
- Komitmen intima' jama'i
Pendidikan, atau menambah ilmu, agar umat Islam menjadi shaleh pribadinya. Namun shaleh pribadi saja tidak cukup. Maka Islam perlu dipromosikan.
Ibaratnya, produk yang baik, kalau tidak dipasarkan juga nggak laku. Maka harus dipromosikan biar laku. Islam pun begitu. Unggul dari yang lain dan dijamin oleh Allah, namun kalau oleh umat Islam tidak ditunjukkan keunggulannya, ya tidak terlihat unggul. Malah kalau ada yang menjelek-jelekkan Islam (demarketing), sementara umatnya tidak mempromosikan kebaikan Islam, ya yang terlihat jeleknya tadi, hasil demarketing tadi. Misal, agenda besar terorisme global yang oleh media diolah sedemikian rupa sehingga istilah teroris itu seolah lekat dengan umat Islam. Ada pula istilah radikal, ekstrimis, intoleran, dan lain-lain yang akhir-akhir ini mulai laris.
Nabi pun disuruh oleh-Nya untuk menyeru kepada Islam, dengan cara yang baik. Maka dakwah pun harus ada pedoman yang baik, agar konten yang baik ini (Islam) dapat disampaikan hingga diterima dengan baik. Pedoman ini ada pada ajaran Nabi Muhammad SAW. Maka wajib bagi umat Islam untuk mempelajari kisah hidup Beliau.
Untuk melemahkan Islam, maka umat Islam harus dijauhkan dari ajaran Islam. Selama berpegang pada Al Qur'an dan As-Sunnah, maka sulit menjauhkan umat Islam dari keislamannya. Makanya Islam tak hanya didakwahkan, namun diperjuangkan. Musuh-musuh Islam tak akan ridho sampai kita mengikuti ajaran mereka, dengan segala cara. Mereka memerangi Islam dengan segala cara, perang fisik, politik, ekonomi, pemikiran. Maka kita harus memperjuangkan Islam, secara fisik, politik, ekonomi dan pemikiran juga. Ibarat rantai makanan, musuh-musuh Islam itu seperti hewan buas yang bersiap menerkam, mencerai-beraikan umat. Dan kita pun harus berjuang untuk bertahan. Dan seperti rantai makanan pula, para mangsa biasanya bisa menangkal (repel) serangan predator dengan bersatu. Kalau ada individu yang menjauh dari kelompoknya, ialah yang akan diterkam.
Itulah kekuatan jama'ah, umat Islam harus bersatu agar kuat. Tentu, musuh-musuh Islam akan berusaha sekuat tenaga untuk memecah belah umat, dengan kelompok ini lah, itu lah. Padahal sejatinya Islam itu satu, nggak ada Islam inilah, Islam itulah. Itu taktik musuh-musuh Islam saja. Ibarat singa yang memecah konsentrasi kumpulan mangsa, maka yang terpisah dari kelompoknya, itulah yang dihabisi.
Seekor singa berusaha memisahkan target dari kawanannya agar mudah dimangsa |
Memang, ada beberapa khilafiyah, namun seharusnya umat fokus pada persamaannya, bukan membesar-besarkan perbedaan (asal bukan pada hal yang pokok).
Maka tugas kita (umat Islam) semua untuk berjihad dan berjuang di jalan Islam, dengan berbagi peran masing-masing. Ada yang fokus di tarbiyah, ada yang di jalur dakwah, juga menjaga semangat jamaah. Bukankah Allah mencintai orang yang berjuang di jalan-Nya?
Masa sih ngga mau dicintai oleh Allah. . .?
Wallahu a'lam bish showab
#catatan liqo sore ini
hi
BalasHapusnice article thank fore sheering