Anak; Aset atau Petaka?
Ta'lim Kamis Siang DKMBT KP DJBC kali ini menghadirkan Ust. Ahmad Husain, yang membawa tema sebagaimana pada judul. Tanpa basa basi, monggo disimak:
Secara alami, manusia akan berkeluarga dan memiliki keturunan (kecuali yang tidak bertemu jodoh/belum dititipi rezeki berupa anak), karena hakikatnya manusia diciptakan demikian.
Dalam Islam, ada empat kategori anak, yaitu:
1. Al Furqon 74. Qurrota A'yun atau penenang hati/penyejuk mata
Merupakan kebutuhan dalam keluarga, ketika dilihat menenangkan.
Misalnya, ketika capek di tempat kerja, lalu ketika pulang lihat anak tuh capeknya langsung ilang. Atau ketika kebangun tengah malam, lihat anaknya lagi tahajud. Atau anaknya senantiasa santun akhlaknya, rajin membantu di rumah, nggak bertingkah aneh-aneh di luar. Kan adem tuh punya anak seperti itu.
Misalnya, ketika capek di tempat kerja, lalu ketika pulang lihat anak tuh capeknya langsung ilang. Atau ketika kebangun tengah malam, lihat anaknya lagi tahajud. Atau anaknya senantiasa santun akhlaknya, rajin membantu di rumah, nggak bertingkah aneh-aneh di luar. Kan adem tuh punya anak seperti itu.
2. Al Kahfi 46. Ziinatul hayaatid dunya atau perhiasan dunia
Perhiasan, kan biasanya buat dipamerin, biar dilihat orang.
Anak yang seperti ini pun demikian, orang yang lihat jadinya wah gitu. Contohnya, anak sekolah di sekolah yang bagus, atau kerja di tempat yang bonafid, atau anak berprestasi (lalu para tetangga pada berkata waah enak ya anaknya pinter/kerjanya enak/dll dst). Kalau anaknya menjadi perhiasan dunia, bakal dipandang orang sebagai orangtua sukses, meskipun belum tentu sukses yang hakiki bagi orang tuanya. Bisa saja dia menjadi perhiasan dunia menurut standar orang lain, namun jika indah nya tidak sesuai standar Islam, ya levelnya di bawah qurrota a'yun
Anak yang seperti ini pun demikian, orang yang lihat jadinya wah gitu. Contohnya, anak sekolah di sekolah yang bagus, atau kerja di tempat yang bonafid, atau anak berprestasi (lalu para tetangga pada berkata waah enak ya anaknya pinter/kerjanya enak/dll dst). Kalau anaknya menjadi perhiasan dunia, bakal dipandang orang sebagai orangtua sukses, meskipun belum tentu sukses yang hakiki bagi orang tuanya. Bisa saja dia menjadi perhiasan dunia menurut standar orang lain, namun jika indah nya tidak sesuai standar Islam, ya levelnya di bawah qurrota a'yun
3. At Taghabun 14. 'Aduw atau musuh
Anak yang menentang orang tua, atau perilakunya senantiasa berlawanan dengan orang tua. Berlawanan mulu. Disuruh ibadah, emoh. disuruh belajar, ogah. Maunya dia pun juga berlawanan sama maunya orang tua. Pengen ikut geng motor padahal dilarang orang tua, misalnya. Naudzubillah.
4. At Taghabun 15. Fitnah atau cobaan
Pada hakikatnya, baik atau buruk adalah ujian bagi kita, meskipun kita cenderung menganggap ujian adalah hal-hal yang kita tidak sukai, dan hal-hal yang kita sukai tidak dianggap ujian. ujian yang enak menguji rasa syukur, dan ujian yang gak enak menguji kesabaran. Hakikatnya hidup adalah ujian, kumpulan masalah yang harus dicari solusinya setiap waktu. Orang yang bahagia bukan yang tak punya masalah. Gak mungkin. Tapi yang bisa tetap senyum sembari menghadapi masalah.
Nah, anak yang menjadi fitnah, modelnya adalah anak yang menambah masalah, bukannya ngilangin masalah. Pulang kerja kepikiran masalah di kantor, pulang-pulang anaknya jadi masalah baru.
Nah, anak yang menjadi fitnah, modelnya adalah anak yang menambah masalah, bukannya ngilangin masalah. Pulang kerja kepikiran masalah di kantor, pulang-pulang anaknya jadi masalah baru.
