Untuk Para Suami

Seorang lelaki sah menjadi suami, selepas mengucap janji suci di hadapan wali, penghulu, dan para saksi;
Mengambil alih tanggung jawab akan anak gadis seorang lelaki dan berjanji membahagiakannya hingga akhir hayat nanti;
Memenuhi kewajiban nafkah finansial, biologis, dan tak kalah penting juga nafkah hati;

Namun sesederhana itukah tugas suami?
Bro, trust me. It ain't that easy;


Bukan lelaki sejati yang memperjuangkan segalanya untuk mendapatkan hati gadis yang dipuja, meminangnya dari orangtuanya, dan berikrar setia di hadapan penghulu serta hadirin yang hadir di sana, namun selepas itu mencampakkannya bagai kembang yang pajangan dalam vas kaca;
indah, namun layu dan hanya menunggu sisa usia

Pernikahan itu sakral, berat, dan tak semua sanggup menjalaninya dengan paripurna;
bahagia hingga tutup usia seperti lagu ceria berjudul 'Saat aku lanjut usia' yang dinyanyikan oleh band asal Jogja yang pernah tenar pada masanya

Menikah itu menyatukan tak hanya dua manusia, namun juga keluarganya, beserta seluruh perbedaan sikap, pola pikir dan budaya;

Lelaki dan wanita, sungguh merupakan individu berbeda;
tak hanya dari penampakan luar sahaja namun juga struktur isi kepala berikut perilaku yang dikendalikan olehnya;

Maka hanya lelaki sejatilah yang mampu membuat istrinya bahagia;
tak sekedar menjadi sumber nafkah finansial dan status sahaja

Menikah wajib menjadikan pasangan sebagai tameng pelindung dari zina; namun ikatannya lebih dari sekedar mempertemukan ovum dan sperma secara sah menurut hukum agama dan negara

Menikah itu ibadah terpanjang;
yang harus dipikirkan dan dijalankan dengan rencana yang matang

Maka bagi para pria yang terbiasa menggunakan intuisi, spontanitas dan tanpa rencana, sadarilah bahwa dalam kamus wanita itu bisa dibaca sebagai 'cuek dan tak peka'

Menikah memang tak membuat para lelaki harus kehilangan logika, namun menuntut para lelaki untuk pandai merasa, karena 'hati' adalah komposisi utama dari seorang wanita pada umumnya, lain halnya kalau bicarakan lucinta luna

Sadarilah, wanita adalah tulang rusuk, dan jangan jadikan ia tulang punggung keluarga
Pembagian tugas yang berbeda, bukanlah diskriminasi seperti kata feminisme yang sedang merajalela, namun fitrah keduanya memang tak sama, meski keduanya tetap mulia

Pria yang jadi tulang punggung harus tetap memahami bahwa tulang rusuk menempel padanya, maka ia harus menemukan dan menjaga koneksi antara vertebra dan iga;
Memang harus fokus pada tugasnya, namun tanpa melupakan bagaimana memahami pasangannya;
Ingat, pola pikir lelaki tak sama dengan wanita, maka cobalah gunakan sudut pandang berbeda dalam menilai setiap perkara

Istrimu bukan pembantu, maka jangan gengsi ikut membantu beberes atau sekedar menyapu, karena Rasul pun mencontohkan hal serupa itu

Istrimu memang madrasah pertama anak-anakmu, dan kau adalah kepala sekolah di madrasah itu

Istrimu wajib kau nafkahi, dan juga harus diajak diskusi bersama alokasi anggarannya meski tak harus sedetil jurnal di pelajaran akuntansi

Istri haruslah menjadi satu-satunya tempat suami memuaskan birahi, dan harus kita sepakati bahwa bukan hanya si lelaki lah satu-satunya pihak yang ingin mencapai puncak kenikmatan ragawi

Muliakanlah istrimu, karena kau dulu pun lahir dari rahim seorang ibu,
Yang sembilan bulan mengandungmu, 
Yang bertaruh nyawa melahirkanmu

Istrimu adalah yang rahimnya menyimpan cikal bakal anakmu,  selepas menunaikan kewajiban biologis bersamamu,
yang belum tentu ia nikmati karena organ vitalmu keburu layu,
hingga berbulan-bulan menggendong bayimu,
dan bertaruh nyawa untuk melahirkan anak yang mukanya malah mirip denganmu,
namun ia lakukan dengan penuh kasih karena besarnya cintanya padamu

Maka sebagaimana kau muliakan ibumu, hargailah juga istrimu, ibu dari anak-anakmu

Luangkanlah waktumu selepas penat kerjamu, untuk mendengarkan curhatan istrimu
Siapkan telingamu menjadi penampungan kisah harian istrimu, meski kadang tak pelik menurutmu
Tahanlah kantukmu demi pillow talk yang mungkin bagimu kalah menarik dari live score eM-Yu

Namun hal sederhana itu kiranya dapat membantu mengurangi tekanan pikiran istrimu, membuat paginya ia bisa tersenyum ayu, seolah kehilangan sekian ratus pon beban di bahu

Sayangilah istrimu, wanita yang melewatkan sekian banyak pria lain yang bisa jadi lebih tampan darimu, lebih romantis darimu, lebih menjanjikan karirnya darimu, demi dirimu, lelaki yang terkadang terlalu meremehkan keluh kesahnya, terlalu pelit untuk berbagi waktu bersama, terlalu egois untuk sekedar mengaku salah, terlalu perhitungan saat ia kehabisan bedaknya, terlalu sibuk menonton siaran bola hingga melewatkan sekian malam tanpa mengobrol dengannya, terlalu gengsi untuk memuji kecantikannya, terlalu angkuh untuk mengaku atas kekurangan yang ada, terlalu menuntut ia mengerjakan segala sesuatu dengan sempurna, terlalu berburuk sangka ketika sekali waktu ia ingin rekreasi atau belanja, dan memiliki seabrek kekurangan dan keburukan lainnya

Hargai istrimu, yang dengan segala keterbatasannya telah berusaha menjadi yang terbaik untukmu;
Yang meski paham segala kekurangan, keburukan dan keanehanmu, namun menerimamu dan mau bersanding denganmu

Kawanku para lelaki, kita tak sempurna, penuh kekurangan di mana-mana, namun sang istri mau menerima dan menyempurnakan hidup kita
Kawan, jangan lihat kekurangannya tanpa mau memperbaiki kekurangan kita;
kekurangannya adalah kewajiban kita untuk menutupi dan memperbaikinya, karena memang kewajiban suami mendidik istrinya hingga kembali bersanding bersama di surga;
dan kekurangan kita wajib hukumnya untuk diperbaiki jika ingin melihatnya bahagia

Kawan, sebagaimana kita dahulu memperjuangkan dengan sepenuh daya untuk menikahinya, maka sepenuh daya itu pulalah, kalau perlu dikali dua, kita harus menjaga agar tak setitik pun air mata menetes di pipinya karena kegagalan kita menjaganya

Kawan, jikalau kau lupa bagaimana caranya mencintai istrimu, maka rasa-rasanya kau perlu mengajaknya sekali waktu, untuk kembali berbulan madu, demi mendapatkan kembali romansa yang pernah bergairah sekian tahun lalu itu

*sebuah pengingat untuk diri sendiri, (serta setiap suami lain) yang penuh kekurangan namun merasa telah layak menjadi suami idaman, yang sangat beruntung memiliki seorang istri dengan kesabaran seluas lautan

Komentar