Manusia paling sukses mendidik anak adalah Nabi Ibrahim
Apa buktinya?
Bukti pertama adalah bahwa semua Nabi setelah beliau, adalah keturunan beliau. Ismail-Muhammad. Ishak-Ya'kub (dianggap orang nasrani sbg israil, maka keturunan beliau disebut sebagai bani israil)-Yusuf-Isa.
Bukti pertama adalah bahwa semua Nabi setelah beliau, adalah keturunan beliau. Ismail-Muhammad. Ishak-Ya'kub (dianggap orang nasrani sbg israil, maka keturunan beliau disebut sebagai bani israil)-Yusuf-Isa.
Bani Israil adalah keturunan dari Nabi Yusuf dan 11 saudaranya.
Hal ini diabadikan dala Al-QurĂ¡n surat Al Baqarah 124, di mana disebutkan bahwa Allah menghadiahkan kepemimpinan kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya (yang tidak dzalim).
Bukti kedua adalah sikap Nabi Ismail terhadap perintah ayahnya, meskipun mereka jarang bertemu. Nabi Ismail belum genap setahun ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk mengungsi dari Palestina ke Makkah, jalan kaki Siti Hajar dan Nabi Ismail. Lalu istri dan anak beliau ditinggal langsung, di lokasi yang tandus tanpa manusia. Baru ketemu lagi saat Nabi Ismail berusia 13 tahun (menurut para ahli), eh pas turun perintah menyembelih Nabi Ismail (sejarah ibadah qurban). Betapa berat cobaan mereka.
Nabi Ibrahim tak pernah bertanya saat menerima perintah Allah. Beliau menanyakan pendapat anaknya mengenai perintah itu.
Namun Nabi Ismail tak membantah, malah menenangkan ayahnya. Diabadikan dalam Al-QurĂ¡n bahwasanya beliau (Nabi Ismail) termasuk-orang-orang yang sabar dalam menerima perintah Allah.
Pertemuan lain, adalah saat Nabi Ibrahim berkunjung ke rumah Nabi Ismail, dan hanya bertemu menantunya yang malah curhat mengenai kesusahan hidup. Meskipun bukan dosa, namun tak tertolerir oleh beliau (cobaan hidup menantunya tak seberat cobaan keluarganya), dan dianggap tak layak menjadi ibu dari para Nabi (sebagaimana doa beliau). Maka perintah beliau adalah sampaikan pada Nabi Ismail untuk mengganti daun pintu. Dan Nabi Ismail langsung memahami dan menjalankan perintah tersebut.
Apa rahasia Nabi Ibrahim, sehingga didikan terhadap anak-anaknya sukses meski kebersamaannya singkat?
QS Ibrahim 37: doa yang dipanjatkan sebelum Nabi Ibrahim meninggalkan Nabi Ismail dan Siti Hawa, yang endingnya adalah tujuan cobaan tersebut agar mereka mendirikan sholat
QS Ibrahim 40: doa agar (beliau dan anak cucunya) senantiasa mendirikan sholat
Sholat adalah satu-satunya perintah ibadah yang harus diperintahkan pada anak, bahkan kalau anak berusia 10 tahun ngga mau sholat boleh dipukul (satu-satunya pembolehan memukul pada anak, namun tentu bukan pukulan menyakiti).
Kuncinya adalah orangtua yang sholat dan anak yang sholat, serta orangtuanya peduli dengan sholatnya anak. Ada banyak pesan dari para sahabat terkait dengan sholat.
Said bin Uzair berkata, "tambahkan sholat kita". Maknanya adalah kita prioritaskan sholat, tambah kualitasnya (kekhusyukan) serta tambah kuantitasnya dengan sholat sunnah (bukan tambah rokaat ya, nanti jadi sesat).
Said bin Musayyab berpesan "Jagalah sholat, agar Allah menjaga anak-anak kita".
Imam Ujahid mengatakan, bahwasanya "Sesungguhnya Allah melalui kesholehan seorang hamba, akan menjadikan anaknya sholeh juga"
Semoga kita dapat meneladani pengasuhan Nabi Ibrahim hingga anak-anak kita menjadi qurrota aĂ½un bagi kita, dan kita pun dapat menjadi qurrota aĂ½un bagi orang tua kita. Aamiin
hi
BalasHapusnice article thank fore sheering